tag:blogger.com,1999:blog-58388762362985779272024-03-13T08:32:16.005+07:00SIDA ACUTA"Tuhan menciptakan alam agar manusia dapat mengambil pelajaran."sida acutahttp://www.blogger.com/profile/01054078312713596055noreply@blogger.comBlogger134125tag:blogger.com,1999:blog-5838876236298577927.post-3766523867946597432020-02-04T11:27:00.000+07:002020-02-04T11:36:09.951+07:00The Telegraph Road (Dire Straits)<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe width="320" height="266" class="YOUTUBE-iframe-video" data-thumbnail-src="https://i.ytimg.com/vi/_4E_924b9SU/0.jpg" src="https://www.youtube.com/embed/_4E_924b9SU?feature=player_embedded" frameborder="0" allowfullscreen></iframe></div>
<br />
Dari banyak band tahun ‘70 – ‘90 an, Dire Straits adalah salah satu favorit. Petikan gitar dan vokal Mark Knopfler yang berat nan powerful adalah mood booster di pagi hari sebelum pergi ke sekolah, dulu. Efektif mengusir rasa kantuk. Seingat saya hanya lagu ‘Why Worry’, ‘Brother In Arms’, dan ‘Your Latest Trick’ yang dibawakan dengan gaya slow. Sisanya nge-beat.<br />
<br />
Band ini dibentuk pada tahun 1977 di London, Inggris, oleh Knopfler bersaudara, Mark dan David. Mark sebagai lead gitar sekaligus vokal, adapun David menjadi backing vocal dan rhythm. Mereka didukung oleh John Illsley pada bas dan Pick Withers yang bertanggung-jawab pada drum dan perkusi. Periode aktif Dire Straits terbagi menjadi dua, tahun 1977 – 1988 dan tahun 1991 – 1995.<br />
<br />
Periode pertama diisi dengan kesuksesan album Dire Straits (1978), Communique (1979), Making Movies (1980), Love over Gold (1982), dan Brother in Arms (1985). Secara berturut-turut album-album itu mengantarkan Dire Straits ke puncak keterkenalan dan membuat mereka mendapatkan 4 kali Grammy Awards, tiga kali Brit Awards, MTV video music awards, dan berbagai penghargaan lain. Album-album itu ditandai dengan hits seperti Romeo and Juliet, Sultans of Swing, Brother in Arms, Walk of Life, Money for Nothing, dan banyak lagi.<br />
<br />
Adapun periode kedua hanya diisi dengan album On Every Street (1991) yang secara komersial tidak sesukses pendahulunya.<br />
<br />
Periode vakum antara 1989 sampai tahun 1990 dimanfaatkan untuk istirahat dari publikasi setelah kesuksesan dan popularitas diraih oleh band. Rupanya cape juga ya jadi orang terkenal, sampai harus istirahat. Pantesan pernah ada berita Raffi Ahmad mau vakum dulu dari dunia hiburan dan mau liburan keliling dunia, karena sudah cape terkenal. Adapun Mark Knopfler memanfaatkan masa vakum tidak untuk keliling dunia tapi fokus pada projek solo dan mengisi musik untuk film.<br />
<br />
Pada tahun 1980, David Knopfler meninggalkan band dan memilih bersolo karir. Pecah kongsi dengan Mark. Seperti group Oasis, kakak beradik Noel dan Liam Galagher yang pecah kongsi. Saya suka sedih kalau melihat band yang bubar, apalagi jika mereka bersaudara. Andai saja mereka mau meneladani group Bimbo yang kompak akur sampai tua.<br />
<br />
Dari banyak lagu Dire Straits yang saya suka, The Telegraph Road, yang adalah masterpiece sekaligus centerpiece dari album Love Over Gold, adalah juaranya. Lagu ini ditulis Mark Knopfler pada saat ia dalam perjalanan melalui Telegraph road yang terletak di negara bagian Michigan, dekat kota Detroit. Mark Knopfler saat itu sedang membaca novel The Growth of the Soil karya Knut Hamsun yang kurang lebih bercerita tentang perkembangan peradaban di Norwegia dari budaya agraris ke periode industrialisasi dan modernisasi.<br />
<br />
Terinspirasi oleh buku itu, serta melihat nama jalan yang terbentang didepannya, lahirlah lagu The Telegraph Road. Lagu ini bercerita tentang tumbuh dan surutnya sebuah peradaban. Diawali oleh kepioniran seseorang yang membangun rumah dan ladang yang letaknya jauh dari mana-mana, setidaknya ia telah berjalan 30 mil untuk sampai ke situ. Kemudian datanglah orang lain yang kemudian mukim dan juga bertani di sana. Lalu berkembanglah tempat tersebut menjadi pemukiman yang besar, sebuah kota industri dengan populasi yang besar.<br />
<br />
A long time ago came a man on a track<br />
Walking thirty miles with a sack on his back<br />
And he put down his load where he thought it was the best<br />
Made a home in the wilderness<br />
He built a cabin and a winter store<br />
And he ploughed up the ground by the cold lake shore<br />
And the other travelers came walking down the track<br />
And they never went further, no, they never went back<br />
<br />
Kemudian didirikanlah sekolah-sekolah, dibuatlah gereja-gereja, dibuatlah peraturan, muncullah para pengacara. Semakin besar ketika kemudian dibuatlah pertambangan, dibuatlah jalan-jalan, timbulah kemacetan, timbulah pemecatan. Munculah ironi. Ketika kemajuan perekonomian, kemajuan peradaban, justru melahirkan kerakusan, pertikaian antar manusia. Kedamaian kehidupan di periode awal kehidupan agraris hilang terenggut oleh ketamakan industrialisasi.<br />
<br />
Then came the churches, then came the schools<br />
Then came the lawyers, then came the rules<br />
Then came the trains and the trucks with their load<br />
And the dirty old track was the Telegraph Road<br />
Then came the mines, then came the ore<br />
Then there was the hard times, then there was a war<br />
Telegraph sang a song about the world outside<br />
Telegraph Road got so deep and so wide<br />
Like a rolling river<br />
<br />
Masih ada beberapa bait lagi yang bercerita tentang kejayaan dan mulai runtuhnya kejayaan itu.<br />
<br />
Begitulah, lagu ini bercerita tentang tumbuh dan berubahnya peradaban, dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Lengkap dengan dampak yang ditimbulkannya.<br />
<br />
The Telegraph Road adalah lagu yang tidak biasa. Dari sisi durasi, ia terhitung sangat panjang. 14 menit! Itu versi standarnya. Ketika dibawakan dalam pertunjukkan langsung, ia bisa mencapai 15 menit. Seolah ingin menunjukkan perubahan peradaban yang diceritakan lagu itu, Mark Knopfler dan kawan-kawan memainkan musik dalam The Telegraph Road mulai dari lemah lembut lambat membuai, hingga ke tempo yang sangat cepat dimana tidak banyak musisi dapat memainkannya. Dari suara berat yang perlahan muncul dari kejauhan sampai teriakan yang diiringi pukulan tuts piano yang megah dan riuh. Semuanya dibawakan dengan indah dan serasi sehingga 14 menit untuk lagu ini terasa sebentar saja.<br />
<br />
Itulah kehebatan musisi. Hanya dalam satu lagu, ia mampu bercerita beberapa pelajaran sekaligus. Sosial, ekonomi, dan boleh jadi psikologi. Juga sejarah. Yang kalau dibuat dalam buku pasti akan menghabiskan ratusan halaman dan ribuan kata. Oleh Mark Knopfler, puluhan buku itu dibungkus dalam sebuah lagu yang memberi pelajaran kepada kita bahwa ketamakan manusia akan menghancurkan dan meninggalkan kejayaan yang didapatkan, menjadi puing-puing belaka. Dahsyat.<br />
<br />
Rock on, Mark.<br />
<br />
Howgh,<br />
<br />
(seperti yang dituliskan oleh Nirwan Nugraha di WA Grup Sadagori 27 Januari 2020)Tri Damayanthohttp://www.blogger.com/profile/12169663159033079480noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5838876236298577927.post-35402372909703138812020-02-04T11:26:00.001+07:002020-02-04T11:26:06.879+07:00Catatan Perjalana Bangkok - Chiangmai III<div style="text-align: justify;">
Ternyata saudara-saudara, naik kereta api dari Bangkok kurang elok pemandangannya. Tadinya saya berharap bisa melihat Thailand yang hilly dan scenic, tapi yang dilihat hanya hamparan sawah, hamparan ilalang, dan banjir yang lidah airnya merendam sebagian rel kereta api. Keretanya sendiri, karena banjir itu, sering memperlambat jalannya sehingga perjalanan yang seharusnya 12 jam molor menjadi hampir 14,5 jam. Wareg lah calik na kareta! Ketika sampai di Stasiun Chiangmai waktu sudah mendekati Pukul 11 malam. Stasiun Chiangmai tidak terlalu besar, seukuran Stasiun Banjar lah. Tapi memang lebih bersih dan tertib. Terasa waktu mencoba toilet yang berbayar THB 3, tidak ada bau yang gak enak. Air, sabun cuci tangan, dan tisu tersedia. Nyaman.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Keluar dari stasiun, tidak ada taxi meter, akhirnya naik mobil pribadi yang dijadikan taxi untuk menuju hotel yang jaraknya sekitar 5 km seharga THB 100. Nu nyupiranna ibu-ibu usia 50-an awal sigana. Berarti mun ibu-ibu mau nyupiran 'mobil umum' di stasiun boleh lah diasumsikan bahwa tempat itu aman. Si Ibu oge nawaran sewa mobilnya untuk tour ke sekitar Chiangmai. Ngan hanjakal bahasa Inggris na rada harese, sababaraha kali ngobrol jadi teu nyambung atawa si Ibu na nyarios teu ngartos. Ti stasiun langsung ka Holiday Inn. Untunglah kami mendapat discount rate dari Asiarooms, untuk kamar executive di Holiday Inn dapet THB 5000, sekitar 500 ribu semalam. Kamarnya besar dan mewah, dengan pemandangan ke arah sungai Ping yang lebar dan airnya mengalir deras.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi, setelah di Bangkok menginap di Shangri La dengan pemandangan sungai Chao Praya, kembali kami menikmati kamar hotel dengan pemandangan sungai di Chiangmai. Dengan hotel yang tidak kalah luxurious..., meni ngagaya pisan he he he...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cape perjalanan panjang kareta api matak tibra bobo.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari ini, setelah semalam beristirahat dari penatnya perjalanan, dan memulai sarapan pagi yang melimpah di hotel, Ninin dan saya mencari informasi kepada hotel untuk tempat-tempat yang worth visit, sekaligus alternatif transport yang paling murah dan nyaman. Setelah membanding-bandingkan dengan gaya budgeted tourist, ternyata transport yang paling baik adalah menyewa dari hotel. Dengan THB 1200 kami dapat van yang lega, supir berbahasa Inggris, cooler dengan persediaan air minum, dan yang penting waktunya tidak dibatasi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ninin, Cisca, dan saya memutuskan untuk pergi ke daerah Mae Taeng dan ke Doi Suthep. Mae Taeng berjarak sekitar 20 km dari kota dimana terdapat Snake Farm, Tiger Kingdom, dan Elephant Camp. Letaknya satu sama lain cukup dekat, kurang lebih 5 km saja. Sebetulnya ada banyak kegiatan outdoor di daerah itu, ada motocross, ATV, mountain bike, airshot gun, bahkan penangkaran monyet. Tempat yang didatangi pertama adalah Tiger Kingdom.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi harapan tinggal harapan, ternyata bukan sebuah reservasi harimau yang kami temui, tapi hanya 36 ekor harimau yang sudah dijinakkan dan siap untuk berfoto bersama pengunjung. Kuciwa deh, hanya melihat-lihat sebentar tanpa membeli tiket, kami putuskan untuk mengucapkan selamat tinggal. Bade difoto jeung maung mah di Taman Safari we nya. 2 km dari situ, kami berhenti di Snake Farm. Harga tiket masuk THB 200. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ini baru menarik. Yang menarik memang bukan melihat ular-ular yang bengong ngalamun didalam kandang, tapi atraksi ular. Dalam arena berbentuk lingkaran berdiameter 4 meter, sang pawing yang disebut Snake Man melakukan aksinya. King Cobra diganggu sehingga berusaha mematuk, tapi dengan kelihaian yang luar biasa, pawang itu selalu berhasil lolos dari patukan ular, bahkan akhirnya ular bisa dicium dan ditangkap. Lalu dipaksa untuk mengeluarkan bisa kedalam gelas yang ditutup plastik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cobra galak itu dibuat tidak berdaya mungkin kalau dia manusia mah geus diwiwirang, ibaratna preman garang yang dibikin takluk tidak bisa apa-apa. Selanjutnya atraksi dengan menggunakan ular Piton, ular Pohon, dan ular Sapi. Ternyata sambil beratraksi, si pawang memperhatikan pengunjung mana yang terlihat paling takut, untuk kemudian dengan sengaja membawa ularnya mendekati pengunjung itu. Puguh tambah sieuneun. Bahkan di satu kesempatan ketika ular masih didalam kotak dan hendak dikeluarkan dengan bambu, MC mengumumkan bahwa ular pohon itu mampu melompat sejauh 6 meter dan meminta pengunjung untuk lebih berhati-hati. Na eta mah jug belewer teh tina peti ngapung ka turis anu sieunan tea, ampir we manehna ngajuralit tina bangku, singhoreng tambang anu ngahaja disiapkeun jang nyingsieunan. Jail pisan!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya senang bisa melihat pertunjukan itu karena asa kacumponan cita-cita. Baheula pernah nongton film dokumenter di Discovery Channel tentang perjuangan seorang anak di daerah itu yang ingin menjadi snake man. Si budak nu umurna kakara 8 taunan difilmkeun latihan terus menerus mengikuti pamannya yang telah menjadi snake man terkenal, hingga akhirnya dia bisa memulai pertunjukkannya yang pertama. Resep ningali filmna, akhirna kacumponan ningali langsung pertunjukanna.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah snake farm, perjalanan dilanjutkan ke Elephant Camp. Tiba disana Pukul 12.45, karena Elephant Show baru maen jam 1.30, sempet puter-puter heula ningalian lingkungan camp. Sempet ningalian gajah nu diparaban, dimandian, sapawangna-sapawangna ti mimiti gajah leutik nepi ka anu sagede gajah, enya gede pisan maksudna. Elephant Camp teh teu gede-gede teuing, paling oge sagede Camping Ground Cikole, tapi gajahna rea, aya ka na 50 mah. Aya elephant riding ngurilingan camp, sajam the THB 800. Ah teu hoyong, keur mah awis, oge asa teu resep dibonceng ku gajah lalaunan mah, duka mun sajam tapi gajahna bari lumpat mah, rada diemutan. Tapi ngacleng meureun urang na oge nya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirna tibalah pada pertunjukan gajah. Dimulai dengan memandikan gajah-gajah itu di sungai. Resep ningali gajah meni siga budak nyoo cai, tinggejebur, aya nu bari gogoleran, kekerelepan, bari garandeng disada. Kaluar ti walungan tuluy rombongan gajah teh diabringkeun ka tempat pertunjukan. Didinya gajah-gajah teh atraksi maen bal, maen harmonika bari nari-nari, nyusun batangan kayu, dan yang paling luar biasa adalah melukis! 5 gajah masing-masing menghadapi satu kanvas, ngalukis make cat air sakarepna-sakarepna. Pawangna mangmilihkeun warna. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Singhoreng hasilna beda-beda, aya nu ngagambar anggrek di na pot, ngagambar tangkal nu kembangna warna-warni, ngagambar tangkal, dan yang paling luar biasa aya nu ngagambar bonsay, siga caringin bonsay. Subhanallah, ternyata gajah punya kemampuan luar biasa. Eta gambarna persis we hasil ngagambar pelukis serius, rapih, nempatkeun warnana harmonis, jeung pas komposisina ka na ukuran kanvas. Hebat pisan lah, para penonton dibuat terpesona. Sajam pertunjukan gajah asa teu karaos, jabaning tiket masuknya juga murah, ngan THB 120.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Tri Damayanthohttp://www.blogger.com/profile/12169663159033079480noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5838876236298577927.post-82759959749212883172020-02-04T11:26:00.000+07:002020-02-04T11:26:01.563+07:00Catatan Perjalanan Bangkok - Chiangmai II<div style="text-align: justify;">
Ieu catetan waktos di Hualam Phong...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah perjalanan 15 menit dengan taxi, tibalah Cisca, Ninin, dan saya di Stasion Hualam Phong - Bangkok. Stasion utama yang melayani perjalanan kereta api ke seluruh Thailand bahkan ke negara-negara tetangganya seperti Malaysia dan Singapura. Jadwal kereta pukul 08:30, kami sampai di Stasiun pukul Tujuh kurang lima menit. Sengaja memang pergi lebih awal sebagai prosedur tetap untuk menghadapi keadaan yang belum pernah dilakukan, bisi aya nanaon cukup waktuna.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan informasi dari petugas hotel tadi malam bahwa kemungkinan jadwal perjalanan kereta api dapat terganggu karena banjir, alhamdulillah tidak terjadi. Penjualan tiket kereta api berjalan normal, dan tidak ada pengumuman di stasiun bahwa ada banjir yang akan menghalangi perjalanan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata proses pembelian tiket sangat mudah. Tidak ada antrian di loket. Dengan dibimbing oleh seorang petugas dari tourist information desk, kami membeli tiket yang harganya per penumpang sebesar THB 611 untuk tujuan Chiangmai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masih sekitar sejam setengah lagi menunggu keberangkatan, Cisca dan Ninin muter-muter di stasiun, sementara saya duduk di tempat yang tersedia sambil menulis catatan ini. Hall stasiun cukup luas, mungkin sekitar setengah lapangan sepak bola. Kayaknya bangunan peninggalan lama. Konstruksinya dari besi dengan bentuk bangunan melengkung, mirip Stasiun Kota, di Jakarta.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Didalam stasiun suasananya bersih dan terasa tertib untuk ukuran stasiun kareta di tanah air. Merokok di lingkungan stasiun dikenai denda THB 2000. Papan informasi elektronik yang cukup besar menampilkan jadwal keberangkatan dan kedatangan kereta dalam dua bahasa, Inggris dan Thailand. Oh ya, semua keterangan di stasiun, bahkan yang saya lihat selama di Bangkok, ditulis dalam dua bahasa seperti itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kembali ke dalam stasiun. Di bagian pinggir hall berjajar kios-kios food court, money changer, kedai kopi, penitipan bagasi, termasuk juga pusat informasi dan pos polisi kereta api. Pusat informasinya dikelola serius, dilengkapi komputer dan petugas berbahasa Inggris dan sangat helpful.</div>
<div style="text-align: justify;">
Didepan kios-kios tadi disediakan jejeran tempat duduk untuk calon penumpang. Saya hitung masing-masing 200 tempat duduk di setiap sisinya, total 400 kursi. Jumlah loket ada 22, setiap loket dilengkapi komputer dan printer sehingga nampaknya kita bisa membeli tiket untuk jurusan apa saja di loket yang mana saja. Petugas kebersihan terus bergerak membersihkan sampah yang terlihat olehnya, sehingga stasiun terasa bersih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mun ningali potongan jeung babawaanna, orang-orang di stasiun ini ada pengguna kereta untuk jarak pendek seperti pelajar dan karyawan nu relatif lalengoh, dan ada yang perjalanan panjang dengan ransel atau koper yang besar, termasuk turis-turis. Dengan gedungnya yang tiga lantai, bangunan Stasiun Gambir nampak lebih modern dibandingkan Stasiun Hualum Phong. Tapi begitu kita berada didalamnya, kita bisa membandingkan bahwa ke- modern-an itu tidak hanya terletak pada fisik bangunan, tapi lebih pada kebersihan, ketertiban, rasa aman, dan kemudahan setiap orang bahkan yang tidak berbahasa daerah itu untuk mengakses informasi yang dibutuhkannya mulai dari tiba sampai meninggalkan stasiun itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pukul delapan tepat ada pengumuman yang kalau saya dengar sih seperti pengumuman jadwal kereta da ku Bahasa Thailand. Tapi pengumuman ini kemudian diikuti dengan bunyi peluit petugas keamanan. Semua orang yang sedang duduk lalu berdiri, yang sedang berjalan berhenti, lalu berdiri menghadap gambar raja yang ada di dinding stasiun. Lalu diputar lagu kebangsaan Thailand. Luar biasa, begini rupanya cara mereka menanamkan nasionalisme. 5 menit penghormatan kepada raja dan lagu kebangsaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Keberangkatan kereta terlambat 30 menit. Karosong, paling hanya terisi 15 persen saja. Ternyata kondisi keretanya tidak semewah yang dibayangkan. Mungkin sekelas Parahyangan tapi jelas dibawah Argo Gede. Memang harganya murah sih, cuma THB 611 atau sekitar Rp 180 ribu. Mudah-mudahan tidak mengurangi kenikmatan perjalanan. Ah da memang niatna sanes menikmati kareta api...., kami bisa saja naik Air Asia yang harga tiketnya 'hanya' Rp 600 ribu dan waktunya cuma 70 menit, tapi bila itu yang jadi pilihan maka kami tidak punya kesempatan untuk melihat setengah Thailand melalui jendela ini, jendela kereta Special Diesel Rail Coach Second Class….</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Tri Damayanthohttp://www.blogger.com/profile/12169663159033079480noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5838876236298577927.post-997185821183742582020-02-04T11:25:00.002+07:002020-02-04T11:25:56.644+07:00Catatan Perjalanan Bangkok dan Chiangmai I<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mendarat di Svarnabhumi pukul 8 kurang saparapat, malam. Tiga jam seperempat penerbangan Jakarta Bangkok hampir tidak terasa karena dilalui dengan tidur. Kaluar ti na pesawat masuk ke dalam bangunan airport yang megah dan terang benderang. Perjalanan dari pintu pesawat menuju counter imigrasi terasa panjang tapi menyenangkan karena koridor yang dilalui rapih, teratur, harum, tiis, dan ada toko-tokonya deuih, jadi bari cuci mata.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sampai di area imigrasi, ternyata antrian sudah cukup panjang. Sekitar 15 menit menunggu, baru dapet giliran diperiksa. Aneh, setiap menemui antrian imigrasi saya selalu merasa nervous, rarasaan teh siga deuk dipariksa ku pulisi, atawa keur diteangan kasalahan. Teu diluar negeri teu di Indonesia, rarasaan teh aya we dokumen nu kurang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah diperiksa, paspor di cap, plok...plok...plok...., teuing palebah mana wae anu di cap teh, tuluy dipasrahkeun deui paspor teh. Plong....., ku lantaran teu aya bagasi tiasa langsung kaluar ka area publik. Sudah diniatkan ti Jakarta keneh, hoyong nyobian kareta api nu ti bandara ka Bangkok, yang baru beberapa bulan diresmikan dan tiketnya pun masih tiket diskon.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mun ningali gambarna di internet mah siga nu sae pisan. Namina Airport Rail Link. Dipapay we papan penunjuk nu alhamdulillah jelas. Terminal kareta teh ayana di lantai panghandapna, di basement bangunan bandara. Untuk sampai disana, sangat mudah bahkan bila kita bawa koper nu gede sekalipun. Eskalatorna siga nu sok aya di tempat balanja, rata. Suasana bandara yang tertib, bareresih, dan nyaman, dengan petunjuk-petunjuk yang jelas, mendukung first timer untuk tidak akan tersesat. Mau pake lift juga ada.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena uang baht yang dibawa pecahan seribu, akhirnya saya beli dulu minuman dua botol serta satu snack sehingga dapat kembalian recehan. Dengan asumsi bahwa beli tiket kereta yang hanya THB 15 harus pake recehan. Begitu tiba di loket kereta api, nampaklah bahwa loket itu siap dengan pecahan uang berapapun yang kita bawa. Teu kedah ku recehan, bade ku sarebuan oge mangga. Loket na oge meni keren, petugasna ngarora keneh dandananna siga padamel bank. Dikacaan, eusina aya genepan kitu, masing-masing mayunan komputer.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sampai di peron, ngantosan sekitar 10 menit. Kereta berangkat setiap 15 menit. Jarak yang ditempuh dari bandara sampai stasiun di pusat kota sejauh 28 kilometer lebih sedikit dengan delapan stasiun perhentian. Waktu tempuh ti bandara dugi ka kota (setelah mencoba dua kali), sekitar 28 menit dengan waktu berhenti di setiap stasiun sekitar 30 detik. Rel anu dibawah tanah ngan nu di bandara hungkul, kaluar ti bandara sampai ka kota mah si rel teh ayana di luhureun jalan raya. Kecepatan maksimal adalah 160 km/jam, ini saya tahu bukan dari melihat speedometernya tapi info dari web nya, he he he.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jol kareta datang, blus ka na kareta, euleuh meni resep. Kareta teh meni beresih...sih...sih. Modern model na teh. Satu rangkaian kareta terdiri dari tiga gerbong dan tiap gerbong mampu mengangkut sampai, mun saya teu salah mah, ah sabaraha nya harita teh, hilap deui.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jumlah tempat duduk tidak terlalu banyak, seueur disadiakeun kanggo nu tatih. Oh iya, yang saya ceritakan ini kareta anu kelas ekonomi. Mun nu express na, teu eureun-eureunan di unggal stasion, tapi langsung. Nu express mah calik sadayana tapi ongkos na oge langkung awis. Nyaan eta kareta beresihna. Sengaja saya colek bagian bawah jendela yang biasanya berdebu. Bersih friend! Tidak ada debu. Bahkan bagian yang dekat kaki juga saya lihat beresih. Cle calik dina korsi anu minimalis tapi hipu bari ningalian penumpang nu sanes... :)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Geuleuyeung kareta maju, karaos ngebutna. Kaluar ti na taneuh, tuluy naek ka na trek nu ayana di luhureun jalan. Tambah laluasa ningali pemandangan kaluar. Duka pedah area caket bandara, duka di seluruh Bangkok seperti itu, jalan teh lalega, caraang ku lampu jalan. Sigana mun mobil teu dilampuan oge moal poek. Di tiap-tiap stasion kareta teh eureun, nurunkeun jeung naekkeun penumpang. Akhirnya tibalah di Phaya Tai Stasiun, tungtung jalur. Rada hanjakal oge naha enggal-enggal teuing meni tos dugi deui, padahal sedang menikmati.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nyaan teu rugi pisan mayar opat rebu lima ratus rupia teh. Turun didieu, di lantai 3. Turun salantai ka lantai dua, nyambung ka na kareta kota Bangkok. Kareta kota Bangkok namina BTS Skytrain. Mun nu tadi mah Airport Rail Link, nu ieu mah Skytrain. Terdiri dari dua jalur yaitu jalur Sukhumpit yang melayani Bangkok utara sampai Bangkok Timur, dan jalur Silom yang melayani Bangkok barat ke selatan. Kedua jalur bertemu di Stasiun Siam nu mangrupakeun stasiun central. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kaayaan stasion estuning bareresih, teu aya runtah, teu aya puntung rokok da teu kenging ngarokok. Pelanggaran akan didenda THB 2000, sekitar genep ratus rebu rupia. Ngajanteng heula di stasion BTS teh, ningalikeun kumaha carana meuli tiket jeung asup ka stasiun. Didinya teh aya mesin tiket sababaraha unit. Aya oge loket nu dijaga ku petugas. Penumpang teh aya nu langsung ka mesin tiket, pencet sana sini, masukin uang, tiket kaluar, ambil lalu pergi ke arah pintu otomatis, masukin tiket, pintu terbuka, ambil lagi tiketnya, lalu jalan ke arah tempat ngantosan kareta.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aya oge nu ka loket heula. Ah ambil gampangnya sajah, antri we di loket. Masihkeun artos THB 100 ka petugas, diuihkeun deui ku artos, nganggo artos kertas pecahan duapuluh jeung koin pecahan 10 jeung 5. Teu ngitung harita teh yen jumlahna tetep 100. Bingung abdi teh, mana tiketna...., bade uih deui ka loket nu antri meni seueur, ah teu raos atuh jeung yakin yen teu mungkin petugas stasion salah. Setelah merhatikeun penumpang nu katingalina urang dinya, singhoreng memang setelah dari loket teh tuluy meser tiket na mah di na mesin, nganggo artos koin. Jadi, si loket teh sanes tempat jualan tiket tapi tempat nukeuran artos, beu!! Teu maca abdi teh, di na kaca aya seratan 'change only'. Untung can complaint....</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tos apal kitu mah langsung we ka mesin, pencet zona stasiun tujuan, lebetkeun recehan, candak tiketna, geuleuyeung we lebet ka peron tempat ngantosan. Teu lami jol we kareta Skytrain teh. Sami geningan siga kareta nu ti bandara..., muhun sami modernna, sami bareresihna. Penumpang kareta teh sanes ngan potongan Asia hungkul, tapi seueur bule na. Lamun urang naek TransJakarta mah pan eusina jauh lebih banyak urang Indonesia na nya, ari na kareta ieu mah meureun aya ka na saparapatna urang bule. Jadi na kareta teh aya nu nyarios bahasa Thailand (meureun), aya nu nyarios bahasa Inggris, aya oge nu nyarios duka bahasa nanahaon da teu ngarti.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ngan dua stasion kareta tos dugi ka Stasion Siam, 5 menit meureun. Turun we, da kedah ngalih ka jalur kareta Silom. Tujuan teh nyaeta ka hotel tempat Ninin mondok, hotel Shangri la anu tempatna deukeut stasion Saphan Taksin. Stasion ieu teh ayana di jalur kareta nu hiji deui. Teu lami ngantosan, jol we kareta nu bade ngalangkung ka stasion tujuan. Clak naek, geuleuyeung deui. Ngan sekitar 15 menit meureun, ngalangkungan 6 stasion, dugi we ka Saphan Taksin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nyaan pengalaman yang menyenangkan naek kareta di Bangkok teh. Murah, mudah, cepat, bersih, aman, penumpangna saropan..., sok kurang naon deui ari geus kitu? Stasion-stasionna aya di tempat-tempat anu strategis. Kadang-kadang ti stasion ka mall teh teu naek turun heula tapi langsung aya jembatan nu nyambungkeun. Total perjalanan dari airport dugi ka hotel tujuan, dengan diselang ku ngajanteng heula, teu dugi ka sa jam dengan biaya hanya THB 50 alias Rp 15 rebu. Sedap kan??</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Tri Damayanthohttp://www.blogger.com/profile/12169663159033079480noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5838876236298577927.post-88855934060403162142020-02-04T11:25:00.001+07:002020-02-04T11:25:51.686+07:00Rarangken Hirup<span style="font-family: verdana; font-size: x-small;">(Ida Martalogawa)<br /><br />Lamun bagja eunteup<br />Sanajan ngan sakerejep<br />Tangkeup sing pageuh<br />Ku hate anu deudeuh<br /><br /> Lamun bagja hiber deui<br /> Diselingan ku kapeurih<br /> Tampa sing pasrah<br /> Ku hate nu sadrah<br /><br />Hirup teh rupa kangkalung<br />Tiiran bagja reujeung tunggara<br />Anu meulit kana ati<br />Satungtung urang kumelip<br /><br /> Ulah aral ngarasula<br /> Lamun anjeun manggih tunggara<br /> Ulah lali ka purwadaksina<br /> Lamun rajeun pinanggih bagja<br /><br /> Angger sujud tarimakeun<br /> Kasusah ku hate sabar<br /> Kasuka ku hate sukur<br /><br /> <br /><span style="font-size: xx-small;">Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh <span style="font-style: italic; font-weight: bold;">Hawe Setiawan</span></span><br style="font-style: italic; font-weight: bold;" /><br /><br />Bila kebahagiaan hinggap<br />Meski hanya sekejap<br />Dekaplah sekuat tenaga<br />Dengan hati penuh cinta<br /><br /> Bila kebahagiaan terbang lagi<br /> Berseling rasa pedih<br /> Terimalah dengan pasrah<br /> Dengan hati yang sadrah<br /><br />Hidup bagai kalung seuntai<br />Suka dan duka sama terangkai<br />Membelit hati<br />Selama hayat kita jalani<br /><br /> Janganlah gundah gulana<br /> Jika duka datang menimpa<br /> Janganlah diri terlupa<br /> Jika suka datang menyapa<br /> Tetaplah sujud menerima<br /> Duka dengan hati yang sabar<br /> Suka dengan hati yang sukur</span>Tri Damayanthohttp://www.blogger.com/profile/12169663159033079480noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5838876236298577927.post-83318131951550462362020-02-04T11:25:00.000+07:002020-02-04T11:25:46.453+07:00Harepan<span style="font-family: verdana;">(Ida Martalogawa</span>)<br />
<br />
<span style="font-family: verdana;">Mangka maneuh kadeudeuh sing pageuh</span><br />
<span style="font-family: verdana;">Mangka meulit kaasih sing dalit</span><br />
<span style="font-family: verdana;">Kangkalungkeun dina manah anu ihlas</span><br />
<span style="font-family: verdana;">Salendangkeun dina ati anu wening</span><br />
<span style="font-family: verdana;">Tanda bakti ka Yang Widi</span><br />
<span style="font-family: verdana;">Bawaeun urang mulang</span><br />
<br />
<span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: verdana;">Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh <span style="font-style: italic; font-weight: bold;">Hawe Setiawan</span></span></span><br />
<span style="font-family: verdana;">Teguhlah cinta teguh tertanam</span><br />
<span style="font-family: verdana;">Eratlah kasih erat membelit</span><br />
<span style="font-family: verdana;">Kalungkan pada hati yang ikhlas</span><br />
<span style="font-family: verdana;">Selempangkan pada hati yang bening</span><br />
<span style="font-family: verdana;">Tanda bakti pada Hyang Widi</span><br />
<span style="font-family: verdana;">Bekal kita pulang nanti </span><br />
<br />Tri Damayanthohttp://www.blogger.com/profile/12169663159033079480noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5838876236298577927.post-87838707167742942772014-07-06T21:31:00.000+07:002020-02-04T11:15:51.638+07:00First Overview of Mount Dempo<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9vMpdhsArCQM4fQoohkw0VAsqQZFADFsI-6ti15tno0zWB0F5OFDnlpJ36_oaZGM9DjRD3RN8u05XgbE05O6jSkmXSKaIFFASA4a5zu0Adais004ta4eZj7eRkM5WkXj0DR2eKx5momd0/s1600/101652_11274418012014_gunung_dempo_-_kebun_teh.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="263" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9vMpdhsArCQM4fQoohkw0VAsqQZFADFsI-6ti15tno0zWB0F5OFDnlpJ36_oaZGM9DjRD3RN8u05XgbE05O6jSkmXSKaIFFASA4a5zu0Adais004ta4eZj7eRkM5WkXj0DR2eKx5momd0/s320/101652_11274418012014_gunung_dempo_-_kebun_teh.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: justify;">
Gunung Dempo merupakan gunung yang terletak di perbatasan Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Bengkulu, tepatnya di Kota Pagaralam. Selain tinggi Dalam artikel ini, kami akan membahas hal-hal menarik mengenai Gunung Dempo ini yang kami kutip dari salah tim Penjelajahan Sadagori 2014. </div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ol>
<li style="text-align: justify;">Gunung Dempo memiliki ketinggian 3159 mdpl.
Gunung-gunung di Indonesia yang memiliki ketinggian di atas 3000 mdpl cenderung memiliki daya tarik tersendiri bagi para pendaki dan penjelajah gunung. Selain medan yang dilalui cukup menantang, terdapat hadiah berupa pemandangan yang indah dari atas puncaknya.</li>
<li style="text-align: justify;">Gunung Dempo merupakan salah satu dari sedikitnya gunung yang masih ‘jarang’didaki.
Pendataan mengenai Gunung Dempo yang relatif masih sulit untuk dicari sekiranya membuktikan bahwa Gunung Dempo masih jarang didaki, tidak seperti beberapa gunung di atas 3000 mdpl lainnya. Karena masih jarang didaki, Gunung Dempo tentunya lebih bersih dari sampah-sampah pendaki yang tidak mementingkan kebersihan. </li>
<li style="text-align: justify;">Adanya potensi wisata
Gunung Dempo memiliki kawah yang belum terlalu dikenal oleh masyarakat. Keindahannya pun tidak kalah bagus dengan gunung-gunung lainnya yang terkenal dengan kawah dan tempat-tempat wisatanya.</li>
<li style="text-align: justify;">Termasuk ke dalam kawasan PTPN VII
Gunung Dempo juga merupaka kawasan PTPN VII yang memungkinan besar dapat dijadikan sebagai tujuan company visit. </li>
<li style="text-align: justify;">Medan perjalanan yang menantang
“Harus dicoba medan jalurnya, mantap banget.” ujar Firdarani, anggota tim Penjelajahan Sadagori 2014. </li>
<li style="text-align: justify;">Memiliki dua puncak kembar
Gunung Dempo memiliki dua puncak kembar yang ditengahnya terdapat pelataran atau semacam dataran yang sangat luas. Para pendaki dapat memanfaatkan pelataran ini untuk beristirahat sekaligus menikmati pemandangan dari ketinggian 3000 mdpl. Selain itu, di pelataran ini pun terdapat telaga yang dapat dijadikan sumber air. </li>
<li style="text-align: justify;">Hampir di setiap pos terdapat sumber air
Salah satu permasalahan yang paling sering dan fatal dialami oleh para pendaki gunung adalah sulitnya mencari sumber air. Namun, para pendaki dapat dengan mudahnya menemukan sumber air di Gunung Dempo karena hampir di setipa pos yang melalui KMP IV terdapat sumber air.
</li>
</ol>
</div>
sida acutahttp://www.blogger.com/profile/01054078312713596055noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5838876236298577927.post-70010456636285176632012-09-26T15:48:00.000+07:002012-09-26T15:51:09.854+07:0010 Best Hiking Trails in the World<br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">If everyone placing personal ads who claimed the hobby of “hiking” really did it with any regularity, the earth would have been trampled flat decades ago.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">But those who really do enjoy this peaceful outdoor activity have plenty of incredible choices in every corner of the world.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Here are the ten best hikes on the planet, each with a combination of scenery and special extras that make them well worth going out of your way to enjoy.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<b><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Tongariro Northern Circuit, North Island, New Zealand</span></b><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">It is certainly no secret that New Zealand boasts some of the world’s most beautiful and dramatic scenery, which is why it’s not surprising that one of the world’s most spectacular hikes is located on these mountainous islands. While many people who hike in the Tongariro Reserve (a World Heritage site) on the Northern island stick to the one-day Tongariro Alpine crossing, the multi-day (2 nights and 3 days) Tongariro northern circuit provides hikers with a much richer and scenic experience.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-a9D3K2qMc8sUbl2_Tu0EGtMTZG_viiLwgYFdyKnRHf3dMYKzIRJvMzDjMbznIK78mUHOmmJFbDTXUxgIKSVTFctc8jszqWdUK5RQBB2kpaWkte32f1geb4v9kOeIEt36iwaDIn5obj01/s1600/New+Zeland.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="356" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-a9D3K2qMc8sUbl2_Tu0EGtMTZG_viiLwgYFdyKnRHf3dMYKzIRJvMzDjMbznIK78mUHOmmJFbDTXUxgIKSVTFctc8jszqWdUK5RQBB2kpaWkte32f1geb4v9kOeIEt36iwaDIn5obj01/s640/New+Zeland.jpg" width="640" /></a></div>
<span style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;">Hikers on the Tongariro Northern Circuit hike for about 35 kilometers through non-stop compelling volcanic and desert environs that will make you feel like you are trekking on the surface of another planet—all while giving you high mountain peaks as a backdrop, diversely striking vistas wide variety of different scenery. Hikers who set out on this out-of-this-world hike (quite literally) will circumambulate the active volcano Mt. Ngaurube (Mt. Doom for those Lord of the Rings fans out there) while hiking past boiling mud pools, craters, interesting lava features, the amazing water filled volcanic vents, glacial valleys and water-filled explosion craters called the Emerald Lakes. Things stay nice after dark, as you get to stay in comfortable alpine huts along the way that have decent beds, gas heating and stoves, running water and toilets. Hikers on this trek can also easily do two short side trips to the tops of both Mount Tongariro and Mount Ngauruhoe—allowing hikers to gaze out at the captivating volcanic scenery below.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Zion Narrows, Utah, United States</b></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">While hiking through the volcanic landscape of the Tongariro northern circuit may provide enthusiasts with an extraterrestrial experience, hikers are sure to be amazed at the unique and stunning scenery of trekking through the Zion narrows in the American southwest. Recently ranked as #5 on National Geographic’s list of America’s Best 100 Adventures, this trail will have you hiking up streams through dramatic, narrow slot canyons.</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYqsuP3bkdT6Qls2hSGjHsaoc5ilM2W2mE87sOfpTCCBcmKrI88d6OEh3jq7e_cuQry-NIbXSJbrER7l6zMAmCx1RJsDJoWKFHta4vbT3f-mXULwQezw3tjxZ45vVJzQxLNQZCJG9t7zOr/s1600/US.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="460" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYqsuP3bkdT6Qls2hSGjHsaoc5ilM2W2mE87sOfpTCCBcmKrI88d6OEh3jq7e_cuQry-NIbXSJbrER7l6zMAmCx1RJsDJoWKFHta4vbT3f-mXULwQezw3tjxZ45vVJzQxLNQZCJG9t7zOr/s640/US.jpg" width="640" /></a></div>
<span style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;">Hikers will wind their way through colorful, sculpted sandstone walls that rise up to 3,500 feet (that’s just about 1 km). The trek will also lead hikers through the famous “Wall Street,” a 2-mile section of the journey that crosses through a narrow canyon where the walls close to just 22 feet wide at the top. Hiking through water for about 60% of the hike up the streams that wind their way through these breathtaking slot canyons, you will see hanging gardens bursting from the red canyon walls, trickling water threading through cracks in the canyon walls and sprouting patches of moss, waterfalls sliding over the sandstone, and sandy banks with towering ponderosas. However, while this wondrous journey is sure to enchant hikers, it should be noted that hiking through the Zion Narrows is extremely dangerous, as flash floods can come quickly and the entire area is a huge drainage. Rainstorms up to 50 miles away can storm down the canyon and every year hikers die on this trail. Make sure to check the weather report in advance to make sure there is NO RAIN whatsoever in the forecast. However, with proper precautions, this hike, which is rated as one of the best hikes in the entire U.S. National Park system, is truly unparalleled.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Annapurna Circuit, Nepal</b></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Any serious hiker or trekker dreams of going to Nepal to journey through the world’s most dramatic mountain landscape. While most hikers think of Kathmandu and Everest when they hear the word Nepal, the Annapurna circuit (which circumnavigates the Annapurna massif) not only has staggering snow-capped and rugged peaks providing for a spectacular backdrop, but the hike also offers trekkers great opportunities to see a wide range of natural and cultural diversity.</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnzZKTZzcgne-6atBCeNRHpqK7pu0D9XJEiPgSP-lG1PF5Fm_xOE19Rp9Ltrwl4FE17uRt42Nyop9gcKg36RlYQsVFnPqcFFvGf0AQphbT5I2_Q56bL1xrUGpyyzg2XsBKEjrWU99sL63D/s1600/Nepal.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnzZKTZzcgne-6atBCeNRHpqK7pu0D9XJEiPgSP-lG1PF5Fm_xOE19Rp9Ltrwl4FE17uRt42Nyop9gcKg36RlYQsVFnPqcFFvGf0AQphbT5I2_Q56bL1xrUGpyyzg2XsBKEjrWU99sL63D/s640/Nepal.jpg" width="640" /></a></div>
<span style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;">This 3-week trek allows you to stay in comfortable lodges as you hike from lush sub-tropical landscapes into the highest mountains in the world (beware of altitude sickness as the trek goes to a elevation of 17,749 feet). As you hike the Annapurna Circuit, you will get to interact with the Tibetan mountain peoples, see Buddhist temples, visit teahouses, soak in hot springs and take in some of the most awe-inspiring scenery in the entire world.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Inca Trail, Peru</b></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Most people who know something about travel, know about the famous and world-renowned Inca Trail. While some of the more hard-core types out there may think of this amazing trek as cliché, the truth is that this trail is popular for a reason. Peru offers some of the most beautiful South American mountainous scenery and, while some criticize the trail for being over-regulated and too popular, Machu Picchu is a destination worth seeing and the hike along the way is sure not to disappoint, with plenty of scenic vistas and amazing views.</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuTuORqK99TNopKZeJABUPbnC3BP7-lY7FovtT3t8FlplGRRxzIkBX4LWOPryflGmgEq0krUBkQ_3mwkK0roYO3LYxIgZmwaLGmxFheWymNcQ3w2Ro4rsukCntxXGBNwU8zNg76OmU6WIo/s1600/peru.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuTuORqK99TNopKZeJABUPbnC3BP7-lY7FovtT3t8FlplGRRxzIkBX4LWOPryflGmgEq0krUBkQ_3mwkK0roYO3LYxIgZmwaLGmxFheWymNcQ3w2Ro4rsukCntxXGBNwU8zNg76OmU6WIo/s640/peru.jpg" width="640" /></a></div>
<span style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;">Along with offering spectacular scenery, the Inca Trail is not only safe and easy to organize, it also allows trekkers to hike through jungle to high alpine terrain, visit 3 sets of Inca ruins along the way, and take in the beauty of the Peruvian mountains over the 3-night, 4-day hike. Plus, at the end of the journey, hikers will arrive at one of the most celebrated man-made destinations on Earth.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Tiger Leaping Gorge, China</b></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">This 15-km gorge located along the Yangtzee River between approximately 6,000-meter Jade Dragon Snow Mountain and the 5,300-meter Haba Xueshan mountain, in China where rapids pass under a series of dramatic 2,000-meter cliffs. The gorge got its name from a legend that says a tiger once jumped the narrowest point of the gorge to escape a hunter (which is still 25 meters). As one of the world’s deepest river canyons, Tiger Leaping Gorge is a beautiful and scenic hike for those adventurous trekkers.</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVmrdJcTag0_0Yfd0jqB9OuJROS-u612OXpxJWSzJ30Ar3ltZ65rMCxmgtd6NiTs3UgPbjR1n47Bm4wLeczbTZ_pwfnZ6KS9QP4ur0-fbI922OzNA_mYyVaxz32jUjwgRHKNk47JGJyGtE/s1600/China.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVmrdJcTag0_0Yfd0jqB9OuJROS-u612OXpxJWSzJ30Ar3ltZ65rMCxmgtd6NiTs3UgPbjR1n47Bm4wLeczbTZ_pwfnZ6KS9QP4ur0-fbI922OzNA_mYyVaxz32jUjwgRHKNk47JGJyGtE/s640/China.jpg" width="640" /></a></div>
<span style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;">The high-road trail is well-maintained and marked and takes hikers on a 14-mile journey with varied mountain views that features a surprising variety of micro-ecosystems, waterfalls and even guesthouses where hikers can stay along the route.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">While this gorgeous gorge is a essential and protected part of the World Heritage site of the Three parallel Rivers of Yunnan, the Chinese government has proposed building another hydroelectric dam that would flood this place—meaning hikers interested in seeing this beautiful, lush canyon should probably head there sooner rather than later.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Mount Kilimanjaro, Tanzania</b></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">If summiting the tallest point on any continent has always had major appeal, but you are not sure you’re up for a technical, dangerous and rigorous climb, then hiking to the top of Mount Kilimanjaro is a great option. Kilimanjaro is often called the world’s tallest walkable mountain, because while it stands at nearly 20,000 feet, no technical climbing skills or equipment are needed (mind you, this does not mean it is an easy hike—the journey is still physically demanding and people die every year from altitude sickness on this mountain).</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhr-py-qFkpDkwl5KpbPSFo6W40M9NOFs-Q0jCiuTMS9QiV7gD-GkXm6pjOfBy-afhv9_OiYcpPhFC1x5mmeO5v0YnJnV1A_6gFi2O2HttQTp4p5eFzN4SMWkB5P52EdDfrNAmiol5wpjiD/s1600/Tanzania.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="430" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhr-py-qFkpDkwl5KpbPSFo6W40M9NOFs-Q0jCiuTMS9QiV7gD-GkXm6pjOfBy-afhv9_OiYcpPhFC1x5mmeO5v0YnJnV1A_6gFi2O2HttQTp4p5eFzN4SMWkB5P52EdDfrNAmiol5wpjiD/s640/Tanzania.jpg" width="640" /></a></div>
<span style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;">There are several routes to the top of the tallest free-standing mountain in the world and the highest point in Africa is not only of the seven summits (the tallest points on each of the seven continents), but it’s also one of the most diverse and varied hikes in the world. Hikers start near the equator and hike through every climatic zone on the 6-day, 5-night trek that leads you from hot grasslands through temperate forests to glacial valleys and a frigid summit.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Kalalau Trail, Kauai, Hawaii</b></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Kauai’s Na Pali coastline, which translates as “the cliffs” and which distinguishes the most impressive feature of this stretch of coastline boasts some of the most dramatically beautiful scenery in the world. Sheer cliffs dropping into the blue Pacific waters below, lush tropical valleys with picture-perfect waterfalls, green, velvet coated mountains and waves crashing dramatically into the rocky cliffs mark this hike into the remote and protected areas of coastline, where you can also spot pods of dolphins, humpback whales and sea turtles off the coast.</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2PFvSNRz_ozOCj4zxtx5XbzVBvVn2Ah7CYmjUiv9cRPAIXMofQmxaypPwUpimNn05CArfsjT1MpM6tuQRL6se-4zAa_LfPS40Rx4QMM9dJGEJtEdv7hH-plzskC4WGmtltc7dfav1doVz/s1600/Hawaii.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="424" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2PFvSNRz_ozOCj4zxtx5XbzVBvVn2Ah7CYmjUiv9cRPAIXMofQmxaypPwUpimNn05CArfsjT1MpM6tuQRL6se-4zAa_LfPS40Rx4QMM9dJGEJtEdv7hH-plzskC4WGmtltc7dfav1doVz/s640/Hawaii.jpg" width="640" /></a></div>
<span style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;">The 11-mile trail etches into the cliffs that raise as much as 4,000 feet above the ocean below and crosses 5 major valleys and countless smaller ones. The sometimes-treacherous trail takes most experienced and fit hikers one day and many hikers two, who camp in a permitted spot along the way. The trail was first built in the late 1800s, with portions rebuilt in the 1930s. It is almost never level, and in some spots the trail is quite narrow along cliffs dropping hundreds or thousands of feet to the ocean below.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Torres del Paine Circuit, Chile</b></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Those looking for dramatic alpine landscapes, glacial fields, astonishing, jagged mountainscapes and a chance to get a look at the stunning spires of pink granite that make the famous towers of Paine should hike the Torres del Paine Circuit in Chile’s Patagonia mountains. Named one of the 50 places to visit in your lifetime by National Geographic, as well as being named a UNESCO biosphere reserve, this 100-km circuit offers surreal mountain vistas, glacial lakes, unique wildlife. You might even see a glacier calving. The wondrous track takes you through Magellenic forest, muddy bog, rocky gullies and over makeshift bridges.</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtVrHqFvUlyC8zmyJ0_Gam01GbfH_3PGpvSEp5pswSDZAkCyfKRnl7hXfGaDEmUs2DIi20eQO0U2K8xY6Fp7pgwjDLuEAVnL9VmOsuBue9iWdqYp09hmm5pX4PlSdhbHvqVcmviEJaB_cp/s1600/Chilie.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtVrHqFvUlyC8zmyJ0_Gam01GbfH_3PGpvSEp5pswSDZAkCyfKRnl7hXfGaDEmUs2DIi20eQO0U2K8xY6Fp7pgwjDLuEAVnL9VmOsuBue9iWdqYp09hmm5pX4PlSdhbHvqVcmviEJaB_cp/s640/Chilie.jpg" width="640" /></a></div>
<span style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;">Hikers should be weary that while this region is totally gorgeous, it is also notorious for inclement and often quite horrendous weather—meaning that not only will your pack be heavy laden with all of the appropriate gear to keep you warm and dry in the event of a storm, but it is also possible to get stuck in a bad storm or run into closed portions of the trail. But, the bad weather keeps this trek from getting overly crowded and you’ll feel all the more rough’n’tumble and accomplished for having braved harsh conditions (and those towering spires of the Paine will probably look all the more beautiful).</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Tour de Mont Blanc, France</b></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Regularly making lists as one of the best hikes in the world, this route circumambulates Mont Blanc, Europe’s highest peak standing at just over 15,000 feet. The 170-km hike offers stunning views of Mount Blanc and other Alp peaks, beautiful green valleys, blue alpine lakes and huge glaciers. The well-marked and maintained trails also lead hikers past wild chamois and ibexes, allow them to climb iron ladders bolted to the mountains and enjoy the alpine charm of the French Alps.</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg87UDI6EdAyQk6MRVyAgPzxfF2eTjHpJLMVlkJ326tzXtNRpohpE19D78Tdt5IlcDo8qIhSK5krzOez-6gurrNzm11OZM3WqBLI4xtf0KVHxz0DH2OCEfv5-cGvP10_7Ypwo2BKNzLlCUh/s1600/France.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg87UDI6EdAyQk6MRVyAgPzxfF2eTjHpJLMVlkJ326tzXtNRpohpE19D78Tdt5IlcDo8qIhSK5krzOez-6gurrNzm11OZM3WqBLI4xtf0KVHxz0DH2OCEfv5-cGvP10_7Ypwo2BKNzLlCUh/s640/France.jpg" width="640" /></a></div>
<span style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;">The other great part of this hike? While you may not feel quite as tough staying in the comfortable and warm refuges (hiking huts) along the way, not having to carry food or a tent makes for much lighter loads. Also, while opting to take the cable cars and chair lifts along the way could be considered cheating, it’s a great way to shorten your hike on certain days and be able to take in all the beautiful scenery without having to be too hardcore. Plus, the refuges offer comfort along the route—serving up hearty and delicious French food and wine and allowing hikers the chance to stalk up on food and supplies.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>West Coast Trail, British Columbia, Canada</b></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">If you are looking for a surreal experience hiking through pristine Canadian wilderness, catching beautiful vistas of both temperate rain forests, rugged coastlines and dramatic mountain peaks, then the West Coast Trail is an absolute must. Hikers will awake to misty dawns, enjoy unbelievable sunsets, cross boulders and logs over rivers, scramble up creeks, hike past waterfalls, be dwarfed by enormous trees in an old growth forest, spot whales, sea lions, minks and maybe even bears or wolves, and check out shipwrecks and other historical sites.</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgR4ON_an6XLNDAbH8oNhd3nda5Z-OV4jCzz5QAt4rpu6YZNoUE9kONuPZQlH4-hUth0hTnXJuG9id7a5B7dNpLtJK1A9LzTnkriRGjS1I41ztXWMJDStFd8Gq9U19ABdSCZZregpU4l2JK/s1600/canada.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="424" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgR4ON_an6XLNDAbH8oNhd3nda5Z-OV4jCzz5QAt4rpu6YZNoUE9kONuPZQlH4-hUth0hTnXJuG9id7a5B7dNpLtJK1A9LzTnkriRGjS1I41ztXWMJDStFd8Gq9U19ABdSCZZregpU4l2JK/s640/canada.jpg" width="640" /></a></div>
<span style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;">This unique, stunning hike with immensely varied terrain can be difficult to get one of the limited permits available every summer and costing about C$200 per person it is also the most expensive hike in Canada. Also, inclement weather even in the summer months can make for heavy packs for climbing over mossy rocks and all of those ladders. That being said, this hike is well worth both the money and the heavy pack, as no other hike in North America offers such varied scenery from forest to mountains to sea.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Source : <a href="http://www.bootsnall.com/articles/09-02/10-best-hiking-trails-world.html/" target="_blank">bootsnall</a></span>Tri Damayanthohttp://www.blogger.com/profile/12169663159033079480noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5838876236298577927.post-19398095252402522072012-08-14T12:19:00.003+07:002012-08-14T12:19:42.416+07:00Es Arktik meleleh lebih cepat dari perkiraan<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBC3ZNWMLxA1Ni-3jusTBhtPKVyv7pMRnquVCU8-2wCEkHeCOM5CKVyvkeCrSa6Dyl5-dSf6hHw4WPW35SIzdWNJYMVCVhfALNajMh-XeXaZIAwoeOMJt7XGA1aCITuLNhmxgoJipMoNZx/s1600/20120813arktik_copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="425" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBC3ZNWMLxA1Ni-3jusTBhtPKVyv7pMRnquVCU8-2wCEkHeCOM5CKVyvkeCrSa6Dyl5-dSf6hHw4WPW35SIzdWNJYMVCVhfALNajMh-XeXaZIAwoeOMJt7XGA1aCITuLNhmxgoJipMoNZx/s640/20120813arktik_copy.jpg" width="640" /></a></div>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Sekelompok ilmuwan menyatakan bahwa laut es Arktik meleleh lebih cepat dari perkiraan dengan laju pencairan es 50 persen lebih tinggi dari perkiraan ahli lingkungan. </span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">The Daily Mail mengutip pernyataan Badan Antariksa Eropa yang menyatakan bahwa menurut pantauan satelit 900 kilometer kubik es Arktik menghilang tahun lalu.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">"Hasil analisis awal data kami menunjukkan bahwa laju penurunan bolume es di Arktik bisa jauh lebih besar dari perkiraan sebelumnya," kata Dr Seymour Laxon dari Centre for Polar Observation and Modelling di University College London (UCL), dimana data CryoSat-2 dianalisis.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Jika perkiraan itu terbukti benar maka perlahan kawasan itu akan bebas es.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Para ilmuwan meluncurkan CryoSat-2 tahun 2010 khusus untuk mempelajari ketebalan es dan kemudian kebanyakan studi difokuskan pada tutupan es.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Kapal selam juga digunakan untuk menganalisis es Arktik, yang dikatakan akan memberikan gambaran perubahan es di sekitar kutub utara sejak 2004. </span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Hasil studi mengungkap bahwa kedalaman es sudah mengalami penurunan. Menurut data hasil eksplorasi menggunakan CryoSat, pada musim dingin 2004, volume es di tengah Arktik mendekati 17.000 kilometer kubik namun musim dingin kali ini volumenya tinggal 14.000 kilometer kubik. </span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Volume es yang pada musim panas tahun 2004 mencapai 13.000 kilometer kubik juga menurun jadi 7.000 kilometer kubik pada musim panas tahun ini.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">"Sebelum menggunakan teknologi CryoSat-2, kami bisa melihat tutupan es di Arktik pada musim panas menurun. Tapi kami hanya melihat sekilas apa yang terjadi pada ketebalan es. Terlihat jelas pula penurunannya, penurunan es pada musim panas bahkan tampak makin nyata," kata Prof. Chris Rapley dari UCL.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Temuan itu terungkap setelah publikasi hasil penelitian Universitas Kopenhagen awal bulan ini yang menyatakan bahwa es di kawasan Greenland tidak lebih rentan mencair dari perkiraan.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Beberapa foto yang diambil dari udara menggambarkan penipisan es gletser di sebelah utara Greenland dari tahun 1985 sampai 1993. Sementara pencairan es terlihat sejak 2005-2010, demikian menurut tulisan ahli dari Denmark, Inggris dan Belanda. </span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Namun dalam pernyataan di jurnal Science, ketua peneliti Kurt Kjaer mengatakan masih terlalu dini untuk menyebut "masa akhir lapisan es" disebabkan oleh pemanasan global.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Tinggi permukaan air laut diperkirakan akan naik hingga tujuh meter jika semua es di kawasan Greenland meleleh.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">(tri)</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Editor: Maryati</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Sumber : <a href="http://www.antaranews.com/berita/327280/es-arktik-meleleh-lebih-cepat-dari-perkiraan" target="_blank">Antara</a></span><br />
Tri Damayanthohttp://www.blogger.com/profile/12169663159033079480noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5838876236298577927.post-56308392432424558562012-08-07T14:59:00.004+07:002012-08-07T15:02:59.352+07:003 Teori Misteri Hilangnya Pilot AS Amelia Earhart<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_Mo1UCHD5bfF10NdBsBQ9tqYrCDQIkSUoe-oZVzby4B6oaZskk-sy7sk_0jSLFvznF8inXTeXqQXdvM1gRRVZ2UoKUrKen7saoqV19xnRdvTQ_mqK3t6f3lNtbYYhhqZ7qBhgnDTBoAzU/s1600/amelia-earhart-google-doodle-2307121.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><img border="0" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_Mo1UCHD5bfF10NdBsBQ9tqYrCDQIkSUoe-oZVzby4B6oaZskk-sy7sk_0jSLFvznF8inXTeXqQXdvM1gRRVZ2UoKUrKen7saoqV19xnRdvTQ_mqK3t6f3lNtbYYhhqZ7qBhgnDTBoAzU/s400/amelia-earhart-google-doodle-2307121.jpg" width="400" /></span></a></div>
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span>
<i><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">Sebagian orang berasumsi, Amelia Earhart disandera Jepang di Kepulauan Marshall, Samudra Pasifik.</span></i><br />
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span>
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">Hilangnya Amelia Earhart, pilot pertama asal Amerika yang dinyatakan hilang 2 Juli 1937 di pulau Nikumaroro, sebelah barat Samudera Pasifik masih menjadi misteri. Berbagai pencarian terus dilakukan di sekitar lokasi yang diduga sebagai tempat hilangnya pesawat naas Amelia bersama sang navigator, Fred Noonan.</span><br />
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span>
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">Peristiwa ini akhirnya menimbulkan beberapa spekulasi dan teori. Teori pertama menyatakan, Earhart terdampar di Nikumaroro. Direktur Ekskutif International Group for Historic Aircraft Recovery (TIGHAR) Richard Gillespie memperkirakan bahwa pesawat yang dikendarai Earhart kehabisan bahan bakar saat menuju Howland.</span><br />
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span>
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">Ia ingin melakukan pendaratan darurat di pulau Phoenix, namun keliru jalannya. Penyelidikan TIGHAR memperkuat teori ini, bahwa mereka telah menemukan catatan asli dari kecelakaan pesawat pada awal 1939 di Nikumaroro. Isi laporan terdiri atas pria dan wanita yang cocok dengan deskripsi dari Earhart dan Noonan.</span><br />
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span>
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">Teori kedua, kecelakaan terjadi di laut yang lokasinya dekat dengan tempat tujuan yaitu Howland. Sepuluh tahun lalu Nauticos, perusahaan yang bergerak dalam bidang penelitian dan pencarian pada laut dalam, melakukan upaya menemukan pesawat Earhart yang dipercayai jatuh di Samudra Pasifik.</span><br />
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span>
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">Presiden Nauticos David Jourdan pada tahun 2003 mengungkapkan, karena transmisi radio yang rusak dan pasokan bahan bakar menyebabkan pesawat ini naas di lokasi dekat tujuan mereka.</span><br />
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span>
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">Teori ketiga, ditengarai adanya konspirasi. Earhart dan Noonan disandera Jepang di kepulauan Marshall, Samudra Pasifik, karena dianggap sebagai mata-mata AS. Sebagian orang mempercayai bahwa mereka berdua telah tewas. Namun, sebagian lainnya berasumsi mereka kembali ke AS dan mengubah identitas.</span><br />
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span>
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">Kabar lain menyebut Earhart mengganti namanya menjadi Irene Craigmile. Kemudian menikah dengan Guy Bolam dan mengambil nama belakang suaminya. Ia akhirnya meninggal di New Jersey pada tahun 1982.</span><br />
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span>
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">"Jika dia (Earhart) tidak bisa menemukan Howland, rencana cadangannya adalah memotong komunikasi dan menuju Kepulauan Marshall dan menjatuhkan pesawat di sana," ungkap C Rollin Reineck, pensiunan kolonel Angkatan Udara AS yang tinggal di Kailua, Hawaii, pada tahun 2003 lalu.</span><br />
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span>
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">Dalam bukunya yang berjudul "Amelia Earhart Survived", Reineck memaparkan Earhart menghilangkan pesawatnya di Kepulauan Marshall atas alasan keamanan nasional. Skema ini memungkinkan pemerintah AS untuk menyelamatkan Earhart dan pada saat yang sama melakukan pengintaian sebelum perang di Jepang.</span><br />
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span>
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">Analisis yang dilakukan Reineck telah menetapkan bahwa foto dari Irene Bolam, tulisan tangan, dan bukti forensik lain menunjukkan adanya keterkaitan dengan Amelia Earhart.</span><br />
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span>
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">Ekpedisi pencarian atas jasad wanita yang lahir yang lahir pada 24 Juli 1897 itu kembali dilakukan baru-baru ini. Tepat dilakukan pada ulang tahun Amelia Earhart yang ke 115 di tahun 2012. Google bahkan menjadikannya sebagai doodle di tanggal tersebut.</span><br />
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span>
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">Ekspedisi ini disebut "Niku VII," memakan biaya US$ 2,2 juta yang didanai oleh TIGHAR, dan direncankan berjalan selama sepuluh hari. Namun, kendala peralatan dan kondisi lingkungan bawah laut Nikumaroro, memaksa mereka memangkas waktu pencarian.</span><br />
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span>
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">Tim ekpedisi kembali ke Hawaii, melakukan pencarian melalui sonar (sound navigation and ranging), dan menggunakan video di sekitar wilayah Nikumaroro. Dalam pernyataan online, pihak TIGHAR menyatakan kekecewaannya karena tidak mendapatkan penemuan yang pasti.</span><br />
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;"><br /></span>
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">(Umi Rasmi. Sumber: National Geographic News)</span><br />
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">Sumber : <a href="http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/07/3-teori-misteri-hilangnya-pilot-as-amelia-earhart" target="_blank">NGI</a></span>Tri Damayanthohttp://www.blogger.com/profile/12169663159033079480noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5838876236298577927.post-13919138982929577222012-08-06T11:55:00.000+07:002012-08-06T11:56:09.674+07:00Satwa langka khas TNKS menghilang dari Senamat<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5SV7BQ40xUpdaRu-S48Lr7F1GIlJtwocmp0D8igJ-jPPtnolTGZyryD9_M_ot65o_tNJ_sOG_H2DikbMmpmqKI2cZh4vh_ArPZGE3Pw9hYjRdKNaVvziBhcR6U3RggYauEUsCA0LflLuR/s1600/080520092212.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5SV7BQ40xUpdaRu-S48Lr7F1GIlJtwocmp0D8igJ-jPPtnolTGZyryD9_M_ot65o_tNJ_sOG_H2DikbMmpmqKI2cZh4vh_ArPZGE3Pw9hYjRdKNaVvziBhcR6U3RggYauEUsCA0LflLuR/s640/080520092212.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Kini sudah tidak ada lagi kita bisa menemukan keberadaan kelompok kambing hutan dan kijang di bentang hutan lindung Bukit Panjang Rantau Bayur (Bujang Raba) di Senamat Ulu.</span></blockquote>
<div>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div>
<div>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Jambi (ANTARA News) - Pejabat Pemerintahan Desa Senamat Ulu Kabupaten Bungo mengungkapkan saat ini keberadaan satwa langka khas Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) seperti kambing hutan, rusa dan kijang tidak dapat ditemui lagi.</span></div>
<div>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">"Kini sudah tidak ada lagi kita bisa menemukan keberadaan kelompok kambing hutan dan kijang di bentang hutan lindung Bukit Panjang Rantau Bayur (Bujang Raba) di Senamat Ulu tersebut, kini sudah habis dikonversi hingga lebih 30 hektar," kata Rio atau Kades Senamat Ulu, Jefri SPd I di Jambi, Rabu.</span></div>
<div>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Padahal, kata Jefri, hutan lindung Bujang Raba adalah hutan berstatus hutan konservasi sebagai penyangga TNKS.</span></div>
<div>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">"Dulu ada banyak satwa langka yang sampai bermain masuk ke kampung kita seperti kijang, rusa, beruang bahkan kambing hutan, datang bahkan berbaur dan bermain dengan ternak warga, kini semua hewan itu sudah tidak pernah lagi terlihat semenjak 2009 lalu Bujang Raba di tebang perusahaan Malaka Agro Perkasa (MAP) dan dua perusahaan grupnya," ujar Jefri.</span></div>
<div>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Sebagai hutan lindung penyangga TNKS satwa-satwa TNKS memang memiliki teritorial sampai ke Desa Senamat Ulu dan 7 desa di sekitarnya, termasuk merupakan teritorial bagi satwa Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumtrea).</span></div>
<div>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Karena terdesak, maka satwa herbivora termasuk kambing hutan lari masuk ke dalam hutan TNKS, sementara predator dan karnivora seperti harimau tidak bisa kembali masuk ke dalam hutan TNKS tersebut karena di dalam telah ada harimau lain.</span></div>
<div>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">"Harimau yang memiliki wilayah jelajah sampai 20 kilometer itu terdesak menghadapi dilema yang sulit, jika memilih masuk ke hutan TNKS maka mereka berisiko harus bertarung mati-matian dengan harimau lain yang lebih dulu berada di tempat itu," kata Jefri.</span></div>
<div>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Sementara, tambah dia, jika mereka bertahan atau keluar dari kawasan yang dikonversi maka mereka akan terjebak masuk ke dalam kebun-kebun karet dan sawit milik warga yang berisiko terjadinya konflik dengan manusia.</span></div>
<div>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">(ANT-144)</span></div>
<div>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Editor: Ella Syafputri</span></div>
</div>
<div>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Sumber : <a href="http://www.antaranews.com/berita/324941/satwa-langka-khas-tnks-menghilang-dari-senamat" target="_blank">Antara</a></span></div>Tri Damayanthohttp://www.blogger.com/profile/12169663159033079480noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5838876236298577927.post-66166895170194383552012-08-05T10:30:00.000+07:002012-08-05T10:30:00.573+07:00Badai Musim Panas Memperparah Penipisan Ozon<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0OT_Czi2Y_Hay9sKIC_9I5x3hj9c-rpwbtaekdHEgdZuu13RNXymWgj8I9yWDvpUdlkiHczb6Z7NjGkHUIB0yygI5HBxFinZ1hAzhEr_4Htffec-QJ-w5MTRwRKrMn-6WN4_thcENBtnu/s1600/lapisan-ozon.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0OT_Czi2Y_Hay9sKIC_9I5x3hj9c-rpwbtaekdHEgdZuu13RNXymWgj8I9yWDvpUdlkiHczb6Z7NjGkHUIB0yygI5HBxFinZ1hAzhEr_4Htffec-QJ-w5MTRwRKrMn-6WN4_thcENBtnu/s640/lapisan-ozon.jpg" width="640" /></a></div>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;">Peningkatan frekuensi dan intensitas badai musim panas akibat pemanasan global dapat menciptakan lubang-lubang baru pada lapisan ozon.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Dari beberapa penelitian dikatakan, fenomena badai musim panas mengarah kepada berkurangnya lapisan ozon yang melindungi Bumi dari pancaran radiasi sinar ultraviolet. Badai akan menghasilkan lebih banyak uap air—yang berpotensi sebagai gas rumah kaca, ke stratosfer yang merupakan lapisan tengah dari atmosfer (sekitar 14-35 kilometer di atas permukaan Bumi).</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">James Anderson, seorang kimiawan atmosfer dari Harvard University menjelaskan bahwa kondisi seperti itu, meski belum terkonfirmasi, akan mampu untuk menyebabkan kehilangan ozon fatal (greater ozone loss). "Berdasarkan observasi terbaru, pada kondisi yang baik, uap air memicu reaksi kimia yang menipiskan lapisan ozon," tuturnya menambahkan.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Serangkaian penelitian Anderson dan para rekannya di Amerika Serikat menyimpulkan, bahwa unsur kimiawi di Kutub Utara saat ini berada pada tingkatan mendekati sangat potensial untuk menghancurkan ozon.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjM480Qr2eF5HCtj13maROfseQODNzEh_fiGz_bdjT5oHlApi62mIj-OI5f5eqVOwLUS5jhqi4D89cLBPWXHXYOrzmOve_ZNXZGlGLbUlZzaPTQSQnImJouCq9S5XD3_CsdGuLMhuL621er/s1600/ery3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjM480Qr2eF5HCtj13maROfseQODNzEh_fiGz_bdjT5oHlApi62mIj-OI5f5eqVOwLUS5jhqi4D89cLBPWXHXYOrzmOve_ZNXZGlGLbUlZzaPTQSQnImJouCq9S5XD3_CsdGuLMhuL621er/s1600/ery3.jpg" /></a></div>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Pada penelitian yang telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Science ini, diperhitungkan hilangnya ozon adalah 4 hingga 6 persen per hari di area stratosfer yang kaya uap air. Dampak tersebut bertahan selama beberapa minggu setelah badai.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Padahal para pakar mengatakan, bahkan reduksi minim dari lapisan ozon bisa memiliki dampak signifikan, yakni membuat orang-orang makin rentan terpapar kanker kulit dan kerusakan mata.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">(Gloria Samantha)</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;">Sumber: <a href="http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/08/badai-musim-panas-memperparah-penipisan-ozon" target="_blank">National Geographic Indonesia</a></span>Tri Damayanthohttp://www.blogger.com/profile/12169663159033079480noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5838876236298577927.post-7686996623646458192012-08-04T10:30:00.000+07:002012-08-04T10:30:01.990+07:00Halimun Salak, Alternatif Wisata Selain Kawasan Puncak<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQhXXhKT5BmHc1mfqfgubbq0kzGjcj2XYkfJP2SfgYJXkCr_leF9GVjZhso7NhB0q0GTInIVwxcAwFy9Yt0deGLqJyuoG8I2iafO-ytKkBtjkmQ-UU6RKG7k0hHRnWQrorIwT0lhPZSBjg/s1600/gunung-salak.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQhXXhKT5BmHc1mfqfgubbq0kzGjcj2XYkfJP2SfgYJXkCr_leF9GVjZhso7NhB0q0GTInIVwxcAwFy9Yt0deGLqJyuoG8I2iafO-ytKkBtjkmQ-UU6RKG7k0hHRnWQrorIwT0lhPZSBjg/s640/gunung-salak.jpg" width="640" /></a></div>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Taman Nasional Gunung Halimun Salak berisi hamparan pepohonan yang rapat mendominasi pemandangan. Kabut kerap menutupi puncak dan lereng.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Kawasan Gunung Halimun-Salak berpotensi digarap jadi objek wisata alam. Lokasi yang bisa ditempuh empat hingga lima jam dengan mobil dari Jakarta ini bisa menjadi alternatif selain kawasan Puncak, Bogor.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Apalagi, melalui rencana tata ruang wilayah Bogor, hutan lindung puncak bakal hilang akibat alih fungsi lahan. Dibutuhkan pengelolaan berkelanjutan agar ekowisata di Halimun Salak menguntungkan warga dan minim gangguan ekosistem.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Saat mengikuti survei udara yang dilakukan Sustanaible Management Group (SMG) dari Bandara Halim Perdanakusuma menuju Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Rabu (25/7), hamparan pepohonan yang rapat mendominasi pemandangan. Kabut kerap menutupi puncak dan lereng pegunungan.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">"Woaw, this is amazing," kata Hitesh Maketa, pakar perencanaan lanskap asal AS. Penerbangan juga diikuti Nigel Tucker, ahli biodiversitas flora asal Australia.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Tampak pula hamparan perkebunan teh serta sawah yang berimpitan dengan kawasan hutan konservasi. Menjelang mendarat di lapangan Desa Lebak Sangka, Lebak, Banten, tampak ratusan tenda sepanjang aliran sungai yang dihuni para petambang emas.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">SMG bersama Kementerian Kehutanan melibatkan Aneka Tambang (perusahaan tambang emas di TNGHS) serta warga setempat menggarap Pusat Konservasi Keanekaragaman Hayati (PKKH).</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXxL3r6NRXljv1dtepk44i-vR2wfhhZWb2SldlA5WYOJsDQXBu9vHub-GNYYgPOzBDgy9UNCoxHLGzfZEM4sxYre1F9j8C_gpcMqlgn4ZPhBH5AiGr3LWY6CO3A3IskY4wjjFZnxxpKyd4/s1600/LOGO+TNGHS.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXxL3r6NRXljv1dtepk44i-vR2wfhhZWb2SldlA5WYOJsDQXBu9vHub-GNYYgPOzBDgy9UNCoxHLGzfZEM4sxYre1F9j8C_gpcMqlgn4ZPhBH5AiGr3LWY6CO3A3IskY4wjjFZnxxpKyd4/s320/LOGO+TNGHS.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Chairman SMG David Makes yang juga Ketua Asosiasi Pariwisata Alam Indonesia menjelaskan, PKKH membuat TNGHS menjadi pusat pendidikan, penelitian, wisata, dan jasa lingkungan. Warga diberdayakan agar mampu mengintensifkan pemakaian lahan.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Kepala TNGHS Agus Priambudi yang ditemui di Kampung Sukagalih, Kecamatam Kabandungan, Sukabumi, mengatakan sangat mendukung penyusunan rencana induk PKKH.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">(Zika Zakiya)</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Sumber : <a href="http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/07/halimun-salak-alternatif-wisata-selain-kawasan-puncak" target="_blank">National Geographic Indonesia</a></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />Tri Damayanthohttp://www.blogger.com/profile/12169663159033079480noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5838876236298577927.post-50424531862284867042012-08-03T15:30:00.000+07:002012-08-03T15:30:00.606+07:00Bangkai Hiu Paus Diincar Warga<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhurJPpE7LTrf_jZg38hk3gTQpPomI3t3_N2gDuW3SMTcy6oVNUTlPnbUxUR2msnevc5MIXGyAgB2RWODuPOtz-J5cx_uw2zib7YQWCnF3PN8SfnDV98GlZZlg0cRnLKGq432wjRmvLBgGq/s1600/bangkai-hiu-paus-diincar-warga-pandansimo-bantul.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhurJPpE7LTrf_jZg38hk3gTQpPomI3t3_N2gDuW3SMTcy6oVNUTlPnbUxUR2msnevc5MIXGyAgB2RWODuPOtz-J5cx_uw2zib7YQWCnF3PN8SfnDV98GlZZlg0cRnLKGq432wjRmvLBgGq/s640/bangkai-hiu-paus-diincar-warga-pandansimo-bantul.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; text-align: start;"><span style="font-size: xx-small;">Hiu ini termasuk spesies langka dan statusnya terancam punah. Di Australia, jumlah hiu ini sekitar 200-400 ekor</span></span>
</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span><span style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;">NGI - </span><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Hiu tutul atau disebut hiu paus (whale shark) terdampar di pantai baru Pandansimo, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (1/8), kemarin. Hiu ini memiliki panjang sekitar 13 meter, lebar tiga meter, sirip empat meter, dengan berat tiga ton.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Menurut Program Manager Animal Friends Jogja Dessy Zahara Angelina, hiu tutul tersebut sudah sampai pantai sekitar pukul 18.00 WIB dalam keadaan hidup. Namun, karena perlakukan warga sekitar yang tidak benar yakni mengikat ekor dan menyeret ke daratan maka hiu ini akhirnya mati.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Berdasarkan pengamatan awal, hiu ini berasal dari Australia dan terseret ketika sedang mencari makanan. Tak hanya itu, hiu ini juga diperkirakan mengalami disorientasi karena perubahan iklim drastis. Dessy melanjutkan, hiu ini adalah jenis ikan yang memiliki tubuh terbesar dan hidup di perairan basah dan tropis. Hiu ini memakan plankton dan tidak berbahaya bagi manusia.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Di Australia, hiu ini dilindungi karena keberadaannya sudah terancam di punah yakni sekitar 200-400 ekor. Namun, di Indonesia, hiu ini belum masuk sebagai hewan laut yang harus dilindungi.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Hingga sekarang, kata Dessy, keadaan hiu ini masih terdampar di bibir pantai dan mendapat perlakukan tidak etis dari masyarakat. Karena merupakan penemuan baru dan pertama, maka warga yang menonton justru mencongkel mata hiu dan menginjak-injak tubuhnya. Bahkan, warga pun ingin memotong-motong tubuhnya dan bermaksud menjualnya.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">“Kami sangat berharap hiu ini segera mendapatkan pengamanan. Tadi ada yang mengusulkan agar hiu tersebut dijadikan sumber edukasi di universitas. Namun, hingga saat ini belum ada pihak pemerintah atau kepolisian yang mengambil tindakan atas hiu ini,” ungkapnya.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Suparman salah satu anggota Tim SAR Pantai Baru Pandansimo menambahkan, saat ini hiu ini tengah dijaga pihak SAR agar tidak dijarah oleh warga sekitar.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">“Potongan tubuh hiu ini terutama siripnya sangat mahal. Untuk itulah, perlu penjagaan ketat terhadap hiu ini,” ungkapnya.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Beberapa hari sebelumnya, paus jenis sperm whale juga tewas di perairan Indonesia. Paus ini terdampar di Pantai Tanjung Pakis, Pakis Jaya, Karawang, Jawa Barat, Jumat (27/7). Meski berhasil diselamatkan dari Pantai Tanjung Pakis, paus ini ditemukan tewas beberapa jam kemudian di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. </span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">(</span><em style="color: #333333; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Olivia Lewi Pramesti</em><span style="color: #333333; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">) </span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 24px;">Sumber : <a href="http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/08/bangkai-hiu-paus-diincar-warga-pandansimo-bantul" target="_blank">National Geographic Indonesia</a></span></span>Tri Damayanthohttp://www.blogger.com/profile/12169663159033079480noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5838876236298577927.post-35543409618006993082012-08-03T11:02:00.002+07:002012-08-03T11:02:59.297+07:00Jejak Hutan Tropis Ditemukan di Antartika<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKB6GHyrtMa87jff-dqeYzeGSYm4N_O_EDoy0Fj90jX7guIUvqIErv9Juw9NZbLVn3pt99fWOMx4mr3Iv9eOuISyYR7gDcjFSRXHCl2rFhFGXea3VHKi-l5C7GiS8cexvKvvt7wgchMind/s1600/puyol_vinson01.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKB6GHyrtMa87jff-dqeYzeGSYm4N_O_EDoy0Fj90jX7guIUvqIErv9Juw9NZbLVn3pt99fWOMx4mr3Iv9eOuISyYR7gDcjFSRXHCl2rFhFGXea3VHKi-l5C7GiS8cexvKvvt7wgchMind/s640/puyol_vinson01.jpg" width="640" /></a></div>
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">QUEENSLAND, KOMPAS.com - Upaya penelitian dengan mengebor dasar laut Antartika membuahkan hasil yang tak terduga. Ilmuwan menemukan bahwa hutan hujan tropis terdapat di Antartika 52 juta tahun yang lalu.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Dalam studi tersebut, dengan jalan pengeboran di wilayah timur Antartika, ilmuwan menemukan fosil pollen milik tanaman tropis yang menutupi benua Antartika pada masa Eocene, sekitar 34 - 56 juta tahun yang lalu.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Kevin Welsh, peneliti asal Australia yang melakukan riset tahun 2010 mengungkapkan, analisis molekul yang sensitif temperatur yang dilakukan menunjukkan bahwa temperatur Antartika sangat hangat 52 juta tahun lalu, sekitar 20 derajat Celsius.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">"Dulu ada hutan di daratan, tak akan mungkin ada es, saat itu akan sangat hangat," kata Welsh seperti dikutip AFP, Kamis (2/7/2012). </span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">"Ini cukup meyakinkan, sebab pastinya imajinasi kita tentang Antartika adalah lingkungan yang dingin dan penuh es," tambah Welsh.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Welsh menuturkan, level karbon dioksida (CO2) di atmosfer diperkirakan menjadi faktor pemicu adanya hutan hujan tropis di Antartika. Kadar CO2 saat itu diperkirakan mencapai 990 hingga beberapa ribu ppm (parts per million).</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Sebagai perbandingan, CO2 saat ini diperkirakan sekitar 395 ppm. Prediksi paling ekstrim dari Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) menjelaskan bahwa es akan sangat surut di Antartika pada akhir abad ini.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Welsh meng merupakan pakar palaeoklimatologi menjelaskan, penemuan kali ini sangat penting untuk memahami dampak perubahan iklim, terutama menjelaskan seberapa banyak air yang disimpan di Antartika dalam bentuk es di permukaannya.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">"Ini menunjukkan bahwa jika kita melewati periode dimana konsentrasi CO2 di atmosfer makin tinggi, sangat mungkin akan ada perubahan dramatis di area yang sangat penting dimana es eksis ini," papar Welsh.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">"Kalau kita kehilangan banyak es di Antartika maka kemudian kita akan melihat perubahan dramatis pada ketinggian permukaan laut di seluruh planet ini," tambahnya.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Kehilangan es dan permukaan air laut naik akan menyebabkan banyak daratan hilang. Selain itu, Bumi juga kehilangan salah satu mekanisme pendinginan suhu lewat es. </span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Es di Antartika bagian timur diperkirakan memiliki ketebalan hingga 3-4 km. Es ini mulai terbentuk sejak 34 juta tahun lalu. </span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Hasil riset ini dipublikasikan di jurnal Nature, Kamis kemarin.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Sumber :AFP</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Editor :Asep Candra</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Sumber Gambar : <a href="http://pro.jvc.com/pro/pr/2007/images/puyol_vinson01.jpg" target="_blank">Puyol</a></span>Tri Damayanthohttp://www.blogger.com/profile/12169663159033079480noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5838876236298577927.post-40186834287296185322012-08-02T11:50:00.001+07:002012-08-02T14:31:43.355+07:00Gede Pangrango tertutup untuk pendakian<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaZTO75Q9DooooNEuBpPy1AxnZBZjIckPcEq7ilu8AXB5LgKvbviw51BP2a1kQE1guqcxkJk2klVpgRdskIns_PjUVojHLdauJfqHh0JWUOmoxeqyrIJcpSuu3nyBiI3ibztXfvKtqZbJg/s1600/Pangrango-Mount-Gede-National-Park-2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="424" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaZTO75Q9DooooNEuBpPy1AxnZBZjIckPcEq7ilu8AXB5LgKvbviw51BP2a1kQE1guqcxkJk2klVpgRdskIns_PjUVojHLdauJfqHh0JWUOmoxeqyrIJcpSuu3nyBiI3ibztXfvKtqZbJg/s640/Pangrango-Mount-Gede-National-Park-2.jpg" width="640" /></a></div>
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px; text-align: left;"><br /></span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 16px; text-align: left;"></span><br />
<br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Sukabumi - Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), sejak pukul 00.00 WIB Rabu (1/8), melarang aktivitas pendakian ke dua gunung yang berada di wilayah tiga kabupaten itu.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">"Seluruh kegiatan yang menyangkut pendakian secara resmi kami tutup sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Balai Besar TNGGP nomor SK.234/11-TU/3/2012 tanggal 17 Juli 2012 tentang penutupan pendakian," kata Kepala BBTNGGP, Agus Wahyudi kepada ANTARA, Rabu.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Menurut Agus, sejak Rabu pagi, para pendaki sudah meninggalkan lokasi pendakian baik yang berada di puncak maupun yang di jalur pendakian. Selain itu, seluruh pendaki dikawal oleh petugas TNGGP saat turun gunung khawatir ada pendaki yang tertinggal atau tersasar.</span><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/8a/Gunung_Gede_in_The_Clouds.jpg/284px-Gunung_Gede_in_The_Clouds.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="148" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/8a/Gunung_Gede_in_The_Clouds.jpg/284px-Gunung_Gede_in_The_Clouds.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Sekarang Gunung Gede dan Pangrango sudah tidak ada lagi aktivitas pendakian, tetapi hanya warga sekitar saja yang diperbolehkan mendaki gunung untuk mencari kayu bakar. "Penutupan ini kami lakukan selama satu bulan penuh di Agustus ini sejak 1 Agustus sampai 31 Agustus," tambahnya.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Dikatakannya, penutupan sementara aktifitas pendakian ini dalam rangka pemulihan ekosistem dan pencegahan kebakaran hutan. Selain itu untuk memberikan kesempatan kepada flora dan fauna disepanjang jalur pendakian untuk pemulihan kondisi dan adanya peringatan dari BMKG bahwa curah hujan pada Agustus sangat rendah sehingga memungkinkan timbulnya bencana kebakaran hutan.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">"Kami pun memperketat di pintu masuk pendakian yakni Pintu Cibodas, Cianjur, Pintu Gunung Putri, Bogor dan Pintu Selabintana, Sukabumi, yang tujuannya untuk mengantisipasi adanya pendaki yang nekad menerobos masuk ke Gede dan Pangrango," kata Agus.</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Namun, untuk kegiatan wisata lainnya seperti wisata air terjun Cibeureum di Cibodas, Curug Cibeureum di Selabintana, Situ Gunung di Sukabumi dan lain sebagainya, masih terbuka untuk umum."Kami pun mengimbau kepada warga atau wisatawan yang datang ke lokasi wisata lainnya untuk tetap menjaga kondisi kebersihan dan keamanan obyek wisata," demikian Agus. </span><br />
<br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Editor: Suryanto</span><br />
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Sumber : <a href="http://www.antaranews.com/berita/325058/gede-pangrango-tertutup-untuk-pendakian" target="_blank">Antara</a></span>Tri Damayanthohttp://www.blogger.com/profile/12169663159033079480noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5838876236298577927.post-35295477751430657622012-08-02T11:44:00.000+07:002012-08-02T13:58:17.610+07:00Iklan Lingkungan Keren<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPWFolWrnaxk9sUCJHkyPcDTF0RFOTYMIDqGW3-ipqTat-ZqgjLcGuCyqy-ntR2VRGumWkiSEPzHytd1HCx-nyiOYy0ECjgoUJEg7ZUrQAB0HjV7FU05wdfuH_qCpN6R99KQOSoZLlguKM/s1600/Brilliant-Advertisment-04.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPWFolWrnaxk9sUCJHkyPcDTF0RFOTYMIDqGW3-ipqTat-ZqgjLcGuCyqy-ntR2VRGumWkiSEPzHytd1HCx-nyiOYy0ECjgoUJEg7ZUrQAB0HjV7FU05wdfuH_qCpN6R99KQOSoZLlguKM/s640/Brilliant-Advertisment-04.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://www.rsvlts.com/wp-content/uploads/2012/07/Brilliant-Advertisment-11.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="416" src="http://www.rsvlts.com/wp-content/uploads/2012/07/Brilliant-Advertisment-11.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://www.rsvlts.com/wp-content/uploads/2012/07/Brilliant-Advertisment-12.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="452" src="http://www.rsvlts.com/wp-content/uploads/2012/07/Brilliant-Advertisment-12.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://www.rsvlts.com/wp-content/uploads/2012/07/Brilliant-Advertisment-14.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="http://www.rsvlts.com/wp-content/uploads/2012/07/Brilliant-Advertisment-14.jpg" width="586" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br />Tri Damayanthohttp://www.blogger.com/profile/12169663159033079480noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5838876236298577927.post-62814437612601141232011-10-04T18:49:00.001+07:002012-08-02T14:30:38.723+07:00Gunung es di Austria menyusut secara dramatis<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.youtube.com/embed/5lPGrRhFqwg?feature=player_embedded' frameborder='0'></iframe></div>
<br />
<br />
Gunung es di Austria menyusut secara dramatis musim panas ini, yang paling besar sejak udara sangat panas pada 2003, terutama karena sedikitnya jumlah salju pada musim dingin lalu, kata beberapa ilmuwan.<br />
<br />
Gunung es Goldbergkees di Alpen, misalnya, rata-rata dua meter lebih tipis dibandingkan dengan kondisinya pada 2010. Gunung es itu kehilangan sebanyak tujuh persen massanya, kata lembaga meteorologi nasional ZAMG.<br />
<br />
Gunung api biasanya menyusut selama musim panas dan bertambah lagi pada musim dingin, dan dalam beberapa tahun belakangan lebih banyak es telah mencair dibandingkan dengan yang telah menggantikannya. Namun tahun ini, hilangnya lapisan es sangat mencolok, kata ZAMG.<br />
<br />
"Kendati musim panas 2011 tidak terlalu panas, kehilangan lapisan es itu sama banyaknya dengan yang terjadi selama musim panas 2003," ahli iklim Berhard Hynek.<br />
<br />
Tingkat es jauh lebih sedikit daripada kondisi normal di Alpen timur, setelah udara sangat panas dan musim dingin yang kering. Di Hoher Sonnblick, yang memiliki ketinggian 3.000 meter, misalnya, tingkat tersebut hanya dua-pertiga dari kondisi rata-rata 80 tahun pada 1 Mei.<br />
<br />
Gletser di gunung dan lapisan salju di kedua belahan Bumi telah merosot dalam beberapa dasawarsa belakangan akibat perubahan iklim Bumi, yang diduga oleh banyak ilmuwan disebabkan oleh peningkatan buangan gas rumah kaca.<br />
<br />
Sumber : <a href="http://www.antaranews.com/berita/278014/gunung-es-di-austria-menyusut-secara-dramatis">Antara</a>Tri Damayanthohttp://www.blogger.com/profile/12169663159033079480noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5838876236298577927.post-91026186142404267362011-09-28T12:01:00.002+07:002012-08-02T14:31:11.481+07:00Lampaui Jakarta, Medan Jadi Kota Terpolusi di Indonesia<div>
<b>Jakarta</b> - Badan Kesehatan Dunia (WHO) memasukkan 5 kota besar di Indonesia dalam hasil pemantauan polusi udara 1.082 kota di 91 negara. Hasilnya polusi udara di kota Medan tercatat yang paling tinggi melampaui Surabaya, Bandung, Jakarta dan Pekanbaru.</div>
<div>
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="http://www.youtube.com/embed/P7JZ-vAcQqg" width="420"></iframe></div>
<br /></div>
<div>
Survei tersebut dirilis WHO pada Senin 26 September 2011. Angka polusi tersebut disusun berdasarkan laporan tahunan kadar pasrtikel udara dalam udara yang disebut PM10.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
PM10 merujuk pada sebuah partikel dengan diameter 10 mikrometer atau kurang yang bergerak di udara. Batas maksimal PM10 yang direkomendasikan WHO adalah kurang dari 20 mikrogram PM10 per meter kubik. Pada angka tersebut, polutan di udara dapat menyebabkan penyakit pernafasan yang serius bagi manusia.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Menurut WHO, penyebab tingginya tingkat polusi udara bervariasi. Industrialisasi serta penggunaan bahan bakar transportasi dan pembangkit listrik berkualitas rendah paling banyak menjadi sumber polutan yang berbahaya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Data WHO menunjukkan Kanada dan Amerika Serikat memiliki kota-kota dengan tingkat polutan terendah. Hal itu mungkin disebabkan sebagian besar sampel diambil di kedua negara tersbut. Anehnya, negara besar seperti Rusia hanya diketahui kadar polusi pada ibu kotanya saja, Moskow, namun tidak dengan kota-kota lainnya seperti pada negara lain.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Seperti dilansir dari Guardian dan Huffingtonpost, Rabu (28/9/2011), beberapa orang menuding bahwa sampling tersebut menunjukkan data yang dimiliki WHO tidak sempurna dan seringkali berasal dari data tahun yang berbeda-beda. Meskipun demikian, ketersediaan data adalah langkah pertama untuk memperbaiki setiap kumpulan data yang tidak sempurna.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Rata-rata global PM10 di kota-kota dunia adalah 71 mikrogram/m3 kita. Iran, Mongolia dan Botswana menempati rangking teratas buruknya polusi udara. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Bagaimana dengan Indonesia?</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Menurut daftar WHO, Medan adalah kota dengan polutan tertinggi di Indonesia dengan kadar PM10 sebesar 111 mikrogram/m3. Medan menempati peringkat ke-59 kota dengan polutan udara tertinggi dari 1.082 kota yang disurvei.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Peringkat berikutnya adalah Surabaya pada peringkat ke-128 dengan kadar PM10 sebesar 69 mikrogram/m3. Disusul oleh Bandung pada peringkat ke-192 dengan kadar PM10 51 mikrogram/m3.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Jakarta menempati peringkat ke-238 dengan kadar PM10 sebesar 43 mikrogram/m3.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kota terakhir di Indonesia yang disurvei WHO adalah Pekanbaru yang menempati peringkat ke-1001 dengan kadar PM10 sebesar 11 mikrogram/m3, atau sama dengan beberapa kota di Kanada dan Amerika Serikat seperti Edmonton, Honolulu, Quebec, dan lebih baik dibandingkan Sydney yang menempati peringkat ke-992 dengan kadar PM10 sebesar 12 mikrogram/m3.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
WHO hanya menyebutkan penyebab tingginya tingkat polusi udara bervariasi, seperti cepatnya industrialisasi dan penggunaan bahan bakar transportasi dan pembangkit listrik yang berkualitas rendah.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Pembakaran batubara dan kayu juga ikut menyumbang kotornya udara. Asap pembakaran itu berkumpul dengan emisi kendaraan yang menciptakan selimut kabut asap yang menutupi beberapa kota di dunia. <br />
<br />
<i><a href="http://www.detikhealth.com/read/2011/09/28/110754/1732103/763/lampaui-jakarta-medan-jadi-kota-terpolusi-di-indonesia?l991101755">Putro Agus Harnowo - detikHealth</a></i>
</div>Tri Damayanthohttp://www.blogger.com/profile/12169663159033079480noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5838876236298577927.post-24486298014098971982011-08-31T13:23:00.001+07:002011-09-28T12:23:00.984+07:00Mengukur Ulang Gunung Everest<div>Pihak berwenang Nepal memerintahkan pengukuran ulang Gunung Everest untuk mengakhiri "kebingungan" mengenai ketinggian tepatnya gunung tertinggi dunia itu, demikian diumumkan seorang pejabat Nepal.</div><div><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgW7w_GzOOBKCrBri4U48lPky1M2-8df7j-sUNC71y3u55BfN90vltEeBWkG5u5jGUZLyH6MtRbZXgDBoQyG5yTZdwDPHD6kPWqdaW_NOOkxNPpprUpyIvsWjSdNgsCZ9qpZimwwOtPVNWO/s1600/blog.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 207px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgW7w_GzOOBKCrBri4U48lPky1M2-8df7j-sUNC71y3u55BfN90vltEeBWkG5u5jGUZLyH6MtRbZXgDBoQyG5yTZdwDPHD6kPWqdaW_NOOkxNPpprUpyIvsWjSdNgsCZ9qpZimwwOtPVNWO/s320/blog.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5644305672168274098" /></a><br /></div><div>Catatan resmi ketinggian Gunung Everest selama ini adalah 8.848m.</div><div><br /></div><div>Tetapi Cina dan Nepal sudah lama terlibat perbedaan pendapat mengenai ketinggian gunung itu.</div><div>Cina mengatakan ketinggian gunung itu harus diukur berdasarkan tingginya batu di puncak gunung. Nepal mengatakan ketinggian itu harus berdasarkan ketinggian salju yang menyelimuti puncaknya - sehingga ukuran bertambah empat meter. Gunung tertinggi di dunia itu melintasi perbatasan kedua negara. Tahun lalu kedua negara sepakat bahwa Gunung Everest harus diakui memiliki ketinggian 8.848m.</div><div><br /></div><div>Tetapi juru bicara pemerintah Nepal Gopal Giri mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa selama pembicaraan perbatasan antara kedua negara, para pejabat Cina sering menggunakan ketinggian berdasarkan batu.</div><div><br /></div><div><b>Perdebatan lama</b></div><div><br /></div><div>"Kami telah memulai proses pengukuran kembali untuk menjernihkan kebingungan ini. Sekarang kami memiliki teknologi dan sumber daya, kami bisa mengukurnya sendiri," kata Giri.</div><div>"Ini adalah pertama kalinya pemerintah Nepal mengukur sendiri ketinggian gunung itu."</div><div>Dia mengatakan akan didirikan sejumlah pos di beberapa titik lokasi dengan menggunakan sistem posisi global (GPS), dan proses mengukur puncak akan memakan waktu dua tahun.</div><div>Para pengamat mengatakan walaupun ribuan orang pernah mendaki gunung itu sejak pendakian pertama tahun 1953 oleh Sherpa Tenzing Norgay dan Edmund Hillary, ketinggian gunung selalu diperdebatkan sejak pengukuran pertama tahun 1856.</div><div>Ketinggian gunung yang saat ini diterima luas adalah 8.848m yang dilakukan oleh tim dari India tahun 1955.</div><div><br /></div><div>Tetapi para ahli geologi mengatakan perkiraan ketinggian gunung itu oleh kedua negara bisa saja salah.</div><div><br /></div><div>Mereka mengatakan gunung itu semakin terdorong tinggi karena India sedikit demi sedikit tertekan turun lebih rendah dari Cina dan Nepal akibat pergeseran lempeng-lempeng benua.</div><div>Pada bulan Mei 1999 satu tim dari Amerika menggunakan teknologi GPS untuk mengukur ketinggian Gunung Everest, yaitu 8.850m - ukuran yang sekarang secara resmi digunakan oleh US National Geographic Society, walaupun ukuran itu belum diterima secara resmi oleh Nepal.</div><div><br /></div><div>sumber ; <a href="http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2011/07/110720_everestheight.shtml">BBC Indonesia</a></div>Tri Damayanthohttp://www.blogger.com/profile/12169663159033079480noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5838876236298577927.post-38410951393226424972011-08-24T12:56:00.004+07:002011-08-24T13:11:30.231+07:00Perempuan Austria taklukkan 14 Puncak Himalaya<div>Pendaki gunung Gerlinde Kaltenbrunner asal Austria menjadi perempuan pertama di dunia yang menaklukkan seluruh 14 puncak gunung di Himalaya yang rata-rata berketinggian 8.00 meter di atas permukaan laut tanpa bantuan oksigen.</div><div>
<br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMxD_3jsXeFDc9r6Zbbegt5Ct77s4pdjkS9wsG8ZZxOk8gMKQY7TWUjMoMbbacatK4QI8L9JpWuzZDGukmzT-PkiF4NKmzZDNY5bkqxdfMO18ELxTgJnY2IAgCXfEoBRgbOUefO5_5YB5H/s1600/EVE_3061_G.Kaltenbrunner_c_www.amical.de_7601.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 192px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMxD_3jsXeFDc9r6Zbbegt5Ct77s4pdjkS9wsG8ZZxOk8gMKQY7TWUjMoMbbacatK4QI8L9JpWuzZDGukmzT-PkiF4NKmzZDNY5bkqxdfMO18ELxTgJnY2IAgCXfEoBRgbOUefO5_5YB5H/s320/EVE_3061_G.Kaltenbrunner_c_www.amical.de_7601.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5644300382578633378" /></a><i>
<br /></i></div><div>"Puncak ditaklukkan, pada pukul 6.18 waktu setempat. Gerlinde mencapai puncak K2," kata suami Kaltenbrunner, Ralf Dujmovits melalui situs resmi sang istri. Kaltenbrunner, 40, yang sehari-hari adalah seorang perawat, adalah perempuan ketiga di dunia yang mencapai seluruh 14 puncak gunung di Himalaya. Bedanya, Kaltenbrunner melakukannya tanpa oksigen buatan sementara dua pendaki perempuan lainnya masih menggunakan bantuan tabung oksigen. "Dia tengah berada di bulan," kata Dujmovits mengutip perkataan istrinya. Sebelumnya,</div><div>
<br /></div><div>Kaltenbrunner sudah enam kali mencoba menaklukkan K2 yang berketinggian 8.611 meter dari permukaan laut itu namun selalu gagal. Akhirnya, pada percobaan ketujuh, Kaltenbrunner yang ditemani pendaki Kazakhstan, Maxut Zumaye dan Vassiliy Pivtsov dan Darek Zaluski dari Polandia, sukses menyelesaikan misinya.</div><div>
<br /></div><div>Tim Kaltenbrunner sudah mempersiapkan pendakian ini sejak dua bulan lalu untuk menaklukkan gunung tertinggi kedua di dunia setelah Mount Everest, namun dianggap gunung paling berbahaya. Mereka berencana menaklukkan gunung ini dari sisi Cina di sebelah utara untuk pertama kalinya. Sebelumnya, Kaltenbrunner selalu mencoba mendaki gunung ini dari sisi Pakistan. Pada Selasa (23/8) pagi waktu setempat, tim ini membatalkan percobaan pertama mencapai puncak karena suhu yang terlalu dingin. Tim kemudian men coba lagi setelah udara cukup cerah tanpa awan yang sangat membantu pandangan mereka. Dujmovits, yang selalu memperbarui informasi soal pendakian di situs istrinya itu, terus memantau perkembangan tim melalui radio dan teropongnya.</div><div>
<br /></div><div>Setelah berhasil menaklukkan puncak K2, Kaltenbrunner dan timnya kembali turun pada Selasa malam. Dalam situsnya, Kaltenbrunner mengatakan sangat bahagia bisa mencapai puncak di tengah kondisi pendakian yang sulit namun dibantu cuaca yang sempurna.</div><div>
<br /></div><div>Pada 2009, nama Kaltenbrunner mulai dikenal setelah dia nyaris menjadi perempuan pertama dunia yang mencapai ketinggian 8.000 meter. Saat itu dia kalah dalam perlombaan yang melibatkan tiga pendaki gunung. Pendaki Korea Selatan, Oh Eun Sun terlebih dulu mencapai puncak yang kemudian disusul pendaki Spanyol, Edurne Pasaban. Keraguan atas kemampuan Kaltenbrunner muncul ketika Oh akhirnya benar-benar menaklukkan puncak Gunung Kanchenjunga.</div><div>
<br /></div><div>Dan, keberhasilan Kaltenbrunner menaklukkan K2 mengakhiri petualangan Kaltenbrunner yang sudah dimulai sejak Mei 1998 lalu. Keberhasilan ini sangat membanggakan Austria, bahkan Presiden Heinz Fischer menyebut kesuksesan ini sebagai hasil sebuah upaya yang luar biasa.</div><div>Menurut catatan, orang pertama di dunia yang mampu menaklukkan seluruh 14 puncak gunung Himalaya adalah pendaki Italia, Reinhold Messner, tahun 1986.</div><div>
<br /></div><div>10 ekspedisi terakhir Kaltenbrunner</div><div>2010 April/Mei – Everest, Tibet (via jalur timur laut)</div><div>2009 July/Agustus - K2, Pakistan(via Rute Cesen sampai 8,300m)</div><div>2009 Mei – Lhotse, Nepal(8.516 m)</div><div>2008 Mei – Dhaulagiri, Nepal(8.167 m)</div><div>2007 Juli/Agustus – K2, Pakistan(sampai 8.100m)</div><div>2007 Juli/Agustus – Broad Peak, Pakistan (8.047m)</div><div>2007 April/Mei – Dhaulagiri, Nepal(gagal pada 7.400m)</div><div>2006 Mei- Lhotse, Nepal(gagal pada 8.400m)</div><div>2006 April / Mei – Kangchenjunga, Nepal(8,595 m)</div><div>2005 Juni/Juli – Gasherbrum, Pakistan (8035 m)</div><div>
<br /></div><div><span class="Apple-style-span" ><b>sumber : <a href="http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2011/08/110823_austrianclimber.shtml">BBC Indonesia</a></b></span></div><div><i><span class="Apple-style-span" ><b>sumber foto : <a href="http://www.gerlinde-kaltenbrunner.at/">http://www.gerlinde-kaltenbrunner.at/</a></b></span></i></div>Tri Damayanthohttp://www.blogger.com/profile/12169663159033079480noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5838876236298577927.post-19713975985216760152011-06-24T08:38:00.000+07:002011-06-24T08:35:21.684+07:00Paimo, Bersepeda Hingga Ke Ujung Dunia<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh703JiC8aLSEK92x5VMctBSTn87jyW5Secn9OzszUe1Ku2UiVP3terI3CcDb5NdPalB82u_0Y26lq5C5-0KEbvV1IaYgO5cmBMfIBkvVZeCwr4wxC8fqj5xxDp36lCwMtcG-hL2rJfIDtv/s1600/PR-014.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh703JiC8aLSEK92x5VMctBSTn87jyW5Secn9OzszUe1Ku2UiVP3terI3CcDb5NdPalB82u_0Y26lq5C5-0KEbvV1IaYgO5cmBMfIBkvVZeCwr4wxC8fqj5xxDp36lCwMtcG-hL2rJfIDtv/s320/PR-014.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5592897308149082674" /></a><br />Sore ini saya mendapat email, dari salah satu dari sekian banyak email yang masuk, yang satu ini menarik minat saya, dan kemudian saya putuskan untuk kembali menulis di blog ini. Awalnya, blog ini diusahakan untuk tidak menuliskan cerita yang terlalu personal, tetapi hal ini tentunya menyalahi hakikat blog sesungguhnya.<br /><p class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span">Saya mendapatkan email tersebut dari milis perhimpunan, sebenarnya tidak ada sesuatu yang istimewa, sebagian cerita dan data yang disampaikan di email tersebut sudah pernah saya baca atau saya dengar, tetapi ada sedikit yang berbeda. Apa yang berbeda? Seseorang yang mengirimkan email tersebut, membuat apa yang saya ketahui akhirnya mempunyai sudut pandang baru.</span></p> <p class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span">Mari saya ceritakan isi tentang email tersebut. Email tersebut menceritakan sejarah panjang seseorang yang melakukan sesuatu yang sangat dicintainya. Bersepeda. Bagi para petualang pasti mengenal, atau setidaknya pernah mendengar nama Bambang “Paimo” Hertadi Mas. Pria Kelahiran Malang 53 tahun yang lalu dikenal sebagai Pesepeda jarak Jauh Indonesia (Long Distance Cyclist), sudah lebih dari ratusan ribu kilometer diarungi dengan kayuhan sepeda mulai dari deaah Asia, Amerika Selatan Australia dan Eropa.</span></p> <p class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span">Perjalanan pertama pria yang baru merayakan ulang tahun ke 53 pada tanggal 17 Maret lalu ini adalah bersepeda sejauh 1.656 km melintasi pulau Jawa hingga ke Sumbawa Besar. Perjalanan ‘Cintaku Negeriku’ yang dimulai dari kota Bandung ini, dilakukannya pada tahun 1980 dan Paimo tidak hanya bersepeda tetapi juga melakukan pendakian ke 2 gunung tertinggi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, yaitu Gunung Rinjani (3.726 m) dan Gunung Tambora (2.851 m) di Pulau Sumbawa.</span></p> <p class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span">Trip ‘Cintaku Negeriku’ tersebut adalah langkah awalnya menjelajahi dunia dengan sepeda. Paimo sudah bersepeda sejak SMP, awalnya dia bersepeda antar kota, lalu antar kota antar propinsi dan akhirnya antar pulau. Hingga saat ini dia sudah menjelajahi seluruh kota di Indonesia dan kota-kota di lima benua.</span></p><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaIInOVGIWTNofxa5mnl305YbZuHE6i48X6SQsEBoHjyw38Az15eAfbDDWFkpsFNxOayW3AkECN-iVVYvpdOFoMIe8m2bsdNkhSMJCnukRcAj5u6QDCO7oYr1iRixflZzRGQwWEs8zhJXp/s1600/003-paimo.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 214px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaIInOVGIWTNofxa5mnl305YbZuHE6i48X6SQsEBoHjyw38Az15eAfbDDWFkpsFNxOayW3AkECN-iVVYvpdOFoMIe8m2bsdNkhSMJCnukRcAj5u6QDCO7oYr1iRixflZzRGQwWEs8zhJXp/s320/003-paimo.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5592897307374562450" /></a><p class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span">Kebiasaan bersepeda dan mendaki gunung kembali dia lanjutkan pada tahun 1981. Pada tahun ini dia melakukan Trans Sumatera Cycling Trip sejauh 2.037 km, melintas Pulau Sumatera dengan sepeda serta sekaligus mendaki Gunung Merapi, Gunung Singgalang, dan Gunung Kerinci ( 3.805 m). Seakan tidak puas dengan Pulau Sumatera, tahun berikutnya 1982 Paimo kembali menjajal Pulau Sulawesi dengan Trans Celebes Cycling Trip 1.942 km, melintas Pulau Sulawesi dengan sepeda serta sekaligus mendaki Gunung Klabat (2.022 m) di Sulawesi Utara.</span></p> <p class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span">Setelah vakum selama 4 tahun, pria lulusan FSRD ITB tahun 1986 ini kembali melakukan perjalanan bersepeda jarak jauhnya. Kali ini dia memilih Pulau Kalimantan dengan Trans Borneo Cycling Trip sejauh 2.928 km, Paimo melintasi Pulau Borneo dengan sepeda serta sekaligus mendaki Gunung Kinabalu (4.101 m), di Sabah Malaysia Timur. Ini merupakan perjalanan pertamanya keluar Indonesia.</span></p> <p class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span">Pada tahun berikutnya 1987, merupakan tahun ‘tersibuk, Paimo. Pada tahun ini Paimo melakukan pendakian bersepeda di 3 Gunung di 3 Negara berbeda, dengan masing-masing ketinggian lebih dari 5000 m dpl. Ketiga Gunung tersebut adalah Gunung Kilimanjaro (5.896 m) di Tanzania, Afrika Timur, lalu Mount Kenya (5.199 m) di Kenya dan kemudian Imja Tse (Island Peak) dengan ketinggian 6.189 m, di Himalaya Nepal.</span></p> <p class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span">Setelah bertualang di luar negeri, Paimo kembali aktif di kegiatan sepeda dalam negeri. Pada tahun 1988 dia melakukan Parade Bulan Bersepeda Indonesia (PBBI) yaitu bersepeda dari Jakarta menuju Denpasar sejauh 1.300 km. Kemudian di rentang tahu 1989 – 1992 dia bersepeda di Gunung Kelud, lalu bersepeda malang-Larantuka dan mendaki Gunung Ijen, Gunung Batur, Gunung Rinjani dan Gunung Kelimutu. Lalu dilanjutkan ke Gunung Papandayan (1991), dan mengelilingi Pulau Belitung (1992) dalam rangka mendata batuan dan tebing yang bisa di panjat. </span></p> <p class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span">Pada tahun 1993 petualangan dilanjutkan ke “The First International Tibetan Plateu Bicycle Rally”, bersepeda pada ketinggian 2.500-5.231 m dpl, di Roof of The World (Atap Dunia sebutan untuk Dataran Tinggi Tibet, China), sejauh ± 1.937 km dari Xining, Ibukota Propinsi Qinghai sampai Lhasa, Ibukota Daerah Otonomi Tibet, melintas sebagian dari Silk Road dan bagian tenggara Gobi Desert, Bersepeda dan bermalam ke atas The Great Wall-Badaling, China.</span></p> <p class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span">Lalu pada tahun 1995 bersepeda seorang diri “Trans Continental, Perth-Sydney on My Bike” melintasi Benua Australia dari Perth, Pantai Barat, hingga Sydney, Pantai Timur Menembus Nullarbor Plain, bagian selatan The Great Victoria Desert sejauh 4.371,9 km. Tahun 1997 Trans South East Asia by Bike, Bersepeda seorang diri dari Singapore ke Saigon (Ho Chi Minh City), melintasi negara Singapore-Malaysia-Thailand-Laos-Vietnam sejauh 5.419 km. Lalu pada tahun 1998 Descent Toraja, Mengumpulkan data (membuat jalur wisata sepeda) serta menggabungkan kegiatan mounting biking, trekking, rafting, dan rock climbing di kawasan Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Dan pada tahun 2000 Paimo kembali ke Himalaya dan berkelana sepeda selama 1,5 bulan di Mera-Peak Khumbu, Nepal.</span></p> <p class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span"><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9dNQhsE0qmZIJ-Nv1KNe2c7Wv9KkX6gHCLjViPXzSJZa-LWPGiFWyOnDpWUxKHZyvzqTqtwdgZv_ReGcShekYoaXcUF2PrinZCv9UI05pY19fLjv95D7rv_nl1dtQOuKi6ewLLba-sCDo/s1600/punta+aeras.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9dNQhsE0qmZIJ-Nv1KNe2c7Wv9KkX6gHCLjViPXzSJZa-LWPGiFWyOnDpWUxKHZyvzqTqtwdgZv_ReGcShekYoaXcUF2PrinZCv9UI05pY19fLjv95D7rv_nl1dtQOuKi6ewLLba-sCDo/s320/punta+aeras.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5592897301024159362" /></a><br />Dan perjalanan yang monumental dilakukannya pada tahun 2005, Paimo melintasi negara Amerika Latin, dari kota La Paz di Bolivia hingga ke kota Punta Arenas di Argentina, yang merupakan titik paling selatan di benua Amerika. Pada tahun 2009 juga dia kembali menjelajahi Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Laos.</span></p> <p class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span">Petualangan terbarunya adalah melintasi Eropa dengan sepeda. Dengan tajuk “Celebrity Of Life” Pria asal Indonesia itu berangkat dari Brussel di Belgia menuju Prancis, Spanyol, dan Portugal, serta diakhiri di kota Casablanca, Maroko.</span></p> <p class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span">“Bersepeda itu sehat. Saya senang dapat bersepeda sekaligus promosi Indonesia di manca negara,” ucap Paimo. </span></p> <p class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span">Sebelum memulai perjalanan, dirinya mempersiapkan diri secara serius, utamanya untuk menjaga kondisi fisik agar tetap prima. Logistik juga telah disiapkan dengan matang, termasuk bekal, yang berasal dari kantong sendiri ditambah peran serta beberapa sponsor. Ia juga ingin-mengembangkan persahabatan dengan komunitas bersepeda yang ada di Eropa, dan bahkan Afrika. </span></p> <p class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span">“Saya memiliki teman-teman cyclist yang tersebar di seluruh dunia, termasuk di Eropa. Kesempatan ini akan saya pergunakan untuk mengunjungi dan mempererat persahabatan dengan mereka,” imbuhnya.</span></p> <p class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span">Paimo bersepeda sekitar 60 hari menempuh jarak lebih dari 3.230 km dimulai dari 12 Juni 2010 sampai 15 Agustus 2010. </span></p> <p class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span">"Saya bersepeda untuk celebrate life. Untuk menikmati dan mengagumi kehidupan," tutup Bambang sebelum memulai perjalanannya.</span></p> <p class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span"><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixDFIEv41yIjAHjmAQvMD95Fiav2OS8y5fY33z5jUVBv304CB52U3p41UsQg8xqOI8YlAe9dL0jHdhYaSJCR_TPTybdHjXW-9nTb5MSWhle_7lR1uzEFj5H0SjYM6zpHpCHGYZfi-YB3QF/s1600/BambangPaimo04.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 225px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixDFIEv41yIjAHjmAQvMD95Fiav2OS8y5fY33z5jUVBv304CB52U3p41UsQg8xqOI8YlAe9dL0jHdhYaSJCR_TPTybdHjXW-9nTb5MSWhle_7lR1uzEFj5H0SjYM6zpHpCHGYZfi-YB3QF/s320/BambangPaimo04.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5592897300468149010" /></a><br />Begitulah sedikit kisah Bambang ‘Paimo’ Hertadi Mas, yang bersepeda hingga ke ujung dunia. Mengapa ke ujung dunia? Sejak manusia mengetahui bahwa bumi itu bulat, kata-kata tersebut seakan kiasan yang berlebihan untuk sesuatu yang tidak mungkin. Tapi untuk Paimo, ujung dunia adalah sesuatu yang akan selalu menjadi tujuan perjalanan sepedanya, karena dia tidak akan berhenti untuk sesuatu yang menjadi obsesi dan dicintainya, untuk kenikmatan dan kekagumannya akan kehidupan. [] </span></p><p class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span"><i><b>Tulisan ini untuk Theodorus 210 BNP, yang mengubah pandangan saya, You'll Never Bike Alone</b></i></span></p><p class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span"><br /></span></p>Tri Damayanthohttp://www.blogger.com/profile/12169663159033079480noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-5838876236298577927.post-31398985904389660892011-06-11T14:00:00.000+07:002011-06-11T13:51:42.591+07:00Mendaki Cartenz demi Ayah<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj58aL2kZaVrWfeb_ZSaRNGPQwFXy99P0noSF0W9fQw_zcoI51toiUo_eoqZXX_6Y2rq1nVO8QikQiqIx2HICHL2bqN0xZhdeqTg4Z9pRmjOxzOEG8xasD-mfc34vKm8YxnOIGE9jTePPkh/s1600-h/PUNCAK-CARTENZ.JPG" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 214px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj58aL2kZaVrWfeb_ZSaRNGPQwFXy99P0noSF0W9fQw_zcoI51toiUo_eoqZXX_6Y2rq1nVO8QikQiqIx2HICHL2bqN0xZhdeqTg4Z9pRmjOxzOEG8xasD-mfc34vKm8YxnOIGE9jTePPkh/s320/PUNCAK-CARTENZ.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5441748174421365874" border="0" /></a><br /><span style=";font-family:verdana;font-size:85%;"><span style="font-size:78%;"><span style="font-style: italic;"><br />Harry Rudolph <a href="http://www.mapalaui.info/2006/07/18/mendaki-carstensz-demi-ayah/">Says</a>:</span> <span style="font-style: italic;"><br />September 17th, 2007 at 05:16</span><br /><span style="font-style: italic;">Dear People.</span><br /><span style="font-style: italic;">First I am so sorry that I cannot write in behasa Indonesia so I do it in English.</span> <span style="font-style: italic;"><br />Already a few years ago I read this story in Angkasa magazine.</span> <span style="font-style: italic;"><br />So I knew that some people from Mapala Ui went to the crash site in 1981, I try several times to reach the people from the Angkasa magazine but till now nothing</span> <span style="font-style: italic;"><br />I like to have some information about the mapala expedition did the people take some souvenirs from the place if yes is it posible to find out what they take and are there pictures.</span> <span style="font-style: italic;"><br />Then there was also people from TVRI did they make a film ??<br />Is it posible to get a copy ????<br />For me these matters are verry important.</span><br /><span style="font-style: italic;">For many years now I try to find out what hapened with my father.</span> <span style="font-style: italic;"><br />Please any help is verry welcome</span><br /><span style="font-style: italic;">To whome it consern</span><br /><span style="font-style: italic;">With best regards<br />Harry Rudolph.</span> </span><br /><br /><span style="font-weight: bold;font-size:78%;">(Harian Kompas tanggal 18 April 1981 memberitakan: “Pendakian Salju Khatulistiwa. Tim Mapala UI menemukan es Jayawijaya menyusut 200 m. Sisa pesawat DC-3 Belanda ditemukan.” Mengenai sisa pesawat selanjutnya diberitakan: “Reruntuhan DC-3.Tim pendakian ekspedisi telah melacak rute selatan Pegunungan Carstensz dan berhasil menemukan reruntuhan pesawat terbang DC-3 (maksudnya C-47-red) Dakota milik Belanda. Tim ini juga berhasil mendaki lagi puncak tertinggi Carstensz Pyramide (4.884 m), dengan menyertakan dua pendaki wanita, Karina Arifin dan Ita Budi).</span><br /><br />Hampir 30 tahun sesudah ayahnya meninggal, barulah Harry Rudolph dapat berpamitan dengan sebenarnya. Hanya tidak mudah, dia harus mendaki Pegunungan Carstensz setinggi 4.000 meter di Papua demi ayah yang dicintainya.<br /><br />Sepuluh hari lamanya, terguyur hujan dan terbenam dalam lumpur hingga lutut, aku bersusah-payah menembus hutan belantara tropis di Niugini. Tujuan akhirku masih tampak jauh dan sulit dicapai. Persediaan makananku sudah berkurang secara memprihatinkan. Akan tetapi, setiap kali aku pertimbangkan untuk membatalkan ekspedisi ini, setiap kali pula aku teringat wajah ayahku, Frans Rudolph, yang seolah-olah memberikan kekuatan baru.<br /><br />Sekonyong-konyong, 15 orang laki-laki yang telanjang menghalangi jalanku. Mereka adalah orang-orang Papua, yang memakai bulu-bulu burung beraneka warna di rambutnya yang keriting dan bersenjatakan panah serta busur di samping parang yang tampak menakutkan. Aku merasa khawatir dan menyadari, boleh jadi, ini berarti akhir dari petualangan. Aku nekat.<br /><br />Bagi orang-orang Papua yang gagah berani, mungkin memergoki seorang pengembara di dalam hutan, mengagetkan mereka juga. Perjuangan berhari-hari telah menyebabkan penderitaan yang tidak ringan. Badanku penuh dengan luka-luka berdarah yang ditimbulkan oleh batu karang yang tajam dan dahan pohon. Kaki dan mata sudah bengkak karena gigitan nyamuk dan lintah yang haus darah, serta sengatan yang menyakitkan dari tawon dan kalajengking.<br /><br />Karena kehabisan tenaga, aku duduk di atas sebuah batu gilang sambil meletakkan kedua telapak tangan di kudukku sebagai tanda bahwa aku tidak bermaksud jahat. Begitulah keadaanku sambil melihat ketakutan. Aku teringat ayah yang memberi dorongan untuk melakukan perjalanan seorang diri, juga memberi kekuatan untuk bertahan menghadapi segala macam ujian.<br /><br />Pada tanggal 28 Juni 1962, Negeri Belanda masih terlibat konflik bersenjata melawan Indonesia sehubungan dengan klaim terhadap Irian Barat. Pada pagi hari itu, ayahku, seorang flight engineer AU Belanda dan empat orang kru lainnya serta tiga orang penumpang sebuah pesawat C-47 Dakota dengan nomor registrasi X-11, lepas landas dari Merauke. Untuk mencapai tujuannya, Biak, pesawat militer itu harus melewati Pegunungan Carstensz setinggi 5.000 meter. Alam yang benar-benar tidak bersahabat.<br /><br /></span><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTeudpS_gxe_JPNum0uaoo0OycyifehYm9QoIkjU6GYx64h3VO2iXgENsLb1e57ac0KQVqvIKo2DpqBwwnRT5BtpCB9GyppY3N0-qG2IPNohW7IXsC7yM3fM9ntK_FrWBf0Q81L6RgpaFE/s1600-h/C-47.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTeudpS_gxe_JPNum0uaoo0OycyifehYm9QoIkjU6GYx64h3VO2iXgENsLb1e57ac0KQVqvIKo2DpqBwwnRT5BtpCB9GyppY3N0-qG2IPNohW7IXsC7yM3fM9ntK_FrWBf0Q81L6RgpaFE/s320/C-47.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5441748370398456130" border="0" /></a><br /><span style=";font-family:verdana;font-size:85%;">Delapan tahun kemudian, beberapa foto udara memperlihatkan, bagaimana di tengah perjalanannya, pesawat itu menabrak dinding gunung dan hancur-lebur. Bayangan bahwa jasad ayahku terlantar di suatu tempat di dataran tinggi gunung karang, bagi kami sekeluarga menimbulkan penderitaan batin yang nyaris tak tertahankan.<br /><br />Aku baru berumur 12 tahun ketika melihat ayah terakhir kali. Sepanjang ingatanku, dia seorang militer yang tegar, percaya diri dan gagah berani, yang sangat memperhatikan dan menyayangi istri serta empat anaknya. Ia menyediakan waktu sebanyak mungkin dengan keluarganya. Ia suka membawa anak-anaknya jalan-jalan di hutan dan mengajak kami berpartisipasi dalam hobinya yang paling berat, yaitu mengotak-atik mobil. Ia memiliki mobil Peugeot tahun 1947. Kami sering berjam-jam mengotak-atiknya.<br /><br />Selama hampir 30 tahun sejak dinyatakan hilang pada usia 39 tahun, kerinduan kami sekeluarga kepada ayah bertambah kuat, di samping perasaan kecewa atas perlakuan terhadapnya dan anggota kru lainnya.<br /><br />Dalam tahun 1974, arsip tentang X-11 ditutup karena, menurut para pejabat, adalah mustahil untuk mencapai reruntuhan pesawat dan mengevakuasi jenazah-jenazahnya. Pada waktu itu, mulai timbul niatku untuk mencari sendiri. Setelah begitu lama, begitulah pikiranku, ayahku harus mendapat tempat peristirahatan terakhir yang pantas. Untuk membiayai perjalanannya, aku dan anggota keluarga lainnya mengumpulkan sekitar 50.000 gulden dari kocek sendiri.<br /><br />“Romo Pastur Jos,” aku bertanya di kantornya di kota Leiden, “Orang Papua itu sebetulnya bagaimana?” Muka misionaris mengguratkan senyuman. “Mereka adalah orang-orang yang ramah-tamah, suka membantu dan suka menerima tamu,” begitulah jawabnya.<br /><br />Romo Pastur Jos Donkers lama hidup di antara orang-orang Papua di hutan belantara Irian Jaya, yang hingga tahun 1962 bernama Niugini Belanda, yang gelap. Akan tetapi, seluruh daerah sulit dilalui. Hujan yang terus-menerus mengguyur tanah rawa, ular, lintah, dan serangga lainnya adalah ancaman yang harus diwaspadai. Anda tidak bisa menemukan apapun yang dapat dimakan. Adalah niat yang gila untuk pergi ke sana sendirian.<br /><br />Aku mengunjungi Tropen Museum di Amsterdam untuk mempelajari peta-peta Niugini. Bahkan di atas kertas, perjalanannya tampak mengesankan. Sebagai persiapan, aku latihan intensif selama dua minggu di Pulau Jawa. Aku mendaki gunung berapi sampai tidak kurang 25 kali, tidur di udara terbuka, dan melakukan percobaan untuk mengetahui berapa hari dapat bertahan tanpa makan.<br /><br />Setelah itu, aku menentukan susunan bagasi di atas hamparan plastik, sebuah kantong untuk tidur, beberapa potong pakaian, sebilah parang, sebuah kompas, beberapa helai peta, dua buah velples, sebuah payung dan sebuah video kamera. Persediaan makananku terdiri dari biskuit kering, buah berkulit keras, satu blek bubuk glukosa dan beberapa blik ransum darurat.<br /><br />Begitulah. Pada 25 Oktober 1989, aku mulai ekspedisi ke Timika, suatu kota kecil di pantai selatan Irian Jaya. Dengan bantuan seorang misionaris yang berdiam di sana, aku dipertemukan dengan seorang Papua yang pernah menjadi anggota suku yang berdiam di pegunungan yang tinggi. Ia menggambarkan rute menuju ke desanya yang dulu secara garis besar. Perjalanannya akan memakan waktu lebih kurang empat hari, berdasar taksirannya. Optimismenya ternyata jauh berbeda dengan kenyataan. Perjalananku memakan waktu jauh lebih lama dan penuh kejadian-kejadian yang menakutkan.<br /><br />Hujan deras mengguyur pohon-pohon lebat yang tingginya mencapai 50 meter. Untunglah masih terdapat celah terbuka melalui mana dapat kubedakan siang dan malam. Satu-satunya alat yang membantu dan menjadi tumpuan harapan di dalam medan yang sangat tidak bersahabat, yaitu kompasku, seolah-olah menentangku dengan selalu menunjukkan arah ke pohon-pohon tumbang atau rawa-rawa yang dalam.<br /><br />Kerumunan tawon hitam yang ditakuti mengelilingiku. Dari waktu ke waktu, tawon-tawon itu membuka serangan secara massal. Pakaianku nyaris tidak mampu memberi perlindungan. Tawon-tawon itu dapat menembus hampir semua bagian dari tubuhku untuk sekadar memberi sengatan tajam yang dapat menimbulkan infeksi yang parah.<br /><br />Di belakang kawanan tawon menyusul pasukan lintah, mahluk-mahluk seperti monster sepanjang hampir 3 cm, yang menggigit kulitku dengan keras dan bahkan dapat masuk lewat lubang-lubang tali sepatuku dan melihat kaki-kakiku berdarah. Ular-ular piton sepanjang hampir tujuh meter disana-sini tampak bermalas-malasan pada sore hari. Ular-ular yang tanpa upaya menyambar dan melilit babi hutan yang lewat, dapat saja sekonyong-konyong berbuat yang sama terhadap pengembara hutan tanpa pertahanan diri seperti aku.<br /><br />Tinggi di atas kepalaku, burung-burung cendrawasih mengantarkan perjalananku yang berat dengan kicauan-kicauan yang ramai. Pada malam hari, suara mereka yang gaduh ditingkahi oleh menggerisiknya ular, laba-laba, dan kalajengking, yang mengelilingi diriku bak musuh yang tak kasat mata. Aku berusaha untuk tidur sambil mengacuhkan luka-luka dan kaki yang bengkak.<br /><br />Hutan belantara merupakan musuh tanpa ampun. Perjalanan empat hari tamsiran orang di Timika, bergema dibenakku ketika kuinjak hari kesepuluh.<br /><br />Pada hari yang sama, hampir saja sebuah Lockheed Neptune milik AL Belanda ditembak jatuh oleh dua Hawker Hunter AU Belanda/Foto: vlucht door detijd<br /><br />Sebenarnya, dipergokinya diriku oleh 15 orang penduduk bersenjata yang di luar dugaan muncul di depanku, lebih merupakan penyelamatan daripada ancaman. Orang-orang itu ramah-tamah, suka membantu, dan suka menerima tamu. Gambaran yang diberikan Romo Pastur Jos tentang orang Papua kuingat kembali, ketika di depanku orang-orang itu terlibat diskusi yang ramai. Dengan sisa kekuatan yang masih kumiliki, kedua telapak tanganku tetap kuletakkan di kudukku sebagai tanda menyerah. Akhirnya, seorang yang lebih tua mendekat secara hati-hati untuk memeriksa barang bawaanku.<br /><br />Penasihatku seorang Papua di Timika, telah menitipkan sepucuk surat yang sederhana bagi orang yang dituakan di desa. “Orang baik”, begitulah kira-kira isi surat tersebut karena salah seorang penduduk bersenjata yang lebih tua tampak tersenyum dengan ramah. Yang lainnya mengubah arah acungan senjata dari diriku.<br /><br />Salah seorang penduduk menguasai sedikit bahasa Melayu dan menjadi juru bahasa. Kuceritakan bahwa aku sedang mencari jenazah ayahku yang telah jatuh dengan pesawat di pegunungan Carstensz. Ia meneruskannya kepada pimpinannya, dan kembali kepadaku sambil berkata: “Pemimpin kami bilang bahwa kedatangan Anda disambut baik di desa ini dan bahwa Anda boleh menginap di sini.”<br /><br />Orang-orang yang suka menerima tamu. Romo Pastur Jos benar. Jarang saya mendapat teman-teman begitu cepat seperti di desa ini. Orang-orang Papua memberikan segala macam perhatian. Dari dalam gubuk-gubuk yang mirip cendawan raksasa dan tersebar di bukit-bukit, mereka memberi senyum penuh persahabatan, setelah pemimpinnya memberitahukan bahwa aku orang baik.<br /><br />Aku mengalami kejutan ketika foto reruntuhan X-11 yang kuperlihatkan untuk menjelaskan tujuan ekspedisi yang tidak biasa ini, membangkitkan ingatan beberapa penduduk. Pemimpin desa menunjuk ke arah pegunungan yang tampak menjulang ke langit di kejauhan.<br /><br />Dua hari lamanya aku menjadi tamu orang-orang Papua yang riang gembira. Kekuatanku sudah pulih kembali untuk meneruskan perjalanan. Beberapa penduduk yang ramah-tamah bahkan mengiringi diriku selama beberapa hari.<br /><br />Perlahan-lahan hutan belantara diganti oleh batu-batu karang yang tajam. Pemandangan di sekelilingku didominasi oleh arakan awan tipis dan panjang yang lewat di atasku dan ditiup oleh angin kencang dingin seperti es. Aku tidak dapat mengandalkan kompas lagi karena adanya endapan lapisan-lapisan logam di pegunungan itu. Aku terpaksa berlindung di bawah batu-batu yang menjorok selama berjam-jam sambil menunggu terangnya kembali penglihatan.<br /><br />Tujuan akhir dari perjalananku tercapai 16 hari setelah berangkat dari Timika. Tampaknya seperti pemandangan di bulan yang menyeramkan, dikelilingi oleh dinding-dinding gunung raksasa yang menjulang tinggi dan menyeramkan. Di salah satu sisi pada ketinggian 4.100 meter tergeletak ekor Dakota yang berwarna kelabu dan dihiasi tanda kebangsaan AU Kerajaan Belanda merah-putih- biru yang menyala, diapit oleh nomor registrasi X-11. Itulah adegan yang selama bertahun-tahun menghantuiku.<br /><br />Aku berkemah selama dua hari di antara horor sisa-sisa sedih X-11 yang hancur lebur. Di areal yang luas, kutemukan puing-puing terdiri dari sobekan aluminium yang dulunya merupakan badan pesawat, motor-motor pesawat yang hancur dengan baling-baling yang bengkok, sebuah sepatu, sebuah boneka, dan beberapa buah kaos kaki. Sama sekali tidak ada jasad para kru dan penumpang yang semula ingin kuberikan penghormatan terakhir di dalam kesunyian di pegunungan yang dahsyat ini. Apa yang telah terjadi dengan jasad mereka?<br /><br />Aku dengar dari para pekerja tambang tembaga, tidak jauh dari reruntuhan pesawat, sekelompok mahasiswa Indonesia tahun 1981 telah mendahuluiku. Mungkin mereka dapat menjawab pertanyaanku.<br /><br />Melalui kawan-kawan Indonesia di Bandung, aku bertemu dengan tiga orang. Mereka menceritakan bahwa proyek pendakian gunung universitasnya menugaskan mereka untuk mendaki pegunungan Carstensz pada 1981, ketika secara kebetulan mereka menemukan reruntuhan pesawat. “Tabrakannya begitu hebat,” kata salah seorang mahasiswa sambil menggigil sehingga reruntuhannya benar-benar tersebar di mana-mana.<br /><br />Mereka berkemah selama kurang lebih sebulan dan setiap hari melakukan pencarian di sekitarnya. “Kami menemukan sepucuk Uzi, kereta bayi, beberapa potong pakaian dan sebuah buku catatan,” kata si mahasiswa. Buku catatan yang mereka temukan disimpan di universitas, ternyata milik ayahku.<br /><br />Para mahasiswa telah mengumpulkan jasad-jasadnya dengan seksama, dimasukan ke dalam sebuah peti dan dikebumikan dengan khidmat di bawah tumpukkan batu. Aku mendapat sebuah foto dari kuburan itu. Setelah hampir 30 tahun, akhirnya aku mengetahui nasib yang dialami mendiang ayahku.<br /><br />Dalam bulan Januari 1991, 14 bulan sesudah perjalananku yang penuh bahaya, AU Kerajaan Belanda dibawah tekanan untuk melakukan sesuatu mengenai X-11. Pihaknya mengizinkan ekspedisi yang terdiri dari lima orang untuk mengevakuasi jasad-jasadnya.<br /><br />Aku mendapat izin untuk ikut serta. Kami diangkut dengan helikopter ke lokasi. Setelah mendirikan perkemahan, kami melakukan pemeriksaan yang seksama. Di bawah tumpukan batu seperti yang diperlihatkan oleh foto para mahasiswa, kami memang menemukan peti berisi jasad-jasad para kru dan penumpang. Bagiku merupakan saat yang sangat mengharukan dan memuaskan. Tugasku telah terlaksana. Ayah akhirnya akan pulang.<br /><br />Tanggal 19 Februari, jasad-jasad para korban diangkut ke negeri Belanda. Tanggal 22 Maret dimakamkan dengan penghormatan militer di Taman Kehormatan di Loenen. Tinggi di pegunungan Carstensz, kini tinggal sejumlah reruntuhan dan prasasti yang menyebutkan nama para korban. Prasasti dibuat oleh anggota-anggota ekspedisi, yang mengenang bencana 29 tahun sebelumnya.<br /><br />Harian Kompas tanggal 18 April 1981 memberitakan: “Pendakian Salju Khatulistiwa. Tim Mapala UI menemukan es Jayawijaya menyusut 200 m. Sisa pesawat DC-3 Belanda ditemukan.” Mengenai sisa pesawat selanjutnya diberitakan: “Reruntuhan DC-3.Tim pendakian ekspedisi telah melacak rute selatan Pegunungan Carstensz dan berhasil menemukan reruntuhan pesawat terbang DC-3 (maksudnya C-47-red) Dakota milik Belanda. Tim ini juga berhasil mendaki lagi puncak tertinggi Carstensz Pyramide (4.884 m), dengan menyertakan dua pendaki wanita, Karina Arifin dan Ita Budi.<br /><br />Kelly dari TVRI Jakarta dibantu Arianto, berhasil merekam peristiwa penelitian, pendakian, dan penemuan reruntuhan pesawat dengan kamera 16 mm. Diharapkan hasil rekaman nanti menambah keterangan tentang hasil yang telah diperoleh Mapala UI.<br /><br />Dari survei rute selama dua hari, akhirnya tim melalui rute selatan berhasil mendapati rute sebenarnya ke arah reruntuhan pesawat. “Waktu survei dua hari, pendakian yang benar hanya empat jam. Badan pesawat mulai pintu tengah sampai ekor boleh dikata utuh, lainnya berantakan,” kata Arianto. Diterangkan juga, pesawat menabrak dinding padas, lalu pecah, dan sisa badan pesawat terjerembab di atas teras batu ditutupi lumut.<br /><br />Berhasil ditemukan beberapa tulang pinggul, tangan, serta sisa tempurung kepala manusia. Selain jaket penyelamat, gear box, dynamo wiper, helio-gram, mirror, segulung film positif 8 mm, dan beberapa temuan lainnya.<br /><br />“Pesawatnya berwarna hijau loreng, masih kelihatan gambar bendera Belanda. Memang Atase Militer Kedubes Belanda, Brigjen J. Linzell, juga mengatakan hal yang sama. Mereka pernah memotret reruntuhan itu, kami pun banyak mendapat informasi darinya,” ujar Arianto lagi.<br /><br />Harian yang sama dalam edisi 27 April 1981 menurunkan tulisan yang menceritakan bahwa reruntuhan pesawat C-47 Dakota ditemukan pertama kali oleh Norman Edwin pada tanggal 3 April 1981, pukul 10:30 WIT. “Setengah badan pesawat itu masih utuh, rupanya menabrak dinding selatan Carstensz lalu ambruk di teras,” tutur Kelly Saputro, juru kamera TVRI Jakarta yang mengikuti ekspedisi Mapala UI. “Bagian depannya mungkin hancur dan terlontar ke tempat lain.”<br /><br />Pesawat Dakota itu milik Belanda, mendapat kecelakaan setelah melanggar dinding gunung tinggi saat terbang dari Merauke ke Biak pada masa konfrontasi Indonesia-Belanda tahun 1963. “Memang penemuan ini yang pertama kali, sedangkan pesawat udara yang ditemukan beberapa tim pendaki sebelumnya milik Amerika,” kata Kelly sambil menerangkan lagi, “Tahun 1944 ada pesawat Dakota kargo milik AU AS jatuh di komplek pegunungan Jayawijaya. Tak lama kemudian, Komisi Korban Perang AS sempat mendatangi dan membawa beberapa sisa tubuh korban untuk dimakamkan di negaranya.<br /><br /></span><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlZfRVZb7iExONkZdy_Rda4DNKL1ArI8pnaUPpiXxrBn5wMz2zhUXC1ZrUsBxgC11GUrlzj4EttqU3cyDH5fgIk8cgBlUUljzhJvyjK3wpJYcmdNscgglH4oSIPFIxlDr-WpIq6wvYMfZw/s1600-h/carstensz_midl_peak.JPG" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 300px; height: 225px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlZfRVZb7iExONkZdy_Rda4DNKL1ArI8pnaUPpiXxrBn5wMz2zhUXC1ZrUsBxgC11GUrlzj4EttqU3cyDH5fgIk8cgBlUUljzhJvyjK3wpJYcmdNscgglH4oSIPFIxlDr-WpIq6wvYMfZw/s320/carstensz_midl_peak.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5441748016892053090" border="0" /></a><br /><span style=";font-family:verdana;font-size:85%;"><span style="font-size:78%;">Sumber :<br />(R.J. Salatun, ANGKASA N0.10 Juli 2002/Th. XII)<br />http://www.mapalaui.info/2006/07/18/mendaki-carstensz-demi-ayah/</span><br /><span style="font-size:78%;">milis sadagori (Setyabudhi)<br /><br /></span><span style="font-size:78%;">Kredit Foto:<br />www.korean-war.com/images/KWAirc...C-47.jpg<br />matanews.com/wp-content/uploads/...TENZ.JPG<br />http://misteriintim.blogspot.com/2008/08/gunung-cartenz-jayawijaya.html<br /><br /><br /></span></span>Tri Damayanthohttp://www.blogger.com/profile/12169663159033079480noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5838876236298577927.post-39209585147801361892011-05-04T19:00:00.000+07:002011-05-04T19:00:17.150+07:00Mayoritas Terumbu Karang di Bangka Mati<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0N2ir_7PnqObY80KAB6fV8W0-FVDHAAbdmjAYBaz-8-NNG6Pq_WI1J4cHVE0A9s_gqhiXaSiFi2zMy7fp_Hi4e0KC2gUFRw21F4ZVd9ojFsIJVfGqvOH_X22wXQtxdr39nYkZ4p3grRIt/s1600/Boy+Aditya+5.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img style="text-align: justify;display: block; margin-top: 0px; margin-right: auto; margin-bottom: 10px; margin-left: auto; cursor: pointer; width: 320px; height: 251px; " src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0N2ir_7PnqObY80KAB6fV8W0-FVDHAAbdmjAYBaz-8-NNG6Pq_WI1J4cHVE0A9s_gqhiXaSiFi2zMy7fp_Hi4e0KC2gUFRw21F4ZVd9ojFsIJVfGqvOH_X22wXQtxdr39nYkZ4p3grRIt/s320/Boy+Aditya+5.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5602782605883709698" /></a><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">PANGKAL PINANG, - Mayoritas terumbu karang transplantasi di Teluk Limau, Bangka mati. Kematian diduga akibat tutupan sedimen yang berasal dari penambangan laut.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ketua Tim Eksplorasi Terumbu Karang Universitas Bangka Belitung (UBB) Indra Ambalika mengatakan, 100 terumbu karang transplantasi ditanam pada 2009.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"Pada pemantuan Oktober 2010 diketahui empat terumbu karang buatan itu mati. Terumbu karang itu tertutup lumpur. Sisanya terlihat masih hidup dan mulai menempel di konsentrat balok semen yang dirancang untuk terumbu karang transplantasi itu," ujarnya di Pangkal Pinang, Senin (2/5/2011).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Namun, tim UBB pesimis terhadap terumbu karang lain saat memantau lokasi pada Maret 2011. Saat itu ada 17 kapal hisap timah dan puluhan tambang apung beroperasi di sekitar lokasi transplantasi. Kami khawatir karena kapal-kapal hisap dan tambang apung itu membuang berton-ton lumpur limbah penambangan. Arus laut membawa lumpur ke lokasi penanaman terumbu karang, tuturnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"Kekhawatiran itu terbukti dalam pemantauan pada Minggu (1/5/2011). Hanya dua terumbu karang bertahan. Sementara 98 lain mati karena tertutup lumpur. Terumbu karang tidak bisa bertahan karena sedimen lumpur terlalu tinggi. Air terlalu keruh dan tidak cocok untuk pertumbuhan. Padahal, dulu lokasi itu kami pilih karena ekosistemnya masih mendukung. Setelah kapal hisap beroperasi, daya dukung ekosistem menyusut drastis," tuturnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sementara Kepala Dinas Kelautan Kepulauan Bangka Belitung Sugianto mengatakan, hal itu dampak ketidakjelasan tata ruang di Bangka Belitung. "Peraturan tata ruang tidak kunjung selesai dibahas karena banyak faktor. Belum ada pembagian jelas suatu wilayah untuk apa. Jadi, terbuka kemungkinan semua wilayah dipakai untuk apa saja," tuturnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pihaknya sudah membuat ketetapan penambangan harus beroperasi minimal 1,5 mil dari pantai. Wilayah dalam radius 1,5 mil itu dianggap tempat berkembang biak ikan. Selain itu, sebagian nelayan juga lebih aman bergerak dalam wilayah itu.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Namun, banyak penambangan beroperasi di dalam wilayah 1,5 mil itu. Tambang apung dengan jarak kurang dari 200 meter dari pantai bisa terlihat di hampir seluruh pantai di Pulau Bangka. Tambang apung akan lebih banyak lagi beroperasi bila ada kapal hisap atau kapal keruk di suatu pantai.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sampai saat ini, PT Timah saja mengoperasikan 11 kapal keruk. Sementara mitra PT Timah mengoperasi 55 kapal hisap. Tidak di ketahui berapa jumlah kapal keruk dan kapal hisap yang dioperasikan pihak lain di perairan Bangka Belitung. Pasalnya, tidak ada data pasti. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sumber : <a href="http://sains.kompas.com/read/2011/05/02/19573682/Mayoritas.Terumbu.Karang.di.Bangka.Mati">Kompas</a></div>Tri Damayanthohttp://www.blogger.com/profile/12169663159033079480noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5838876236298577927.post-5691896860125763582011-05-04T11:02:00.001+07:002011-05-04T11:05:01.895+07:00Illegal Logging Kikis Kelestarian TN Berbak<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghr7VFL4yGpRn14qRRfeenl5amz28EnWYfz3uXg0_TXIHBRVdcvwT9O8K67c0uckXmtfb0RrjFAwvBRFmXSrpOGc6c_6nFHqJQ5ap3FGi5FrPvdzYK6oulArjG3T1NrwORraXVNnoUus9Z/s1600/ilegalloging.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img style="text-align: justify;display: block; margin-top: 0px; margin-right: auto; margin-bottom: 10px; margin-left: auto; cursor: pointer; width: 320px; height: 213px; " src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghr7VFL4yGpRn14qRRfeenl5amz28EnWYfz3uXg0_TXIHBRVdcvwT9O8K67c0uckXmtfb0RrjFAwvBRFmXSrpOGc6c_6nFHqJQ5ap3FGi5FrPvdzYK6oulArjG3T1NrwORraXVNnoUus9Z/s320/ilegalloging.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5602707003275293362" /></a><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Jambi - Kegiatan illegal logging di Kabupaten Tanjung Jabung Timur telah mengikis kelestarian taman nasional Berbak (TNB) yang sebagian besar berada di daerah itu.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hal ini diungkapkan oleh Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Desa (Fokmades) Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), Arie Suriyanto, di Muarasabak, ibu kota Kabupaten Tanjabtim, Selasa.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Arie menjelaskan, kawasan membentang di dua kabupaten yakni Kabupaten Tanjabtim dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar) dengan luas mencapai 162.700 hektar. Sementara, sekitar 139.000 hektar diantaranya berada dikawasan Tanjabtim.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"Diperkirakan kerusakan kawasan TNB di Tanjabtim mencapai 60 persen dari luas keseluruhan di daerah ini sejak 2001 silam," ujarnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Menurut dia, dari 60 kerusakan tersebut terbagi dalam beberapa jenis kerusakan. 40 persen diantaranya termasuk kategori sangat parah karena dinilai telah punah akibat ulah manusia melalui illegal logging dan perambahan liar. 20 persen termasuk kerusakan sedang dan ringan, sehingga bisa dilakukan peremajaan kawasan hutan melalui reboisasi.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hanya saja, upaya reboisasi juga dinilai belum bisa mengembalikan kelestarian TNB dikawasan Tanjabtim seperti sediakala.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"Yang patut disayangkan, kegiatan illegal logging sangat tersistem dan mengindikasikan adanya keterlibatan oknum aparat hukum dan pemerintah daerah," katanya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Lebih lanjut dia mengatakan, hampir setiap hari puluhan kubik kayu hasil olahan yang bersumber di kawasan TNB keluar dari sejumlah anak sungai dan bermuara di sungai Batanghari.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"Setiap ada yang ditangkap itu hanya pelaku di lapangan. Sementara aktor intelektual dibalik kegiatan illegal itu belum terjamah. Ini harus menjadi catatan khusus bagi aparat hukum agar lebih tegas mengungkap kegiatan illegal logging di Jambi," ujarnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dia menambahkan, meski sering diadakan razia di kawasan TNB yang melibatkan pihak kepolisian dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi, upaya tersebut tetap saja bocor dan tak jarang berbuah tangan kosong.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"Untuk itulah, perlu adanya upaya konkret dan menyeluruh. Harus ada niatan yang baik mulai dari pemerintah dan kepolisian, sebab, TNB merupakan salah satu warisan bagi anak cucu kita di masa depan," tambahnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">TNB dengan luas 162.700 hektar memiliki potensi alam menjanjikan yang tidak dipunyai daerah lain.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sebagai Taman Nasional, Berbak mempunyai ekosistem yang masih asli, serta keunikan ekosistem lahan basahnya yang merupakan satu kesatuan ekosistem hutan rawa gambut dengan luas dua pertiga bagian dan hutan rawa air tawar yang sepertiga bagian, serta adanya kawasan pantai yang merupakan kawasan persinggahan burung-burung migran ditiap tahunnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sebagai kawasan konservasi lahan basah yang masih asli dan unik serta kepentingannya bagi dunia internasional, maka melalui Keppres No. 48 tahun 1991 kawasan ini dimasukkan kedalam kawasan konvensi Ramsar yaitu perlindungan lahan basah secara internasional.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sebelumnya Berbak merupakan kawasan suaka marga satwa yang penetapannya dilakukan sejak tahun 1935 oleh pemerintah Belanda.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sumber :<a href="http://www.antaranews.com/berita/256936/illegal-logging-kikis-kelestarian-tn-berbak"> ANTARA News</a></div>Tri Damayanthohttp://www.blogger.com/profile/12169663159033079480noreply@blogger.com0