Pages

Pages - Menu

Pages - Menu

Februari 15, 2010

Gunung Semeru


"Telaga birunya terbentang tanpa gerakan. Sekali-sekali seekor itik liar mengusik permukaan airnya yang licin, kalau dia menyelam dalam-dalam dan menghilang. Sampai jauh malam saya melihatnya berenang berkeliaran di telaga, dan sekali-sekali mendengar suaranya mengalun diatas air. Di seberang sana, batang-batang kayu besar telah roboh dan terendam didalam air. Berapa tahun sudah batang-batang ini membusuk di dalam air? Diantara dedaunan hijau yang lebat dari pepohonan yang tumbuh tinggi, yang menutupi lereng-lereng gunung di sekitar sini, angin malam berdesis. Sang Rembulan muncul. Setelah sinar matahari, yang dengan tajam menampakkan bentuk-bentuk dari hutan dan telaganya, sinar rembulan mengaburkan semua keadaan. Sekarang puncak-puncak pepohonantidak bergerak dan nampak samar-samar dilangit yang cerah. Di atas punggung-punggung gunung kelap-kelip bintang bergelantungan. Dimuka air telaga Sang Rembulan mulai memainkan sinar peraknya, menerangi bivak kami. Suatu malam tropik yang tenang mengendap diatas telaga gunung, yang sudah berabad-abad terlindung oleh dinding-dinding gunung, dan jarang sekali terganggu ketenangan tidurnya oleh kegaduhan manusia."

Mr. C.W Wormser

Mr. Wormser adalah salah satu penjelajah yang melakukan pendakian gunung-gunung di Jawa. Hampir 30 gunung yang berketinggian daitas 2000 telah dia daki dalam kurun waktu 1920 - 1925. Kutipan diatas adalah salah satu penggambaran perasaannya saat mendaki Gunung Semeru (Smeru), tepatnya saat dia membuat base camp di Ranu Kumbolo. Ranu Kumbolo adalah salah satu dari tiga ranu (danau/telaga) yang ada di kawasan Bromo Tengger Semeru.
Di kawasan ini ada tiga buah ranu yang terkenal, yaitu Ranu Pani, Ranu Regulo dan Ranu Kumbolo. Ranu Pani dan Ranu Regulo adalah dua danau yang saling berdekatan, dimana Ranu Pani merupakan nama desa yang menjadi titik awal pendakian ke gunung Semeru yang paling sering di gunakan.

Pendakian ke Gunung Semeru, biasanya dimulai dari Ranu Pani, disini para pendaki diwajibkan untuk melapor di pos pendakian, membeli tiket, mendaftarkan diri dan barang bawaan. Setelah itu ijin pendakian akan dikeluarkan.
Untuk mencapai Ranu Pani, ada 2 akses, yaitu dari Senduro (Lumajang) atau dari Tumpang (Malang). Jalur ini relatif sepi bagi pendakian karena belum begitu terkenal di kalangan pendaki, Akses transportasi juga masih agak susah dijumpai untuk menuju ke Ranu Pani dari Senduro. Bila kita melewati jalur sini kita bisa menikmati hutan hutan yang masih relatif alami dan tempat persembahyangan agama hindu di Senduro yang merupakan pura terbesar di Jawa. Dari Senduro ke Ranupani membutuhkan waktu sekitar 2-3 jam perjalanan bermotor.

Akses yang paling sering digunakan adalah akses dari Tumpang (Malang). Pendakian dari arah Malang merupakan jalur favorit karena ketersedian akses tranportasi dan akomodasi yang mudah di dapat. Dari Kota Malang perjalanan di lanjutkan menuju ke Tumpang via Terminal Arjosari dengan Angkot selama + 30 menit. Di Tumpang kita bisa langsung naik jeep dengan tarif berkisar Rp.15.000 sampai 25.000,- atau truk yang menuju ke Ranupani. Disini kita bisa juga bermalam di tempat pemilik jeep bila kita kemalaman dan besoknya melanjutkan perjalanan. Logistik bisa di dapat di sini serta sarana telepon juga sudah banyak.

Puncak Gunung Semeru (Mahameru) dapat terlihat dengan jelas dari Kota Malang dan beberapa tempat lainnya dengan bentuk kerucut yang sempurna, tapi pada kondisi yang sebenarnya di puncak berbentuk kubah yang luas dengan medan beralun disetiap tebingnya. Kawah Jonggring Saloko pada tahun 1913 dan tahun 1946 mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran lava kebagian selatan daerah Pasirian, Candipura dan Lumajang.


Dari Tumpang perjalanan dilanjutkan ke Ranu pani dengan melewati Gubuklakah, yang merupakan Desa penghasil apel lalu Ngadas, Tempat Suku tengger bermukim serta Jemplang–Bantengan ( Disini pemandangan ke Gunung Bromo nampak bagaikan hamparan permadani bila awal musin hujan mulai atau akan berahkir) . Perjalanan Tumpang ke Ranu pani membutuhkan waktu sekitar 4–5 jam.

Ranu Pani (2000 m dpl) adalah sebuah dusun terahkir perjalanan bermotor dengan luas 279 Ha. Ditempat ini terdapat Pos Pemeriksaan Pendaki Gunung dan fasilitas yang ada berupa Pondok Pendaki, Pondok Penelitian, Pusat Informasi dan Kantor Resort, Wisma Cinta Alam, Wisma tamu dan Bangunan Pengelola.

Dari Ranu Pani perjalanan dilanjutkan menyusuri jalan beraspal sepanjang ½ kilometer menuju jalan setapak pendakian menuju ke Ranu Kumbolo (2.390 m dpl). Melewati tanah pertanian daerah Watu Rejeng perjalanan menanjak di mulai. Disekitar perjalanan jalan ada yang tertutup oleh pohon tumbang/roboh ke jalan sehingga sesekali kita merayap di bawah tumbuhan rubuh. Nuansa perjalanan banyak dijumpai penduduk yang mencari kayu bakar serta burung di sepanjang route perjalanan.

Jarak dari Ranu Pani ke Watu Rejeng sekitar 5 Km dengan waktu temput 90 menit. Lalu untuk sampai di Ranu Kumbolo membutuhkan waktu 90 menit dengan jarak 5 km. dan di Ranu Kumbolo kita bisa bermalam. Total Perjalanan dari Rani Pani Ke Ranu Kumbolo 3–4 jam perjalanan dengan jarak sekitar 10 Km.

Ranu Kumbolo (2.390 m dpl) merupakan lembah dan terdapat danau/ranu yang luasnya 12 ha. Daerah ini tempat peristirahatan yang memiliki pemandangan dan ekosistem dataran tinggi yang asli. Panorama alam di pagi hari akan lebih menakjubkan berupa sinar matahari yang terbit dari celah – celah bukit menunjukan warna – warni yang membuat di sekitar danau berwarna kemerah–merahan dan kekuningan, ditambah uap air diatas danau seakan-akan keluar dari danau tersebut. Fasilitas yang terdapat disini berupa Pondok Pendaki dan MCK untuk istirahat dan memasak serta berkemah. Di daerah ini terdapat Prasasti peninggalan jaman purbakala dn diduga merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit.

Dari Ranu Kumbolo kita bisa menuju ke Pangonan Cilik yang merupakan sebuah nama untuk kawasan padang rumput yang terletak di lembah Gunung Ayek-Ayek yang terletak tidak jauh dari Ranu Kumbolo. Asal usul tersebut oleh masyarakat setempat dikarenakan kawasan ini mirip dengan padang penggembalaan ternak (pangonan). Daya tarik dari kawasan ini merupakan lapangan yang relatif datar ditengah-tengah kawasan yang disekitarnya dengan konfigurasi berbukit-bukit gundul yang bercirikan rumput sebagai type ekosistem asli, sehingga memberikan daya tarik tersendiri untuk dikunjungi.

Setelah dari Ranu Kumbolo perjalanan diteruskan ke Kalimati. Melewati Tanjakan Cinta, yang merupakan tanjakan yang lumayan memeras tenaga dan diteruskan melewati Savana Oro-oro ombo (30 menit). Daerah ini merupakan padang rumput luasnya + 100 Ha berada pada sebuah lembah yang dikelilingi bukit–bukit gundul dengan tipe ekosistem asli tumbuhan rumput, lokasinya berada dibagian atas tebing yang bersatu mengelilingi Ranu Kumbolo. Padang rumput ini mirip sebuah mangkuk dengan hamparan rumput yang berwarna kekuningan, kadang – kadang pada beberapa tempat terendam air hujan.

Perjalanan diteruskan ke Kalimati yang memerlukan waktu sekitar 3–4 jam perjalanan pendakian dan diteruskan melewati Padang Rumput–Jambangan. Di Kalimati kita dapat bermalam dengan fasilitas Pondok pendaki dan kebutuhan air untuk memesak dapat diambil dari Sumber Mani ( 15 Menit). Perjalanan dari Ranu Kumbolo menuju Kalimati memerlukan waktu sekitas 4-5 jam perjalanan pendakian.


Setelah dari Kalimati kita menuju ke Arcopodo (2-3 jam). Arcopodo merupakan daerah yang berada dilereng puncak Gunung Semeru dan dapat digunakan untuk mendirikan tenda guna mencapai puncak Mahameru. Pagi hari setelah bermalam dari Kalimati atau Arcopodo perjalanan pendakian kita lanjutkan menuju ke puncak Jonggring Saloko dengan melewati tanah berpasir dengan kemiringan hampir 60 – 70 derajat. Diperlukan kewaspadaan khusus dalam melewati medan ini karena banyak batu – batu yang longsor oleh angin atau pendaki di atas kita. Perjalanan Arcopodo ke Puncak membutuhkan waktu 3-4 jam perjalanan pendakian.

Mahameru, adalah sebutan terkenal dari puncak Gunung Semeru dengan ketinggian ± 3.676 meter diatas permukaan laut (mdpl), menempatkan diri sebagai gunung tertinggi di Pulau Jawa.
Puncak Mahameru atau Puncak Jonggring Saloko memiliki keunikan pada setiap 10 – 15 menit sekali menyemburkan abu dan batuan vulkanik yang didahului semburan asa berwarna hitam kelam membumbung tinggi ke angkasa raya seakan – akan menyelimuti seluruh puncak. Suhu di puncak Mahameru kadang–kadang 0–4 derajat celcius yang disertai kabut yang tebal dan badai angin.


"Cuaca cerah. Di sana terletak pantai utara dan selatan Jawa. Laut Jawa yang maha luas terhampar jauh sampai ke horison. Ketakterbatasan Lautan Hindia terhampar sampai jauh tak berhingga. Ke arah timur nampak plateu-plateu dari G. Tengger dan G. Ijen yang hebat.Dn di sebelah barat, dari tanah ngarai muncul punak-puncak dari G. Klut dan Kawi dan Arjuno, G. Welirang dan di belakangnya G. Wilis dan lebih jauh lagi G. Lawu. Liwat semua raksasa yang hebat ini terbentang pemandangandan pemandangan diatas dataran-dataran yang rendah dan bayangan dari gunung yang paling hebat ini sekarang sudah menaungi lembah-lembah yang dalam. Gumpalan-gumpalan awan naik dari lembah-lembah. Kabut bereretan liwat sudut-sudut dari bukit yang lebih rendah. Kabut ini menggantung di atas hutan yang hitam dan menyelimuti lembah-lembah. Aneh kelihatannya, terlepas dari tempat menopangnya, G. Arjuno dan G. Welirang seperti menggantung bebas di langit cerah, melayang-layang diatas lautan awan seperti kapuk. Angin mulai membentuk awan-awan menjadi sosok-sosok yang tanpa bentuk.Setiap kali angin meniup membuat lobang-lobang di permadani awan. Lalu liwat lubang dimassa yang kelabu kotor itu, nampak daerah persawahan hijaudan desa-desa yang tersembunyi di bawah pepohonan disinari cahaya yang aneh tapi bagus. Di belakang tepi awan muncul sebuah sungai putih, yang menghilang lagi didalam kabut yang semakin padat. Juga kawah yang dalam, tempat jantungnya G. Smeru berdenyut, mulai diliputi awan. Warna kuning cerah belirang warna kelabu tua dari batu karangnya, diganti warna kelabu merata. Lembahnya senyap, bukit-bukit tertutup gunung-gunung menghilang, kawahnya larut di dalam asap, dan kami berdiri di dalam kabut padat, tanpa sesuatu diatas kami kecuali awan-awan yang berkejaran. Dan lagi datang rasa nikmat dari suatu kemenangan. Kenikmatan Alpen. Lepas dari dunia..."

Mr. C.W Wormser (Kemewahan Gunung-Gunung - 1928)






Sumber :
Kemewahan Gunung-Gunung ;
Mr. C.W Wormser
Global Volcanism Program
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Semeru - Wikipedia
Soe Hok Gie dan Gunung Semeru

Kredit Foto :
http://www.flickr.com/photos/fadilfb
http://www.flickr.com/photos/samatflickr
http://www.flickr.com/photos/samatflickr
http://www.flickr.com/photos/tianyake

Tidak ada komentar:

Posting Komentar