April 22, 2011

Oleh : Yusuf Yanuardi Wibowo


Pada 27 Juni – 3 Juli 2010 yg lalu saya dan 3 orang rekan melakukan perjalanan menuju gunung tertinggi di pulau Jawa, yaitu Gn. Semeru (3676 mdpl) dengan puncaknya yang dikenal dengan sebutan Mahameru. Selain sebagai salah satu syarat untuk mendapat nomor pokok anggota PPA Sadagori, Gunung Semeru merupakan salah satu gunung yang selalu saya impikan untuk bisa saya taklukkan sambil membayangkan berada dititik tertinggi Pulau Jawa, pulau yang saya tinggali.

Dalam perjalanannya saya mendapati kejadian yang belum pernah saya alami sebelumnya, dimana salah satu anggota tim saya mengalami gejala Hipotermia. Saya sendiri bingung dan tidak tahu bagaimana cara penanggulangannya tapi beruntung salah satu anggota tim kami pernah menghadapi kondisi seperti itu sehingga langkah awal pertolongan pertama pada penderita pun dapat dilakukan.

Inilah yang saya ingin bagi kepada rekan – rekan tentang apa itu Hipotermia dan bagaimana pencegahan dan penanggulangannya, karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi ketika beraktifitas di alam bebas.

Pengertian

Hipotermia adalah kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan untuk mengatasi tekanan suhu dingin. Hipotermia juga dapat didefinisikan sebagai suhu bagian dalam tubuh mencapai 35 derajat C atau dibawahnya tubuh manusia mampu mengatur suhup adazonater monetralyaituantara 36,5 – 37,5 derajat C, diluar suhu tersebut respon tubuh untuk mengatur suhu akan aktif menyeimbangkan produksi panas dan kehilangan suhu panas dalam tubuh.

Gejala dan Indikasi

Hipotermia diawali dengan gejala kedinginan seperti biasa, seperti badan menggigil gemetaran. Bila tubuh basah maka serangan Hipotermia akan semakin cepat dan hebat. Puncak dari gejala Hipotermia adalah ketika korban tidak lagi merasa kedinginan malah merasa kepanasan (dalam buku Norman Edwin disebut “Paradoxical feeling of warmt”). Sehingga korban akan merasa kepanasan hingga membuka pakaiannya satu persatu walaupun suhu saat itu sangat dingin.

Hipotermia bergerak dengan pelan menyerang saraf, oleh karena itu korban tidak merasa kalo dia sudah menjadi korban Hipotermia. Dalam hal ini kawan seperjalanan harus selalu aware terhadap rekan satu timnya, apabila ada yang menunjukkan gejala yang tidak biasa maka kita harus waspada dan terus memperhatikan sambil menjaga kawan kita tetap sadar dan tidak bertambah parah.

Hipotermia juga dapat menimbulkan halusinasi pada penderitanya, sehingga dia seolah-olah melihat sesuatu dan terkadang mengejarnya. Kondisi halusinasi ini terkadang terjadi sebelum “paradoxical feeling of warmt” terjadi.

Pencegahan

Selama kita akan melakukan kegiatan di alam bebas selalu sediakan ponco atau rain coat khususnya ketika curah hujan sedang tinggi. Jaket dan pakaian – pakaian yang melindungi kita dari suhu dingin juga merupakan perlengkapan wajib yang harus selalu dibawa. Sarung tangan, kupluk/balaclava, sepatu pendakian yang menutup hingga mata kaki jugasangat penting, jangan pernah sekali – kali melakukan pendakian menggunakan sandal gunung atau bahkan sendal jepit. Usahakan untuk selalu menutup seluruh anggota tubuh khususnya ujungjari, telinga dan bagian-bagian yang banyak mengandung saraf reseptor.

Bawa makanan yang dapat menjadi kalori seperti gula jawa, kurma, coklat dll. Itu semua dapat dijadikan “cemilan” sambil jalan untuk mengganti energi yang hilang.

Jangan menunggu hingga hujan turun untuk memakai rain coat atau ponco, perhatikan selalu kondisi cuaca. Selalu usahakan agar pakaian kita tetap kering.

Jangan merasa ragu atau malu untuk berbicara kepada rekan seperjalanan atau team leader ketika kondisi tubuh kita mulai terasa kurang fit atau melemah.

Sumber :
Djuni.wordpress.com
Wikipedia.com
Dr. AryaYudhistira Sp. F

 
© 2012. Design by Main-Blogger - Blogger Template and Blogging Stuff