Pages
▼
Pages - Menu
▼
Pages - Menu
▼
Februari 09, 2010
Penjelajahan Kerinci 2006 (1)
1. Bentuk dan Struktur
Gunung Kerinci adalah puncak tertinggi di Sumatera dan merupakan gunung aktif tertinggi di Indonesia dengan tinggi 3.805 m dari permukaan laut. Gunung ini merupakan bagian dari Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Gunung ini menjadi gunung tertinggi di Indonesia di luar pegunungan Irian Jaya. Di sebelah timur terdapat danau Bento, rawa berair jernih tertinggi di Sumatera. Di belakangnya terdapat gunung tujuh dengan kawah yang sangat indah yang hampir tak tersentuh. Di tengah taman terdapat celah lembah kota sungaipenuh, perkebunan kopi, dan danau Kerinci. Gunung ini memiliki memiliki tipe strato (masih aktif dan memiliki kawah seluas 400 x 320 meter) masuk dalam TNKS seluas 1.484.650 hektare yang terletak di empat provinsi, sebagian besar taman nasional terletak di wilayah Jambi, Menurut M. Neumann van Padang (1951). Gunung berapi ini terhimpit diantara dua pegunungan di barat dan di timurnya, kerucut yang paling muda gundul dan kawah gunung ini terletak di timur laut sisa dinding kawah Berapi- Elok (3655 - 3649 mdpl), TNKS sendiri merupakan bukit barisan yang memanjang dari utara ke selatan pulau Sumatra. Penyebaran bahan hasil letusan dari puncak ataupun dari lereng Kerinci ke utara dan selatan adalah seluas lebih dari 25 km, sedang ke timur dan ke barat hanya 13 Km2. Kerucut yang termuda dan gundul, serta kawah terletak di timurlaut sisa dinding kawah. Kawah Kerinci biasanya terisi air berwarna hijau kekuningan. Pada Maret 1934 air danau ini sebagian bersar hilang dan bahkan kering. Sejak Februari 1937 sebuah danau baru muncul kembali. Dinding kawah bagian atas pada titik ketinggian antara 3645 – 3800 m berukuran 600m x 580m. Dasar kawah berukuran 120m x 100m, pada ketinggian 3360m. Sedang danaunya dalam 1932 berukuran 400mx 320m, ketinggiannya 3514m dml.
2.Cara Mencapai Kawah Puncak
Menurut van Hasselt (1878) pendakian dimulai dari Lubuk Gadang di Lembah Liki, mengikuti dasar Sungai Timbulun; pada hari pertama dan kedua tidak merintis. Hari ketiga mulai merintis dan akhirnya sampai pada tepi kawah. Lamanya pendakian satu minggi pulang-pergi. Sudarmo dan Merto (1952) dengan Wiryosumarto (1964) mendakinya dari pesanggrahan perkebunan Kayuaro ( 1400m). Lamanya pendakian pulang pergi selama 3 hari, melewati pasanggrahan kehutanan di dekat puncak. Reksowirogo (1972), melaksanakannya dari Kampung Kersiktua (1500m). Hari pertama Kp Kersik Tuo – Pesanggrahan Kehutanan. Hari kedua Pasanggrahan Kehutanan – puncak pulang pergi . Hari ketiga Pesanggrahan Kehutanan – Kp Kersiktua. Untuk mencapai puncak Gunung Kerinci dari Desa Kersik Tuo dengan waktu tempuh 10-12 jam yang telah ada jalur pendakian berupa jalan setapak, dilengkapi papan keterangan dan interpretasi di beberapa lokasi. Desa Kersik Tuo berada sekitar 49 kilometer sebelah utara ibukota Kabupaten Kerinci, Sungai Penuh. Waktu tempuh dari Sungai Penuh dengan kendaraan umum sekitar satu jam.
3. Keadaan Gunung Kerinci Pada Tahun 1972
Menurut Reksowirogo (1972) keadaan topografi sekitar puncak, jika dibandingkan dengan keadaan dalam 1952, sedikit sekali perubahannya. Runut erosi lereng selatan agak menenggara kira-kira mempunyai kedalaman sekitar 100m. Daerah ini merupakan pinggiran kawah yang terendah. Daerah gundul mulai pada ketinggian 3300m sampai dengan puncaknya. Sisa lava pada lereng selatan sebagian besar terlihat agak lapuk. Sisa lava yang terlihat jelas pada titik ketinggian 3400m dml terletak di dekat hulu ketiga barangko tsb. Sisa lava tersebut ditaksir berukuran 50 x 20 x 10 x 1m3 , berwarna putih kemerehan dan terubah. Dinding kawah bagian dalam umumnya terdiri dari lava, kekar kolom yang jelas tampak di bagian selatan agak menenggara. Longsoran terdapat pada tebing utara. Kegiatan di dasar kawah bagian utara, berupa dua kelompok terbusan fumarola. Terlihat juga dua buah kolam air berbentuk lonjong. Dalam kolam air sebelah tenggara terdapat sedikit bualan dan airnya berwarna hitam, sedangkan di timurlaut, airnya berwarna putih kemerahan tanpa bualan asap.
4. Batas Daerah Bahaya
Gunung Kerinci terjepit di antara dua buah pegunungan tua, yaitu rangkaian G. Kapur (2405m) di sebelah timur dan rangkaian G. Selasi (2301m), G. Manduraibisa (2481m) sebelah barat. Daerah bahaya, baik berhubungan dengan lava,lahar, ataupun awan panas terbatas pada daerah yang terapit di antara kedua pegunungan tadi ke utara dan selatan lebih meluas.
Daerah bahaya sementara terbagi menjadi :
4.1 DAERAH BAHAYA
Berdasarkan bahaya bom gunungapi dan eflata lainnya daerah bahayanya hamper berbentuk sebuah lingkaran berjari-jari 6 km yang berpusatkan tengah kawah. Dan berdasarkan aliran lava, penyebaran awan panas dan lahar diperluas mengikuti lembah yang menuju ke utara, yakni S. Lambar, S. Belangir, B. Timbulun, dan B. Taluk Airoutih; ke timur S. Sangir dan ke selatan, S. Kering, S. Kumbang, S. Siulakderas kanan dan Siulakderas kiri. Perluasan rata-rata panjang 3 km dan lebar 1/4 sampai 1 km. Luas daerah bahaya 165,7 km2 di dalamnya tak terdapat kampung.
4.2 DAERAH WASPADA
Berdasarkan bahaya eflata, daerah ini adalah daerah di luar daerah bahaya yang terbentuk lingkaran dengan jari-jari 9 km berpusatkan tengah kawah. Dan berdasarkan bahaya lava dan lahar, meluas mengikuti lembah yang menuju arah barat dan timur hingga menumbuk deretan perbukitan. Perluasan ke utara rata-rata 8 km sepanjang S. Lambai, S. Belangir, B. Timbulun, S. Aro, B. Belanduk, S. Kumbang, S. Siulakderas kanan, S. Siulakderas kiri dan S. Indrapura kecil. Luas daerah waspada 165,8 km2, dengan sebelas kampung dan jumlah perduduknya 8,2 ribu jiwa, dalam 1972. Puncak gunung ini sangat sering tertutup kabut sehingga agak sulit dilihat dari kejauhan. Suhu udara di daerah puncak berkisar antara 5-10 derajat celcius, bahkan dapat mencapai di bawah 0 derajat celcius pada musim kemarau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar