Pages

Pages - Menu

Pages - Menu

September 03, 2010

Plastik Oxium : "Green Label" Plastik Ramah Lingkungan


oleh : Sabrina Asril


Berdasarkan data InSWA, 100 persen masyarakat di dunia menghasilkan sampah, tapi hanya kurang dari 1 persen yang peduli terhadap pengelolaan sampah. Bahkan tidak seorang pun bersedia ketempatan sampah, meskipun itu hasil buangan dirinya sendiri.

"Saat ini rata-rata orang Indonesia menghasilkan sampah 0,5 kg dan 13 persen di antaranya adalah plastik. Jadi sebenarnya orang kita punya dosa 0,5 kg sampah tiap hari," ujar Ketua Umum InSWA, Sri Bebassari, Selasa (31/8/2010), dalam jumpa pers di Grand Indonesia, Jakarta.

Khusus untuk wilayah Jakarta, sampah bisa mencapai 6.000 ton/hari dan 13,25 persen juga berasal dari sampah plastik. Sri melihat adanya tren penggunaan plastik ini meningkat bahkan nyaris menyalip penggunaan kertas dalam pembuatan produk sehari-hari.

"Tapi masalahnya, plastik ini sulit didaur ulang, ia mengurai perlu waktu 500-1000 tahun," ujarnya. Oleh karena itu, salah satu ide bijak untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan plastik yang ramah lingkungan.
Maka melalui institusinya, InSWA, Sri pun memberikan sertifikasi Green Label bagi produk plastik yang telah lolos uji ramah di lingkungan setelah melalui tahap observasi dan uji lab BPPT. "Green Label adalah sertifikasi hijau yang diberikan pada produk ramah lingkungan yang dinilai aman dan tidak membahayakan kesehatan manusia," ujarnya.

Hingga saat ini, baru ada satu perusahaan yang memperoleh sertifikasi ini yakni PT Tirta Marta yang memproduksi plastik Oxium yang mampu diurai dalam waktu dua tahun saja. Plastik Oxium ini sudah mulai dipakai oleh sebagain besar ritel di tanah air seperti Indomaret, Carrefour, Alfamart, Hero, Giant, Superindo, Kemchick, dan Gramedia.

"Ke depannya kita sudah diajukan beberapa konsep Green Label tidak hanya untuk produk tapi juga untuk bangunan, Green building, Green Mall, dan lain-lain konsepnya masih kita susun," ungkap Sri.

Dengan adanya Green Label ini, Sri berharap ke depannya akan membuat lebih banyak pihak yang termotivasi untuk melakukan hal yang sama. "Kita selalu mengapresiasi setiap langkah kecil yang dilakukan masyarakat. Masalah sampah adalah masalah kita semua jadi memang harus ada peran serta dari seluruh stakeholder dan masyarakat untuk berkomitmen menyelamatkan bumi ini," tandas wanita yang sedari tahun 1980-an ini meneliti tentang sampah.


Plastik Oxium Terurai dalam Dua Tahun

Banyak orang beranggapan plastik adalah bahan non-organik yang berasal dari petroleum. Padahal, petroleum itu sendiri berasal dari plankton-plaknton yang kemudian menjadi minyak bumi dan akhirnya dijadikan bahan dasar plastik.
"Banyak orang menyalahkan plastik karena non-organik. Itu salah. Justru plastik itu organik. Hanya memang sulit terurai dia bisa diurai 500-1000 tahun lamanya. Ini yang jadi masalah kenapa plastik itu tidak ramah lingkungan bukan karena dia non organik," ujar Presiden Direktur PT Tirta Marta, Sugianto Tandio, Selasa (31/8/2010), saat jumpa pers di Grand Indonesia, Jakarta.

Lanjutnya, bahan plastik sering kali menjadi kambing hitam, karena dianggap merusak lingkungan. Akan tetapi, manusia sebenarnya tidak dapat memungkiri bahwa plastik masih menjadi bahan kemasan favorit. Hal ini karena plastik memiliki karakter berbiaya murah, berbobot ringan, praktis, dan tidak mudah pecah.

"Dengan demikian yang harus dilakukan saat ini adalah bukan memusuhi plastik, tapi mempercepat proses penguraian plastik, yang awalnya ribuan tahun jadi bisa lebih singkat," ujarnya kepada pers.

Oleh karena itu, melalui perusahannya, PT Mitra Tirta, Sugianto kemudian mengembangkan produk plastik yang ditambahkan Oxium. Oxium merupakan aditif yang dapat mempercepat terjadinya proses degradasi plastik dalam waktu 2 tahun melalui oksidasi, thermal, dan fotodegradasi.

"Dari mana Oxium ini terbentuk? Kalau itu saya tidak bisa beritahu yang jelas bahan baku Oxium ini berasal dari manusia, jadi bisa dipastikan aman," ungkap Sugianto.

Retailer di beberapa kota besar telah menggunakan Oxium sebagai shopping bag, seperti Carrefour, Indomaret, Alfamart, Superindo, Hero, Giant, Gramedia, Zara, Time Zone, Kemchicks, Guardian, dan Premium Factory Outlet.
"Ke depannya kita masih berusaha mendekati untuk penggunaan plastik produk kemasan," ujarnya.

Menurut Sugianto, upayanya ini memang merupakan langkah kecil dalam menyelamatkan lingkungan karena masih banyak penggunaan plastik lainnya yang masih belum dijangkau Oxium.
"Untuk sampah plastik retail modern mencapai 35.000 ton/hari. Coba bandingkan dengan total konsumsi plastik di Indonesia yang mencapai 3 juta ton/hari, jelas PR kita masih banyak," tandasnya.

Dengan inovasi yang dilakukan PT Tirta Marta ini, asosiasi pengelolaan sampah Indonesia atau InSWA pun memberikan sertifikasi Green Label pada produk plastik Oxium. "Dengan menggunakan plastik terurai, sampah plastik diharapkan tidak lagi menumpuk, menghambat saluran air, dan tanah dapat berfungsi kembali sebagai penyerap air hujan," Sugianto menjelaskan.

Sumber Kompas : 31 Agustus 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar