Agustus 29, 2010




Kawasan hutan konservasi di Provinsi Bengkulu diambang kepunahan karena keberadaannya terus digoroti para perambah dan pembalakan liar.

Fungsi kawasan hutan tersebut seakan terabaikan dan luput dari perhatian masyarakat sebagai penyangga resapan air dan kehidupan berbagai satwa dan biota dilindungi.

Kawasan hutan dilindungi itu sebagian besar sudah berubah fungsi menjadi perkebunan hutan tanaman industri dan kelapa sawit baik yang berada di wilayah pantai maupun pada lokasi perbukitan, kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Bengkulu, Andi Basrul.

Kawasan tersebut perlu diselamatkan berbagai pihak termasuk masyarakat karena fungsinya sangat besar bagi kehidupan manusia dan hewan langka serta biota lainnya.

Dalam dua tahun terakhir kawasan tersebut kembali dipertahankan baik kawasan hutan yang masih utuh maupun yang sudah dibuka secara liar oleh perambah.

"Kita berkerja tak kenal lelah karena ingin merebut kembali kawasan konservasi itu dari tangan perambah untuk dihijaukan kembali," katanya.

Luas kawasan hutan konservasi di provinsi ini dari 45.000 hektare kini tinggal 25 persen yang masih utuh, sedangkan sisanya sudah menjadi kebun kelapa sawit, karet dan tanaman keras lainnya.

Upaya penghijauan lahan konservasi itu BKSDA Provinsi Bengkulu melakukan berbagai cara baik secara pendekatan kekeluargaan sampai dengan tindakan nyata dengan melakukan pembakaran pondok perambah.

Hal itu dilakukan pada pengamanan kawasan hutan taman wisata alam Bukit Kaba di Kabupaten Rejang Lebong, sedangkan pengusiran perambah di kawasan Cagar Alam Dusun Besar Kota Bengkulu masih dilakukan dengan pendekatan kekeluargaan.

Setiap pengamanan kawasan konservasi itu berbeda pola yang diterapkan, karena sesuai dengan karakter perambah daerah masing-masing serta tingkat kerusakannya.

"Dia mengakui pengamanan kawasan konservasi di Provinsi Bengkulu sudah terlmbat, karena penggarap sempat terlena akibat lahan yang digarapnya sudah ada yang mencapai belasan tahun," katanya.

Lamanya perambah itu mengusai lahan tersebut memberi kesempatan bagi mereka merubah status lahan itu menjadi legal dengan surat izin garap dan bahkan sertifikat.

Dengan pola lama itu akhirnya kawasan konservasidi daerah ini sebagian besar berubah menjadi areal perkebunan rakyat yaitu kelapa sawit, karet dan tanaman keras lainnya.

Dia menjelaskan, kawasan konservasi seluas 45.300 ribu hektare terdiri dari hutan Taman Wisata alam 14.900 hektare, Cagar alam 6.722 ha, taman buru16.797 ha dan hutan produksi khusus6.805 ha.

kawasan itu terpencar di beberapa kabupaten/kota, namun yang terparah terjadi pada kawasan hutan buru Semidang Bukit Kabu di Kabupaten Seluma dan Bengkulu Utara.

Dari luas 10.700 Hektare terletak dibagian Bengkulu Utara 7.200 ha dan di wilayah Kabupaten Seluma tercatat 9.500 ha, seluruhnya tigal sekitar sepuluh persen yang berhutan, sedangkan sisanya menjadi kebun, galian tambang batu bara dan semak belukar.

Dalam kawasan hutan buru tersebut sekarang lahannya sudah yang bersetus surat izin garap dan bahkan ada yang bersertifikat, akibat kelalaian pejabat kehutanan sebelumnya.

Sekarang tidak ada toleransi bagi perambah hutan konservasi, semuanya akan dihijaukan karena ada dukungan pemerintah pusat untuk pengadaan bibit kayu, tandas Andi Basrul.

Pengaman cagar alam

BKSDA Bengkulu didukung masyarakat Suku Lembak Kota Bengkulu sampai sekarang tetap berupaya mengamankan kawasan hutan Cagar Alam Dusun Besar di Kota Bengkulu, karena sebagai sumber resapan air "Danau Dendam Tak Sudah" (DDTS).

Kerusakan kawasan itu awalnya setelah dibangun jalan lingkar Kota sejak tahun 90-an, dengan jalan permanen tersebut perambah pedesaan dan berdasi berlomba menggarap kawasan tersebut, kata Kepala BKSDA Bengkulu Andi Basrul.

Puncaknya setelah kemarau panjang setelah beberapa tahun pembukaan jalan tersebut, sehingga kawasan hutan lebar ikut terbakar akibat perambah membakar garapannya.

Dari luas 577 Ha sekarang tinggal 20 persennya yaitu hutan disekitar kawasan Danau Dendam setempat, sedangkan sisanya sudah menjadi kebun, areal sawah tadah hujan dan semak belukar.

Pada penertiban terkahir dilakukan sekitar bulan Maret 2010 melibat personel Polres Bengkulu dan TNI, ada sekitar 30 buah pondok perambah sudah dipasang garis polisi, katanya.

Sementara itu, ada beberapa perambah sudah diamankan, karena sebelumnya beberapa kali diperingatkan untuk meninggalkan lokasi, tapi tetap bertahan dalam hutan cagar alam tersebut.

Kegiatan perambah itu sudah berjalan sejak belasan tahun silam, sehingga dari luas CADB seluruhnya mencapai 577 Ha, 367 Ha sudah dirambah oleh sekitar 75 kepala keluarga (KK).

Para perambah itu sebetulnya sudah sering diperingatkan untuk meninggalkan lokasi, namun sehabis petugas melakukan operasi penusiran mereka kembali menggarap lagi dan bahkan sudah membuat pondo setengah permanen di kawasan itu.

Pondok perambah itu sudah di data dan sebagian diberi garis polisi, dengan tujuan agar tidak dihuni oleh pemiliknya yang sebagian besar kabur saat petugas melakukan operasi penertiban.

Penertiban kawasan itu akan dilakukan secara rutin sampai pulih menjadi kawasan lindung, karena CADB satu-satunya daerah resapan air bagi keutuhan Danau Dendam setempat.

Selain itu, katanya digunakan menjadi kebutuhan mengairi irigasi untuk ribuan hektare arela perawahan petani di Kota Bengkulu, khususnya warga Suku Lembak setempat.

Kawasan hutan CADB tersebut, pernah ditanamai berbagai pepohonan antara lain ribuan batang pulai rawa, saat tanaman itu tumbuh dan berkembang kembali dibabat warga untuk memperluas lahan garapannya.

Padahal, kawasan itu terdapat berabagai macam tanaman langka antara lain anggrek pinsil (vanda hookraina) yang sangat langka di dunia dan jenis tanaman lainnya disekitar Danau Dendam setempat.

Selain itu, BKSDA juga melakukan penertiban pada kawasan TWA Bukit Kaba di Kabupaten Rejang Lebong karena merupakan penyangga dari dua ibu kota kabupaten, yaitu Kota Curup dan Ibukota Kabupaten Kepahiang.

Pada batas kawasan hutan tersebut banyak tumbuh secara alami pohon aren dan dibudidayakan masyarakat menjadi penghasilan rutin ekonomi keluarga.

Warga mengelola pohon aren untuk diambil niranya dan dijadikan gula sekitar itu secara perlahan merambah kawasan hutan TWA tersebut dan akhirnya sampai sekarang mencapai ribuan hektare.

Belum lama ini tim berhasil mengamankan belasan perambah di wilayah Kabupaten Rejang Lebong, karena membuka hutan TWA Bukit Kaba register 4/50 empat suku menanti dalam Kecamatan Sindang Daratan, Rejang Lebong, sampai sekarang kawasan itu sudah ribuan hektare dirambah.

Ribuan hektare hutan TWA yang dirambah itu sudah berubah fungsi menjadi kebun sayur mayur dan kebun kopi dan kayu manis.

Luas kawasan hutan TWA itu seluruhnya 15.000 hektare, 80 persen di antaranya sudah gundul, padahal kawasan hutan itu sangat berguna untuk menopang kelangsungan kelestarian hutan di daerah itu.

Lokasi perambah itu sudah tiga kilometer masuk kawasan dari tapal batas dengan hutan rakyat, sekarang sudah berubah menjadi kebun sayur, terutama disisi kiri kanan jalan menuju obyekwisata puncak Bukit Kaba.

"Kami sekarang mulai bertindak tegas dan tanpa kompromi terhadap perambah, karena selama ini mereka sudah diberikan waktu untuk turun, namun tetap bertahan dan bahkan melakukan pembukaan baru," tandasnya.

Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kepahiang Ir Ris Iriyanto mengakau TWA Bukit Kaba dalam dua wilayah yaitu Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Kepahiang tetap menjadi sasaran perambah dan pencurian kayu karena satu-satunya kawasan hutan masih lebat.

Kawasan TWA bagian kabupaten Kepahiang saja berada di wilayah desa Kepahiang Indah terdapat enam desa pemekaran, sekarang menjadi sasaran perambah dari kabupaten tetangga.

Di wilayah itu satu hamparan dengan TWA Bukit Kaba, Kabupaten Rejang Lebong sekarang sudah puluhan kepala keluarga merambahnya, sehingga berpotensi untuk gundul.

Tim terpadu BKSDA Provinsi Bengkulu baru saja pulang dari lokasi itu dan berhasil mengamankan puluha meter kubik kayu dan mendata belasan nama perambah.

Pada kawasan itu ada beberap pondok perambah yang dibakar petugas KSDA Provinsi Bengkulu, karena sudah beberapa kali diperingatkan agar keluar dan meninggalkan lokasi, namun perambah tetap bertahan.

Mereka beralasan menunggu tanaman tahunan seperti kopi dan sayuran, padahal siapapun tidak diperbolehkan membuka kawasan hutan tersebut.

"Kami targetkan semua perambah yang ada di kawasan hutan TWA itu bisa keluar, sedangkan tanaman kopi dan lainnya akan dimusnahkan, agar membuat efek jera pada perambah termasuk yang belum masuk," katanya.

Libatkan gajah

Merasa kewalahan mengusir perambah hutan dengan cara prosuasif, maka BKSDA Provinsi Bengkulu menciptakan pola baru menggunakan tenaga gajah sebagai ekskutornya.

Terobosan pertama akan dilakukan mengusir para perambah dalam kawasan hutan Taman Wisata Alam Bukit Kaba di Kabupaten Rejang Lebong, untuk menggusur pondok dan mengejar perambah sampai meninggalkan lokai.

Sekarang sudah disiapkan lima ekor gajah terlatih pada pos perbatasan kawasan hutan TWA dengan lahan masyarakat di jalan poros menuju obyek wisata ke puncak Bukit Kaba setempat.

Ratusan perambah di TWA Bukit Kaba yang berada dalam Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang itu tergolong bandel, maka diperlukan tenaga gajah mengusirnya, kata dia.

Sebelumnya tim terpadu dari Provinsi Bengkulu dan petugas BKSDA resor Rejang Lebong-Kepahiang melakukan operasi dan berhasil mengamankan beberapa perambah.

Tidak hanya mengamankan para perambah, tapi puluhan pondok mereka dibakar dengan tujuan agar membuat efek jera untuk tidak lagi merambah dalam kawasan hutan tersebut.

Namun kenyataannya seminggu setelah itu sudah ada laporan dari lapangan bahwa perambah tersebut kembali ke lokasi garapannya dalam kawasan TWA terebut.

Untuk mengatasi kebandelan para perambah itu akan dicoba dikerja dengan gajah latih, sehingga tidak hanya pondoknya yang dirobohkan tapi tanamannya berupa kopi dan lainnya akan dicabut oleh heewan besar itu.

Disamping akan membangun pos-pos pengaman disepanjang perbatasan kawasan hutan TWA tersebut dilengkapi dengan perangkat komunikasi agar petugas cepat memantau apalbila ada perambah masuk ke lokasi.

Pengusiran dengan menggnakan tenaga gajah itu, akan membuat efek jerah bagi perambah, karena hewan besar itu tidak hanya mampu menggusur pondok tapi bisa mengejar perambah sampai ke luar lokasi.

Gajah-gajah latih itu nantinya dipandu pawang dan diiringi pertugas tim terpadu, sehingga perambah betul-betul jera dan bagi yang tertangkap oleh petugas akan diproses secara hukum, ujarnya.

Selama ini kawasan TWA Bukit Kabah itu menjadi sasaran perambah dan pencurian kayu, sedangkan kawasan itu merupakan resapan air dan penyanggah puluhan mata sungai yang mengalir ke provinsi tetangga.

Selanjutnya dia mengatakan, bila pola pengusiran pengusiran dengan tenaga gajah itu belum juga membuat jera perambah, maka lokasi perambah itu nantinya akan dilepas harimau.

Sekitar kawasan perambah itu nantinya dibuat habitat mini harimau, sehingga warga tidak berani mendekat atau mengulangi lokasi rambahannya, dalam habitat harimau itu nantinya dilengkapi persediaan pangan cukup.

Bila harimau itu dilepas disekitar lokasi garapan perambah otomatis mereka akan lari tunggang langgang, karena manusia umumnya sebagian besar masih takut dengan harimau.

Tetapi kalau perambah itu sudah tidak takut lagi dengan harimau, maka usulkan ke pemerintah bahwa perambah itu dijadikan orang hutan saja, berarti mereka lebih senang tinggal di hutan, tuturnya.

"Kita berharap dan memohon kepada para perambah tidak sampai akan diperbuat seperti itu, karena saya yakin mereka masih punya hati nurani untuk mewariskan kawasan hutan kepada anak cucu kelak," tandasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Bengkulu Chairil Burhan mengatakan sebelumnya perambah di wilayah itu sudah diamankan mencapai 25 orang perambah untuk diwilayah Kabupaten Rejang Lebong.

Total luas kawasan hutan TWA itu 15.000 hektare, 80 persen di antaranya sudah gundul, padahal kawasan hutan itu sangat berguna untuk menopang kelangsungan kelestarian hutan di daerah itu.

Lokasi perambah itu sudah tiga kilometer masuk kawasan dari tapal batas dengan hutan rakyat, sekarang sudah berubah menjadi kebun sayur, terutama di sisi kiri kanan jalan menuju obyek wisata alam Bukit Kaba setempat.

"Kami mengharapkan semua instansi terkait serius menghijaukan kembali kawasan hutan yang rusak dan menurunkan perambah secara baik," katanya.

Agustus 21, 2010

Kapal Indonesia Temukan 52 Spesies Biota Laut


Kapal riset milik Indonesia Baruna Jaya IV menemukan 52 spesies biota laut di perairan laut dalam Kepulauan Sangihe-Talaud, Sulawesi Utara. "Spesies biota laut ditemukan di kedalaman 300 meter hingga 1.000 meter di bawah permukaan laut," kata Salah Satu Peneliti Perikanan Kapal RI Baruna Jaya IV, Iwan Eka di Bitung, Sulawesi Utara, Minggu.

Spesies biota laut yang diambil dengan menggunakan "trawl" tersebut kebanyakan adalah jenis ikan dan koral, ujarnya.

Beberapa biota laut yang diangkat dan dijadikan sampel untuk diteliti, ditaruh di laboratorium basah kapal riset Baruna Jaya IV.

"Penemuan biota laut yang unik ditemukan di antaranya adalah koral yang dapat hidup tanpa sinar matahari dan cara memperoleh makanannya dengan kemosintesa," kata Iwan menjelaskan.

Koral yang banyak dikenal selama ini adalah koral yang memperoleh atau hidup dengan cara fotosintesa dalam memperoleh makan untuk hidupnya, katanya.

Iwan mengatakan, penemuan 52 spesies biota laut tersebut merupakan eksplorasi tandem dalam rangka memajukan ilmiah kelautan, teknologi dan pendidikan di laut dalam di Kepulauan Sangihe-Talaud dalam misi kegiatan INDEX SATAL-2010 (Indonesia-US Expedition Sangihe-Talaud 2010).


"Kita melakukan eksplorasi tandem antara kapal riset Amerika Okeanos Explorer selama dua bulan sejak 24 Juni hingga 7 Agustus 2010," katanya.

Eksplorasi yang menghasilkan pemetaan dan observasi di laut telah menghasilkan data secara komprehensif dari berbagai kedalaman yang dilakukan oleh kedua kapal peneliti yakni Baruna Jaya IV dengan Okeanos Explorer yang bekerja saling melengkapi, kata Iwan.

"Okeanos Explorer meneliti pada kedalaman lebih dari 2.000 meter, sedangkan Baruna Jaya IV pada kedalaman sampai dengan 2.000 meter," katanya.


Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan National Oceanic Atmospheric Administration (NOAA) untuk riset bidang kelautan dalam bentuk kelompok kerja eksplorasi kelautan (Working Group Ocean Exploration) pada Joint Commission Meeting II.

Wakil pemerintah RI dalam Kerjasama Bilateral Penelitian RI-AS, Kepala Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP), Gellwynn Jusuf sementara dari National Oceanic Atmospheric Administration (NOAA) adalah Assiten Administrasi NOAA, Craig Mc Lean.

"Ada beberapa poin penting dalam Working Group Ocean Exploration pada Joint Commission Meeting II diantaranya bisnis manajemen perikanan, penelitian lautan dan iklim dan ekplorasi kelautan," kata Gellwynn di Manado, Senin.


Gellwynn mengatakan sebenarnya batas waktu kerjasama riset kelautan dengan NOAA tidak ada batas, tetapi karena kerjasama antar dua negara hanya tiga tahun.

"Mengenai sumber dana untuk riset kelautan adalah kerjasama dan saling memberikan keuntungan untuk kedua belah pihak," katanya.

Kerjasama ini membuka peluang sekaligus tantangan dalam mengembangkan kapasitas dan kapabilitas lembaga riset kelautan di Indonesia.

"Demikian pula hasil akhir eksplorasi Indonesia-US Expedition Sangihe-Talaud (INDEX SATAL-2010) yang membuka khasanah ilmu pengetahuan tentang laut dalam kita sangat perlu disebarluaskan kepada masyarakat guna meningkatkan pemahaman sekaligus menggugah minat untuk mempelajari berbagai fenomena laut kita," kata Gellwynn, menambahkan.

Riset yang perlu dilakukan adalah memperbanyak observasi misalnya mengenai fenomena laut, karena akhir-akhir ini adanya gejala perubahan iklim yang menyebabkan terjadinya anomali, ujarnya.

"Riset yang dilakukan dapat mengetahui kapasitas laut dalam terutama di wilayah timur Indonesia yang memiliki sumber daya laut yang besar, dan diharapkan jangan terjadi pengurangan termasuk menyiapkan lingkungannya," katanya.


Sumber : Artikel Antara 8 - 9 Agustus 2010

Agustus 11, 2010

"Saya justru mencari tahu mengapa merak jawa hijau masih ada," kata Jarwadi B Hernowo, peneliti dan dosen Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Jarwadi menyampaikan hasil penelitiannya ini pada Simposium Asosiasi Biologi Tropika dan Konservasi, 19-23 Juli 2010.

Merak jawa hijau (Pavo muticus muticus) salah satu jenis burung paling diburu yang kini nyaris punah. Di tengah kerusakan serta menciutnya hutan yang menggerus ruang-ruang hidup bagi aneka satwa burung itulah Jarwadi berusaha menyibak rahasia daya tahan salah satu spesies merak ini di pulau terpadat Indonesia, yaitu Jawa.

Jarwadi mengembangkan riset atau studi kasus di Taman Nasional Baluran, Alas Purwo, serta Meru Betiri di wilayah Kabupaten Banyuwangi dan Jember, Jawa Timur. Ia juga meneliti sebaran merak jawa hijau di hutan-hutan produksi komoditas jati di sekitar taman-taman nasional tersebut.

Di Jawa Barat, Jarwadi mengembangkan risetnya di kawasan hutan Buah Dua, Sumedang. Berikut riset di hutan-hutan pinus di sekitarnya, termasuk hutan di lereng Gunung Cikuray, Garut.

Tidak bergantung



Melalui risetnya, Jarwadi telah mengingatkan pentingnya untuk mengetahui apa saja yang membuat merak hijau jawa masih bisa tetap bertahan hingga sekarang. Dengan mengetahuinya, Jarwadi membuka peluang bagi pemerintah dan masyarakat untuk tetap melestarikan merak jawa hijau.

”Kesimpulannya, merak jawa hijau masih bisa bertahan selama ini karena tidak bergantung kepada hutan,” kata Jarwadi.

Merak jawa hijau masih bisa ditemui Jarwadi di pinggir-pinggir hutan atau taman-taman nasional. Merak jawa hijau itu mendapatkan suplai makanan di padang rumput serta semak belukar yang terdapat di ruang terbuka.

Merak jawa hijau adalah hewan herbivor. Mereka memakan dedaunan rerumputan serta bebijian dari buah semak belukar.

Hutan merupakan tempat berlindung. Merak jawa hijau bertengger di dahan pepohonan hutan yang tinggi. Namun, betina merak jawa hijau ketika bertelur dan mengerami telur-telurnya kembali ke semak belukar.

”Rahasia lain daya tahan merak jawa hijau terletak pada populasi kelompok yang tidak terlampau besar sehingga kelompok-kelompok kecil tersebar hingga bisa mencapai peluang bertahan hidup yang lebih besar,” kata Jarwadi.

Satu kelompok merak jawa hijau bisa berkisar 30 individu. Karakter burung berbobot badan 3 kilogram hingga 5 kilogram ini berpoligami. Satu pejantan merak jawa hijau mengawini 4-7 merak jawa hijau betina. Keunikan lain dijumpai pada tingkat usia populasi merak jawa hijau dalam suatu kelompok.

Karakter usia merak jawa hijau berupa piramida terbalik. Usia merak jawa hijau muda lebih sedikit jika dibandingkan dengan merak jawa hijau tua.

Ada peluang bahwa merak jawa hijau pada usia muda itu lebih suka keluar dari kelompoknya dan hidup mengembara untuk mencari pasangan hidup.

Reog Ponorogo

Menjumpai merak jawa hijau nan molek di Jawa kini barangkali merupakan sebuah kemewahan.

Namun, keindahan bulu-bulunya masih bisa kita nikmati sebagai aksesori reog ponorogo. ”Satu reog ponorogo menggunakan sedikitnya 1.000 helai bulu merak jawa hijau,” kata Jarwadi.

Warna bulu jenis merak ini hijau mengilap.

Satu ekor merak jawa hijau memiliki sekitar 150 helai bulu.

Jenis satwa ini dilarang untuk ditangkap dan diperdagangkan. Kegiatan penangkarannya pun masih teramat langka.

Jumlah populasi di Taman Nasional Meru Betiri pada 2003-2004 berkisar 30 ekor. Di Baluran pada 1995 diketahui masih ada sekitar 100 ekor, sekarang diketahui berkurang menjadi sekitar 75 ekor. ”Di Alas Purwo berbeda. Di sana justru terjadi peningkatan,” kata Jarwadi.

Menurut dia, merak jawa hijau di Alas Purwo pada 1998 diperkirakan mencapai 40 ekor. Pada 2007 ternyata meningkat menjadi 80 ekor.

Peningkatan populasi merak jawa hijau ini diduga akibat berkurangnya perburuan. Pembukaan hutan rapat untuk tumpangsari juga menambah ruang hidup bagi merak jawa hijau.

”Saat ini tidak terlambat bagi pemerintah atau kelompok masyarakat yang ingin melestarikan merak jawa hijau,” kata Jarwadi.

Jenis merak, menurut Jarwadi, terbagi berdasarkan warna hijau dan biru. Jenis merak biru masih terdapat di India, sedangkan merak hijau masih tersebar di Jawa, Myanmar, Malaysia, dan Indochina.

Fragmentasi hutan



Jarwadi menyebutkan, fragmentasi hutan adalah ancaman serius bagi keberlangsungan keragaman genetika merak jawa hijau ataupun satwa liar lain. Fragmentasi hutan adalah berupa kondisi terbelahnya hutan oleh pengalihan fungsi untuk perkebunan, pertanian, atau permukiman.

Fragmentasi menjadikan hutan tak lagi berupa satu keutuhan. Hutan makin terbagi-bagi menjadi bagian lebih kecil. Pada akhirnya, peluang interaksi populasi merak jawa hijau terhadap populasi lainnya terpisahkan. Peluang untuk kawin silang menjadi kian sempit.

”Fragmentasi hutan menyebabkan merosotnya gen-gen merak jawa hijau akibat kawin dengan anggota populasi yang sama,” kata Jarwadi. Anggota populasi yang sama kemungkinan besar sedarah karena merak jawa hijau berpoligami.

Akibat dari perkawinan sedarah itu memerosotkan kualitas genetika merak jawa hijau. Ancaman berikutnya, daya tahan merak hijau jawa akan semakin melemah sehingga akan menuju kepunahan. Hal ini berlaku pula bagi jenis satwa lain. Jarwadi mencemaskan keberadaan merak jawa hijau sekarang.

Asosiasi Biologi Tropika dan Konservasi (The Association for Tropical Biology and Conservation/ATBC) merupakan perhimpunan para biolog dunia. Konferensi asosiasi ini dimulai pada 1963 dan Indonesia sudah terlibat menjadi peserta sejak awal.

Tahun ini merupakan kali pertama Indonesia menjadi penyelenggara dan tuan rumah konferensi ATBC. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Universitas Indonesia (UI) ditunjuk untuk mengorganisasi penyelenggaraan kegiatan yang melibatkan 900 ilmuwan di bidang biologi dari sekitar 60 negara tersebut.

Sebanyak 40 simposium digelar untuk mempresentasikan 464 naskah selama empat hari (20-23 Juli 2010). Menurut Kepala LIPI Lukman Hakim, hasil riset lainnya dituangkan ke dalam poster yang digelar mencapai 200 lembar meski pada kenyataannya jauh lebih sedikit dari jumlah tersebut.

Peneliti senior dari Lembaga Center for International Forestry Research (Cifor), Daniel Murdiyarso, mengatakan, persoalan penting sekarang ini salah satunya adalah makin hilangnya berbagai biodiversitas atau keanekaragaman hayati. Kehilangan biodiversitas secara tidak langsung bisa berdampak terhadap kelangsungan pangan.

Presiden ATBC Profesor Frans Bongers, dalam konferensi pers pencanangan Deklarasi Bali dari konferensi ATBC 2010, menyatakan, dengan banyaknya keanekaragaman hayati yang terjaga dengan baik, kita dapat berbuat banyak untuk mencapai hal-hal yang lebih baik.

Melalui risetnya, Jarwadi telah mengingatkan pentingnya untuk mengetahui apa saja yang membuat merak hijau jawa masih bisa tetap bertahan hingga sekarang. Dengan mengetahuinya, Jarwadi membuka peluang bagi pemerintah dan masyarakat untuk tetap melestarikan merak jawa hijau.
(Nawa Tunggal)

Sumber : Kompas

Agustus 06, 2010


Sebuah panel PBB telah melakukan pemungutan suara untuk mencabut Kepulauan Galapagos dari daftar situs warisan dunia yang terancam.

Komite Warisan Dunia di Organisasi Pendidikan, Sains, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) mengambil keputusan itu pada pertemuan di ibu kota Brasil, Brasilia, Rabu (28/7/2010). Gugusan pulau gunung berapi tersebut, yang berada di lepas pantai Ekuador di Pasifik, telah dimasukkan ke dalam daftar situs warisan dunia yang terancam bahaya sejak 2007. Berkembangnya penduduk, penangkapan ikan, dan pariwisata telah membuat sumber alam di kepulauan itu menghadapi tekanan kuat.

Namun, komite tersebut melakukan pemungutan suara dengan 15 berbanding 4 untuk mendukung saran bagi pencabutan atau dikeluarkannya kepulauan itu dari daftar tersebut, dan menyatakan bahwa Ekuador telah membuat kemajuan dalam beberapa tahun belakangan. "Penting untuk mengakui upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Ekuador untuk melestarikan warisan ini," kata Luiz Fernando de Almeida, pemimpin delegasi Brasil.

Charles Darwin mempelajari berbagai spesies di kepulauan itu selama pelayaran Beagle tahun 1830-an. Pekerjaan itu memberi sumbangan bagi teori evolusi Darwin melalui seleksi alam.

Komite tersebut juga memutuskan untuk menambahkan kuburan raja-raja Buganda di Kasubi, Uganda, ke dalam daftar warisan dunia yang terancam. Kebakaran membuat rusak parah bangunan utama lokasi itu Maret lalu, kata UNESCO di dalam satu pernyataan. "Peninggalan tersebut, contoh besar mengenai gaya arsitektur yang dikembangkan oleh Kerajaan Buganda sejak abad ke-13, akan dibangun kembali," kata pernyataan itu.

Daftar lengkap yang sudah diubah Daftar Situs Warisan Dunia direncanakan disiarkan pada Kamis.

Situs Warisan Dunia UNESCO adalah tempat khusus (misalnya hutan, pegunungan, danau, gurun pasir, bangunan, kompleks, atau kota) yang telah dinominasikan untuk program warisan dunia internasional yang dikelola Komite Warisan Dunia UNESCO.

Daftar tersebut terdiri atas 21 kelompok negara yang dipilih oleh Sidang Majelis Umum dalam kontrak empat tahun. Sebuah situs warisan dunia adalah suatu tempat atau budaya atau benda yang memiliki makna.

Program ini bertujuan untuk mengatalogkan, menamakan, dan melestarikan semua tempat yang sangat penting agar menjadi warisan manusia dunia. Tempat-tempat yang didaftarkan dapat memperoleh dana dari Dana Warisan Dunia dengan persyaratan tertentu. Program itu diciptakan melalui Pertemuan mengenai Pemeliharaan Warisan Kebudayaan dan Alamiah Dunia yang diikuti di oleh Konferensi Umum UNESCO pada 16 November 1972.

Sumber : Kompas

Agustus 04, 2010

(tulisan diambil dari milis PPA Sadagori, kiriman Nirwan Nugraha S.032 RBL)



Janten kieu dongengna teh, Dang....

Kadang-kadang saya suka rada hanjakal karena telah mengambil inisiatif untuk menyelenggarakan kegiatan, komo lamun rencana-rencana nu berhubungan jeung biaya mulai berubah-ubah, ngurangan maksudnamah. Tapi biasana kahanjakal teh terbayar lunas begitu kegiatan mulai berjalan, senang sekali rasanya melihat teman-teman melakukan kegiatan babarengan, hareureuy sambil nyacapkeun kasono. Apalagi diikuti juga oleh rekan-rekan yang lama tidak aktif di Sadagori karena kesibukannya, seperti Dudi atau Andre. Kacape ngayakeun kegiatan teh ical we ari tos kitu mah, digentos ku rasa bungah jeung reueus boga babaturan di Sadagori. Naha jadi nyunda pisan ieu teh.

Begitulah Dang, dari rencana 33 bahkan 35 orang yang tadinya akan mengikuti kegiatan, di na der nyah kantun 25 orang. 10 orang batal karena ada kegiatan lain yang harus diikuti. Itu artinya sharing yang harus ditanggung oleh partisipan bertambah, tadina samobil teh rereongan ku dalapan urang, jadinya ditanggung oleh enam atau lima orang. Tapi alhamdulillah rekan-rekan yang lain bisa memahami kondisi ini. Nya heueuh atuh, kamalinaan we mun teu ngartos teh nya....
Namanya juga kita berencana Alloh yang menentukan, aya we tiba-tiba harus itu harus ieu sehingga terpaksa tidak ikut kegiatan fun bike.


Mobil yang sudah dipesan datang tepat waktu, fleet terdiri dari 3 mobil L300 dan 1 SS120. Beres ngadoa dan popotoan di lapangan Bali, sepeda ditaekkeun ka na mobil. Secara alamiah peserta membagi dirinya berdasarkan keseimbangan molekul (naon deuih ieu teh maksudna), nu anom jeung nu anom, nu tos rada sepuh jeung nu tos rada sepuh, nu huisan jeung nu huisan.... :) Saya sendiri tentu saja memilih untuk samobil jeung Ninin.

Caralik di pengker di na mobil bak, disaksian ku Mang Ajo, ku Dani Mang Erom, Euceu warung, serta anak-anak SMA 3 yang lagi olahraga, berengbeng we mobil teh melaju ka titik start di Sukawana. 22 orang peserta plus 22 sepeda.

Di Cihideung Abdi PNG dan Eki HNG yang walaupun beda angkatan tetapi tetap satu keluarga telah menunggu dengan anak-anaknya. Ulangi nya..., Pa Abdi PNG dan Bu Eki HNG yang walaupun beda angkatan tetapi tetap satu keluarga, he he he, sae nya. Yang akan ikut tiluan nyaeta Pa Abdi, Amar anak kedua, dan Faris anak ketiga. Keluarga ini sebetulnya punya anak 4 orang, tiga laki-laki dan yang bungsu perempuan. Yang sulung alhamdulillah sudah masuk UI. Wilujeng nya Di, Ki, mudah-mudahan lancar budak teh sakolana. Ngiring bingah.



Singkat cerita walaupun beberapa kali si mobil teh terpaksa harus didorong dan disurakan, sampailah kami ke tempat terdekat ke titik start. Sesana sekitar 100 meter dilalui sambil mendorong sapedah, itung-itung pemanasan. Briefing dilakukan di tempat start, dan tentu saja teu hilap popotoan deui. Petugas dibagi..., Opik dipayun, Abdi (Nirwan maksudna) jeung Deni ditengah, Bayu dan Theo sebagai sweeper di belakang. Diiringi teriakan bahagia sepedah mulai meluncur menyusuri jalan batu jeung taneuh..., bahagia da mudun. Da lamun rute na nu ka arah kawah anu nanjak mah sok bari baralem, bujeng-bujeng aya kanggo ngagorowok.

Yang lain mah lancar ngabosehna, saya mah nutur-nutur Ibu Ninin we anu nembe diajar ngaboseh. Kadang sapedah diboseh, begitu aya batu ngahalangan di rem. Sanes dipengkolkeun ka nu teu aya batuan. Begitu jalan na drop off, eureun. Maka sayah sebagai lead marshal, sebagai teman seangkatan, sebagai sama-sama alumni SMP 3, sekaligus suaminya bertanggung jawab untuk melakukan bimbingan dan penyuluhan sepanjang jalan.

.... ke heula nya, bade donor darah heula di lantai 8...
Eh abdi ditolak donor, cenah HB na terlalu rendah. Ceuk nu marios, cape teuing meureun Pa. Enya meureun nya...., singhoreng aya dampakna ka na getih mun Sabtu ngaboseh Minggu nyelam teh.


Kembali ka dongeng fun bike. Kitu tah Dang. Ari nu sanes mah diboseh, ari Teh Ninin mah didodorong..., kadang sampean nu katuhu dina pedal uget-ugetan, ari nu kenca di na taneuh ngarampaan jajalaneun. Cenah meh teu geubis, tapi angger we da sok geubis. Tapi keun we lah..., ku kersa ngiringan oge tos sae nya. Engke oge ari tos tilu opat kali mah Insya Allah lancar. Bertambah banyak nanti penggemar cross country teh. Memang pami kitu teh kadang-kadang hawatos ka nu tos advance karena banyak menunggu. Atau kalau kebetulan berada di belakang nu boyot, maka akan banyak ngarandeg, henteu continuous.

Sempat ada problem dengan sepedah Adit, rante nyangked ka na celah antara crank dan frame (ngartos Dang?), tapi berkat upaya Bayu sang mekanik didukung oleh Deni dan Tedi, maka problem solved dan Adit dapat kembali melaju dengan nyaman. Masuk jalan setapak yang licin dan membentuk huru 'U', sepedah agak sulit dikendalikan, beberapa teman mulai ngajuralit. Biasana mun aya nu gebis ti na sapedah teh reaksi pertama adalah seuri heula, baru setelah itu turun untuk membantu. Keluar dari jalan setapak yang nikmat itu, rombongan menyusuri jalan utama Sukawana-Cikole. Anu jalan makadam taneuh tea gening. Anu aya tilas mobil offroad, nu matak jalan teh aya nu reksak pisan jadi kubangan. Rombongan terbagi menjadi tiga. Yang pertama adalah rombongan besar, nu kadua abdi jeung Ninin, nu katilu sebagai penutup adalah Tri, Bram, Theo dan Bayu. Group kembali berkumpul di parapatan jalan anu ka leuweung poek. Di situ sudah bergabung Mang Bekon jeung Mang Aji, dengan motor trail-nya, yang akan mengambil peran sebagai photographer. Wah tambih afdhal atuh, nu ngaboseh kari ngaboseh, masalah photo-photo untuk change profile kita serahkan kepada Bekon dan Aji. Ti parapatan jalan, rombongan mengambil single track yang menuju leuweung poek.



Walaupun agak nanjak tapi rute ini gowesable. Raos we lah pokonamah, jajalaneun hipu da taneuh jeung daun, jaba iuh katutup ku tajuk tangkal, hawana oge segerrr. Saatos ngalangkungan trek anu ka Sukatinggi, tabuh satu rombongan dugi ka warung Jayagiri. Waktu saya sampai sudah ada yang sudah mulai makan, ada yang sudah mulai minum kopi.
Marema we tah warung teh, Dang. Teu pupuguh aya dua puluh lima urang anu lapar peryogi emameun. Gep ka na bala-bala, gep ka na tahu, nu ngawadahan sangu, nu milihan daging hayam.
Sambil makan siang, doorprize dibagikan. Eng ing eng..... maka hadiah-hadiah besar (ha ha ha...) menjadi milik para pemenang. Alhamdulillah anu kenging ballpoint atoh, nu kenging agenda jeung buku oge atoh. Komo Teh Enin mah kenging ban luar kanggo sapedah, abdi nu atoh!
Memang nilai barang-barang itu tidak seberapa, tapi ketulus ikhlasan nu masihan meureun nu matak atoh pisan ka nu nampi na.



Selesai makan siang, perjalanan dilanjutkan. Jalan batu mah memang teu raoseun masing mudun oge. Komo kanggo nu nganggo hardtail (ngartos Dang?). Komo deui kanggo nu diajar keneh seperti Ninin. Repot lah, sigana mending nanjak di jalan batu mah batan mudun. Ari nanjak mah puguh nya ditungtun oge, ari ieu mudun tapi ditungtun, asa teu pantes. Ari ditaekkan sieun ngajuralit, cenah. Untungnya jalan batu hanya sekitar 500 meter, setelah itu rute nya kita pengkolkan lagi kepada jalan tanah. Apalagi jalan tanah nu ieu mah raoseun pisan. Jalanna cukup lebar, sekitar semeter setengah. Rada mudun deuih. Permukaannya tanah dan rumput. Atuh meni tingbelecir sapedah teh, teu nu hardtail teu nu fulsus, meni patarik-tarik. Semua komentarnya sama, enakpisan...enakpisan...enakpisan! Saha heula atuh nu milih jalurna...., nya Pik, nya Den, nya Bay.

Dari jalan 'tol' itu lalu masuk ke single trek hutan pinus yang sempit dan mudun. Sapedah didodorong dugi ka mendak deui jalan setapak, single trek yang tidak kalah enaknya. Nu disebat jalan enak teh nyaeta lingkunganna tatangkalan hungkul sehingga udaranya segar dan teduh. Lalu jalannya single track yang empuk, tanah dan daun. Teras teu nanjak, oge teu mudun teuing. Tah nu kitu nu raoseun teh. Geleber deui we didinya mah sapedah teh teu sirikna hoyong diapungkeun..., dugi ka reg di jalan makadam pengkereun Cikole. Kumpul heula bisi aya nu nyasab mengkol ka Cikole, soalna track na sanes kadinya, tapi dilempengkeun ka arah lapang jenderal. Saatos kempel sadaya, lanjut deui. Baru beberapa meter, gedebut Teh Enin gebis rada tarik. Jalan leueur bari rada mudun dilalui dengan teknik seperti tadi, sampean katuhu dina pedal sampean kenca di na taneuh. Begitu sampean kenca tisoledat sapedah di-rem, puguh we gebis. Edan nya sayah, penjelasan teknisna meni siga nu heueuh. Nya begitulah Dang, di nu leueur di rem kuat. Sampai rumah baru saya lihat ternyata di na tuur na memar jeung lalecet. Ulah kapok Nyai...


Teu lami rombongan fun bike sampai di akhir dari etape 2 untuk memulai etape yang paling berat yaitu jalan raya antara Cikole - Seke. Rintangan di etape ini selain panasnya sinar matahari juga kendaraan bermotor mulai dari motor sampai beus. Komo dipaparin jalan anu nanjak mah, beberapa teman terpaksa harus rela untuk ngadororong sapedahna. Harita teh tos tabuh dua langkung. Meumeujeuhna panas. Saya menjadi saksi bagaimana tersiksanya Tri dan Ninin di jalur ini. Kayaknya yang juga susah dengan etape 3 adalah Andre. Rem belakangnya tidak berfungsi, jadi pasti cape tah konsentrasi terus supaya aman ngerem pake depan saja. Apalagi di jalur Lembang Puncrut yang mudun sekali, Andre pasti kerepotan. Tapi sebagai Sadagori sejati, tidak nampak bermasalah tuh, siga nu lain we nu sapedahna lancar.


Oh ya, di sebuah tanjakan setelah Lembang, Mang Usep sebagai anggota Sadagori sempat menunjukkan kesaktiannya kepada Rio alumni 5 dengan menantangnya babalapan. Tapi Rio takluk dan tidak menerima tantangan Mang Usep. Ah Mang Usep mah memang ulah dilawan..... :)

Pukul satengah lima, setelah sholat heula di mesjid Al Abri, sampailah saya di seke. Terakhir dugi. Alhamdulillah sadayana salamet kembali ke sekretariat, bahkan beberapa sudah meninggalkan seke. Dari mukanya saya melihat walaupun nampak cape tapi bungah. Beberapa nampak penasaran seperti ingin mengulang lagi tapi dengan syarat kudu kekebutan tong seueur eureun. Lebar sigana teh rute tipe cepat seperti itu dilalui dengan berlambat-lambat. Hayu... :)

Kitu Dang dongengna teh, mudah-mudahan janten kabita kanggo ngiring ngaboseh. Eta abdi ningali di na milis Mang Usep kalahka ngadongeng nu lain-lain, maenya monyet kenalan sareng kancil, aya-aya wae. Salajengna dongeng selam engke urang disambung nya bilih panjang teuing.



(2)



65...66...67. ..68...69. .. pucunghul Ranggot kaluar ti na cai. 70 detik, saur Pa Anton nu nyekel jam. Nu lain ngeprokkan Ranggot anu kuatan nahan napas di na cai selama 70 detik. Luar biasa..., rasanya soang pun tidak sampai 70 detik kalau memasukkan kepalanya kedalam air.
Itulah salah satu ketrampilan dasar penyelam, harus kuat menahan napas setidaknya 30 detik. Tapi tidak boleh lebih dari dua menit karena selain akan keracunan karbondioksida juga dikhawatirkan kepribadiannya berubah merasa menjadi lauk. Rata-rata di dua puluh detik nu sejen mah.

Selanjutnya, atawa sateuacanna nya, water trapen (kumaha nulisna?) selama 10 menit. Rangga dan Marta pangkuatna. Setelah sepuluh menit masih tetap melakukan water trapen bari nyeungseurikeun nu teu karuateun. Tadinya saya berpikir Rangga bisa lama karena posturnya, tapi begitu melihat Marta, ah...henteu oge. Eta mah pedah rea latihan we!
Saya hanya kuat sembilan menit, itu juga sudah berbagai siasat dilakukan. Dengan dua kaki babarengan, kaki ngagoes satu-satu, sambil kekerelepan, sambil kepala diatas, sambil menghitung jumlah kursi di tribun, angger we hanya kuat sembilan menit. Tapi sungguh itu sudah kemajuan karena sebelumnya hanya enam menit saja. Naek 50% pan lumayan.


Berenang menggunakan fin sejauh dua ratus meter nonstop. Eta mah teu beurat asana teh. Da make fin mah, tangan diam juga kita teh teu tikerelep, melaju we. Oh iya, sebelum semua itu tadi dilakukan, di atas kami telah melakukan pemanasan, peregangan, dan lari-lari beberapa keliling kolam. Untuk menghindari cedera otot atau kaku otot.

Kemudian Pa Anton menyampaikan kepada peserta bahwa materi yang akan disampaikan pada sesi hari Minggu kemarin itu adalah bongkar-pasang alat, pemakaian peralatan di permukaan air, buddy breathing sambil berjalan-menyelam tapi bari maju maksudnamah, menolong buddy yang kelelahan, dan terakhir games. Games-nya adalah tiga set alat selam disimpan didasar kolam dengan jarak masing-masing sekitar sepuluh meter. Penyelam mengambil napas dari alat yang pertama, simpan lagi, lalu berenang ke alat yang kedua. Ambil napas lagi dari alat yang kedua, tinggalkan, demikian sampai alat yang ketiga lalu naik ke permukaan. Sayang sekali games yang rencananya dilakukan di akhir sesi tidak bisa dilakukan karena persedian udara yang tersimpan dalam tabung SCUBA (Self Contained Underwater Breathing Apparatus) tinggal tersisa sedikit.

Karena alat yang tersedia hanya lima set, maka penyelaman dibagi tiga grup masing-masing empat-empat- satu. Oh ya, yang datang kemarin teh saya, Danis, Rangga, Soleh, Ucup, Marta, Pei, dan Tri. Dodi datang belakangan. Dilla ikut dari awal sebagai photographer. Nuhun nya Dil.


Rombongan pertama saya, Danis, Soleh, dan Pei, didampingi Pa Anton. Satu persatu kami turun ke kolam dengan cara (sadangu-dangu) jensred.... Duka jenstret.... , setelah saya lihat di buku catatan Pa Anton, singhoreng tulisannya teh Giant Stride. Sesuai artinya, teknik ini dilakukan dengan melangkah persis dari bibir kolam selebar-lebarnya. Tong dicampuran ku ngajleng, komo bari awak dipurilitkeun siga loncat indah mah. Biasa we..., dan jangan lupa masker dan snorkel ditahan oleh satu tangan untuk menghindari terlepas karena benturan saat masuk ke permukaan kolam.

Setelah nyebur ke kolam lalu masing-masing berenang mendekati scuba yang telah digejebur-gejeburke un terlebih dahulu. Oh ya, SCUBA itu dipasangkeun ka semacam rompi yang disebut BCD (Buoyancy Compensator Device). Ada selang yang bisa dipasang-lepaskan antara scuba dan BCD sehingga si rompi teh bisa dikembang-kempeskeu n sesuai kebutuhan. Mun hoyong ngambang, eusian angin. Mun bade nyelam, kempesan. Para penyelam juga dipasangan pemberat yang terbuat dari timah. Mun ieu mah dipasangna siga beubeur dibelitkeun na cangkeng. Biasana masing-masing 4 timah nu beurat totalna 4 kg.
Setelah rompi BCD terpasang, geningan perjuangan da masangkeun ieu teh, ikatannya dikencangkan, regulator dipasang di mulut, masker terpasang, maka kita sudah siap untuk menyelam.


Lep we tah kami teh mengikuti Pa Anton menuju kolam yang lebih dalam. Asa bisa ngapung euy seselaman teh, urang teh kakalayangan kaluhur kahandap. Sebelum menuju tempat yang lebih dalam tidak lupa melakukan equalizing untuk menghindari sakit telinga. Caranya yaitu meniup napas lewat hidung tapi hidung ditutup sehingga udara mengisi ruangan di telinga. Bisa juga dilakukan dengan cara menelan ludah. Tapi tentu saja bukan karena kecewa... :)

Sesuai perjanjian, peserta berkumpul untuk mulai melakukan latihan buddy breathing. Begitu tiba didasar kolam, saya luak-lieuk, naha tinggal tiluan..., opatan jeung Pa Anton. Ditingali ka kenca ngan aya Danis, di hareupeun Soleh, lieuk ka katuhu ngan Pa Anton. Katingali Pa Anton oge luak-lieuk neangan hiji deui. Waktu ningali ka luhur, katingali aya bayangan nu nuju ngojay di permukaan nganggo peralatan selam. Singhoreng Pei kaluhur deui. Cenah mah kabiasaan mabal teh kacandak dugi ka ayeuna, jadi waktu kelas mau mulai jol belecet we kabur, he he he. Disusul eta ge ku Pa Anton kaluhur, ngan sigana Pei langkung enggal lumpat ka darat!



Akhirnya latihan dilakukan dengan 3 orang saja. Semua materi alhamdulillah bisa dilakukan dengan lumayan baik. Saya merasa sangat nyaman kemarin karena memakai wetsuit. Ternyata memang enak pisan lah pake wetsuit teh, teu tiris! Suhu tubuh stabil. Enak pisan lah...,saran saya kalau nanti latihan lagi pakailah wetsuit yang pas dibadan.

Latihan rasanya dilakukan sekitar setengah jam, kalaupun lebih tidak sampai satu jam. Setelah itu istirahat, terutama Pa Anton, karena harus mendampingi group yang kedua yang terdiri dari Marta, Ucup, Tri, dan Ranggot.

Sambil menonton group yang kedua menyelam, Pei ngadongeng ka abdi jeung ka Danis bahwa dirinya merasa teu salse bernapas di na cai teh, sehingga menyebabkan geumpeur. Beda pisan jeung mun di permukaan, cenah bari tuluy nangkarak, nyedot rokok bangun nu nikmat, dihembuskan, lalu duduk dan berkata, tuh pan ari di permukaan mah sakitu salsena napas teh. Atuh barakatak abdi jeung Danis seuseurian ningali polahna.... aya-aya wae! Tuluy Pei mah kokojayan jeung Adel putrana, jeung alona oge nu nyusul ka kolam dianteur ku Dein.


Selesai group kedua, diakhiri dengan group ketiga yang sebetulnya hanya Dodi sendiri, tapi lalu didampingi oleh saya, Danis, dan Soleh. Lumayan lah kanggo nambah jam latihan. Para pendamping mah ku Pa Anton oge teu dipiwarang menyelesaikan problem, tapi disuruh menikmati seselaman, ngararasakeun palebah mana nikmatna nyelam. Sambil tidak
lupa memperhatikan meteran udara bilih nuju nyelam der udaranya habis pan bahaya.

Jam dua-an beres we latihan teh. Rencana games tea teu janten da udarana kabujeng saat. Dengan selesainya latihan kemarin maka telah tuntas lah Latihan Ketrampilan Kolam, kantun latihan perairan terbuka. Insya Allah, ceuk Pa Anton, peserta latihan telah memenuhi syarat untuk mendapatkan sertifikat POSSI klasifikasi A1. Dan mudah-mudahan sertifikatnya sudah jadi dalam waktu dua minggu. Walau demikian nanti harus latihan di laut. Puguh we hoyong pisan atuh latihan di laut mah. Di kolam wae sakitu resepna, komo di laut nu seueur pemandangan. Eta mah bandinganna sasapedahan di na sapedah statis di ruang fitness jeung sasapedahan ikut fun bike Sadagori. Beda pisan!!!

Pa Ivan sendiri sebagai nu boga angkatan laut telah menyanggupi untuk mendampingi penyelaman di laut nanti, di Pulau Seribu, cenah. Pan deuk bari upacara penyematan brevet lain? Kitu cenah. Meureun maksudna pantesna manehna nu masangkeun brevet ka urang-urang. Sigana meuntasna make kapal perang Gilimanuk nya, siga rombongan Bu Dhinar kamari Senen. Amien.

Tah kitu dongeng Sambil menyelam sasapedahan teh. Cape, ari cape na mah. Tapi Alhamdulillah senang. Dan rasanya semakin fit. Teu heran..., waktu Sabtu malam saya menerima SMS dari seorang rekan yang telah ikut fun bike dan akan ikut nyelam. Bunyinya seperti ini "Pa Nirwan, karena kita bukan Batman apalagi Superman, apakah dimungkinkan latihan selamnya ditunda". He he he...., untung teu dibatalkeun nya?!


Howgh,

S 032 RBL

NB : Dre, kumaha carana naekkeun HB? Makan apa? Atawa kedah ameng deui?

Kredit foto : PPA Sadagori

 
© 2012. Design by Main-Blogger - Blogger Template and Blogging Stuff