Keberadaan satwa harimau kini kritis, yakni di seluruh dunia hanya tersisa sekitar 3.200 ekor meliputi enam sub-spesies, yaitu Harimau Sumatera, Bengal, Amur, Indochina, China Selatan, dan Malaya.
Ancaman utama kepunahannya mencakup hilang dan terfragmentasinya habitat yang tidak terkendali, berkurangnya jumlah mangsa alami, perburuan dan perdagangan ilegal, serta konflik dengan masyarakat yang tinggal di sekitar habitat harimau.
Laporan itu disampaikan Kementerian Kehutanan RI menyambut penyelenggaraan pertemuan delegasi 13 negara yang memiliki harimau alam bertajuk "Pre Tiger Summit Partners Dialogue Meeting" di Ayodya Resort Bali, Nusa Dua, Senin (12/7).
Kegiatan yang dijadwalkan dibuka Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan tersebut, sebagai persiapan sebelum digelar konferensi internasional konservasi harimau tingkat kepala negara "World Tiger Summit" direncanakan dilaksanakan di Saint-Peterburg, Rusia pada 15 - 18 September 2010.
Menurut Ketua Forum HarimauKita Hariyo T Wibisono, dalam penjelasan bersama Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Dr Ir Harry Santoso, sub-spesies yang ada di Indonesia, Harimau Sumatera, kini populasinya sekitar 400 individu.
Populasi sebanyak itu, mewakili 12 persen dari total satwa langka itu di dunia. Hal tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara kunci dalam pelestarian harimau di dunia.
"Ironisnya, habitat Harimau Sumatera telah menyusut hampir 50 persen dalam kurun waktu 25 tahun terakhir. Sekitar 70 persen dari habitat tersisa tersebut berada di luar kawasan konservasi yang tersebar pada setidaknya 20 petak hutan yang terisolasi satu dengan lainnya," papar Hariyo.
Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran bahwa sebagian besar populasi Harimau Sumatera yang tersisa tidak dalam perlindungan yang memadai.
"Oleh karena itu, menjadi penting bagi warga negara Indonesia untuk segera merapatkan barisan dan mengambil langkah konservasi yang konkret dan tepat, agar Harimau Sumatera tidak bernasib sama dengan kedua saudaranya yang lebih dahulu punah, yaitu Harimau Jawa dan Bali," ujarnya.
Direktur Eksekutif WWF-Indonesia Dr Efransjah menilai pentingnya langkah penyelamatan habitat yang tersisa, restorasi kawasan kritis, serta mengimplementasikan tata ruang yang mendukung pembangunan secara lestari, guna memberikan wilayah jelajah yang cukup bagi Harimau Sumatera.
"Masalah pentimgnya meminimalisir kemungkinan konflik dengan manusia, perlu menjadi agenda bersama dalam penyelamatan satwa dilindungi tersebut," katanya menegaskan.
Ia menambahkan bahwa penyelamatan hutan, penataan ruang secara lestari dan restorasi kawasan kritis habitat Harimau Sumatera juga sangat sejalan dengan komitmen pemerintah Indonesia kepada dunia dalam upaya mengurangi emisi karbon dari deforestasi dan degradasi hutan.
Pertemuan Bali Akan Pulihkan Harimau Dunia
Kementerian Kehutanan RI berharap pertemuan 13 negara yang memiliki harimau mampu menghasilkan rencana pemulihan harimau dunia sebagai kesepakatan antarnegara untuk pelestarian satwa tersebut, termasuk harimau sumatera (panthera tigris sumatrae).
Pertemuan itu diharapkan meningkatkan populasi harimau di alam menjadi dua kali lipat pada 2022, demikian siaran pers Kementerian Kehutanan RI yang tengah menggelar kegiatan bertajuk "Pre Tiger Summit Partners Dialogue Meeting" di Nusa Dua, Bali, Senin.
Selain itu, melalui kegiatan tersebut akan diformulasikan konsep "Deklarasi Para Kepala Negara" yang akan dibahas dalam pertemuan tingkat kepala negara di Rusia, September mendatang.
Saat ini, harimau berada dalam kondis kritis. Spesies harimau di seluruh dunia yang tersisa sekitar 3.200 ekor, meliputi enam sub sepsies, yaitu harimau sumatera, bengal, amur, indochina, china selatan, dan harimau malaya.
Ancaman utama kepunahannya, yaitu hilang dan terfragmentasinya habitat yang tidak terkendali, berkurangnya jumlah mangsa alami (babi dan rusa), perburuan dan perdagangan ilegal (Amerika dan Eropa), serta konflik dengan masyarakat yang tinggal di sekitar habitat harimau.
Subspesies harimau yang ada di Indonesia, yaitu harimau sumatera, saat ini populasinya sekitar 400 ekor. Habibat harimau sumatera menyusut hampir 50 persen dalam kurun waktu 25 tahun terakhir.
Sekitar 70 persen dari habitat tersisa berada di luar kawasan konservasi yang tersebar pada setidaknya 20 petak hutan terisolasi satu dengan lainnya. Kondisi itulah yang menempatkan Indonesia sebagai negara kunci dalam pelestarian harimau dunia.
"Dengan menyelamatkan harimau, bukan hanya menyelamatkan satwa yang dilindungi, juga menyelamatkan habibat harimau tersebut," demikian Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Dr.Ir. Harry Santoso dalam penjelasan tersebut.
Seperti ajaran salah satu kitab Hindu (Sutasoma), populasi harimau yang baik merupakan indikator hutan yang sehat karena harimau butuh habitat yang sangat luas dan mangsa yang banyak.
Hutan yang kondisinya baik bukan hanya membawa manfaat dan kesejahteraan bagi jutaan masyarakat yang tinggal di sekitarnya, misalnya, sebagai daerah resapan air, penyedia air bersih, sumer makanan, dan obat-obatan.
Selain itu, juga berkontribusi besar terhadap penurunan emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim bumi.
Pertemuan Bali Akan Pulihkan Harimau Dunia
Kementerian Kehutanan RI berharap pertemuan 13 negara yang memiliki harimau mampu menghasilkan rencana pemulihan harimau dunia sebagai kesepakatan antarnegara untuk pelestarian satwa tersebut, termasuk harimau sumatera (panthera tigris sumatrae).
Pertemuan itu diharapkan meningkatkan populasi harimau di alam menjadi dua kali lipat pada 2022, demikian siaran pers Kementerian Kehutanan RI yang tengah menggelar kegiatan bertajuk "Pre Tiger Summit Partners Dialogue Meeting" di Nusa Dua, Bali, Senin.
Selain itu, melalui kegiatan tersebut akan diformulasikan konsep "Deklarasi Para Kepala Negara" yang akan dibahas dalam pertemuan tingkat kepala negara di Rusia, September mendatang.
Saat ini, harimau berada dalam kondis kritis. Spesies harimau di seluruh dunia yang tersisa sekitar 3.200 ekor, meliputi enam sub sepsies, yaitu harimau sumatera, bengal, amur, indochina, china selatan, dan harimau malaya.
Ancaman utama kepunahannya, yaitu hilang dan terfragmentasinya habitat yang tidak terkendali, berkurangnya jumlah mangsa alami (babi dan rusa), perburuan dan perdagangan ilegal (Amerika dan Eropa), serta konflik dengan masyarakat yang tinggal di sekitar habitat harimau.
Subspesies harimau yang ada di Indonesia, yaitu harimau sumatera, saat ini populasinya sekitar 400 ekor. Habibat harimau sumatera menyusut hampir 50 persen dalam kurun waktu 25 tahun terakhir.
Sekitar 70 persen dari habitat tersisa berada di luar kawasan konservasi yang tersebar pada setidaknya 20 petak hutan terisolasi satu dengan lainnya. Kondisi itulah yang menempatkan Indonesia sebagai negara kunci dalam pelestarian harimau dunia.
"Dengan menyelamatkan harimau, bukan hanya menyelamatkan satwa yang dilindungi, juga menyelamatkan habibat harimau tersebut," demikian Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Dr.Ir. Harry Santoso dalam penjelasan tersebut.
Seperti ajaran salah satu kitab Hindu (Sutasoma), populasi harimau yang baik merupakan indikator hutan yang sehat karena harimau butuh habitat yang sangat luas dan mangsa yang banyak.
Hutan yang kondisinya baik bukan hanya membawa manfaat dan kesejahteraan bagi jutaan masyarakat yang tinggal di sekitarnya, misalnya, sebagai daerah resapan air, penyedia air bersih, sumer makanan, dan obat-obatan.
Selain itu, juga berkontribusi besar terhadap penurunan emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim bumi.
Pemerintah Republik Indonesia bersama 12 negara di dunia yang memiliki harimau alam sepakat, mempertahankan hutan menjadi prasyarat mutlak guna menyelamatkan satwa itu dari kepunahan. Kerja sama lebih keras, saling tukar informasi lebih intens, sekaligus skema pendanaan yang sistematis dibutuhkan untuk merealisasikan gagasan besar itu.
”Pemulihan habitat harimau butuh pemulihan hutan. Sebab, populasi harimau yang baik merupakan indikator hutan yang sehat karena harimau butuh habitat yang sangat luas dan mangsa yang sangat banyak,” kata Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan dalam pembukaan Pre Tiger Summit Partners Dialogue Meeting yang digelar di Nusa Dua, Bali, Senin (12/7).
Kementerian Kehutanan bersama Global Tiger Initiative- World Bank menjadi tuan rumah dalam pertemuan tiga hari itu. Negara lain adalah Banglades, Bhutan, China, India, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Rusia, Thailand, dan Vietnam. Pertemuan ini adalah pertemuan persiapan sebelum digelar Konferensi Internasional Konservasi Harimau Tingkat Kepala Negara, World Tiger Summit, di Saint-Petersburg, Rusia, 15-18 September 2010.
Zulkifli berharap, pertemuan ini dapat menghasilkan rumusan naskah Rencana Pemulihan Harimau Dunia sebagai kesepakatan negara untuk pelestarian harimau dan meningkatkan populasinya di alam menjadi dua kali lipat kondisi saat ini pada 2022. Disusun pula naskah Deklarasi Kepala Negara yang akan dibahas di Rusia nanti.
Kondisi kritis
Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) milik Bupati Purworejo, Jawa Tengah, nonaktif, Kelik Sumrahadi, yang disita oleh pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah dititipkan di Kebun Binatang Gembiraloka Yogyakarta, Selasa (6/10). Sejumlah lembaga pecinta dan pemerhati lingkungan mencatat saat ini jumlah harimau Sumatera dewasa yang hidup liar di habitat aslinya hanya tinggal sekitar 250-300 ekor.
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO
Kondisi harimau di dunia saat ini kritis, hanya tersisa tak lebih dari 3.200 ekor, meliputi enam subspesies, yaitu harimau sumatera, bengal, amur, indochina, china selatan, dan malaya. Penyebab kepunahan adalah hilang dan terfragmentasinya habitat secara tidak terkendali, berkurangnya jumlah mangsa alami, perburuan dan perdagangan ilegal, serta konflik dengan masyarakat di sekitar habitat.
Harimau sumatera tinggal 400 ekor atau 12 persen total populasi harimau di dunia. Habitatnya menyusut hampir 50 persen dalam 25 tahun terakhir. Sekitar 70 persen dari habitat tersisa itu ada di luar kawasan konservasi yang tersebar setidaknya di 20 petak hutan yang saling terisolasi.
”Peta jalan Jambi, Padang, Riau, dan Sumsel disusun untuk menjadi habitat harimau. Juga di Lampung di Tambling luasnya 60.000 hektar hingga 70.000 hektar. Kita juga memikirkan sumber makanannya,” kata Zulkifli.
Direktur Program Global Tiger Initiative-World Bank Keshav Varma menyatakan, Bank Dunia menyusun skema pembiayaan bersama. Untuk kawasan Asia Tenggara direncanakan dana 80 juta dollar AS.
Delegasi dari tiga belas negara sebaran harimau (Tiger Range Countries/ TRCs) yang berkumpul selama tiga hari di Bali, 12-14 Juli 2010, dalam "Pre Tiger Summit Partners Dialouge Meeting" berhasil merumuskan dua naskah penting. Kedua naskah tersebut sebagai landasan pertemuan tingkat Kepala Negara di St. Petersburg, Russia, 15-18 September 2010.
Kedua naskah tersebut adalah draf Rencana Pemulihan Harimau Dunia (Global Tiger Recovery Plan) sebagai draf kesepakatan antarnegara untuk pelestarian harimau dan konsep Deklarasi Para Kepala Negara (Leaders Declaration) dalam rangka melipatgandakan populasi harimau dunia di alam pada tahun 2022, tahun Harimau berikutnya dalam penanggalan Cina.
"Kehadiran dan partisipasi aktif dari delegasi 13 negara itu dalam merumuskan elemen-elemen penting rencana pemulihan harimau dunia, merupakan indikasi kuat bahwa mereka siap membuat komitmen di level yang lebih tinggi dalam upaya penyelamatan harimau dunia," ujar kata Nazir Foead, Direktur Kebijakan WWF-Indonesia dalam siaran persnya. Dukungan di tingkat kepala Negara, menurutnya, sangat dibutuhkan karena upaya penyelamatan harimau dunia membutuhkan komitmen politis yang besar.
Dalam Pre Tiger Summit Partners Dialogue Meeting yang diadakan di Nusa Dua Bali 12-14 Juli tersebut, 13 delegasi yang hadir yaitu dari Bangladesh, Bhutan, China, India, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Rusia, Thailand, dan Vietnam, memaparkan rencana upaya pemulihan populasi harimau di negaranya masing-masing. Rencana di tingkat negara tersebut menjadi dasar bagi Rencana Global Pemulihan Harimau Dunia, sebuah rencana melipatgandakan populasi harimau dunia di alam pada tahun 2022 yang keputusan finalnya akan disepakati di Rusia.
Selain delegasi dari 13 (tiga belas) negara yang memiliki harimau alam, acara tersebut juga dihadiri pula oleh para pakar, Global Tiger Initiative/World Bank, LSM nasional/internasional, media masa dan lembaga donor Dalam presentasi yang dipaparkan dalam pertemuan tersebut, secara keseluruhan, rencana 13 negara itu diperkirakan akan membutuhkan dana sekitar 356 juta dollar AS untuk implementasinya.
Pertemuan di Bali merupakan tindak lanjut proses pertemuan antarnegara yang pernah diadakan sebelumnya di Kathmandu, Nepal dan Hua-Hin, Thailand. Pertemuan yang diadakan di Kathmandu, Nepal pada Oktober 2009 menghasilkan rekomendasi 15 aksi global untuk menghentikan laju kepunahan dan memulihkan populasi harimau di dunia beserta komitmen sejumlah negara; sedangkan pertemuan tingkat menteri di Hua-Hin, Thailand "Asian Ministerial Conference on Tiger Conservation" telah menghasilkan Deklarasi untuk mendukung konservasi harimau dunia dan meningkatkan populasi harimau dunia menjadi dua kali lipat pada tahun 2022, yaitu Tahun Harimau berikutnya.
Saat ini harimau berada pada kondisi kritis. Spesies harimau diseluruh dunia saat ini hanya tersisa sekitar 3200 individu yang meliputi enam sub-spesies yaitu harimau Sumatera, Bengal, Amur, Indochina, Cina Selatan, dan Malaya. Ancaman utama kepunahannya mencakup hilang dan terfragmentasinya habitat yang tidak terkendali, berkurangnya jumlah mangsa alami, perburuan dan perdagangan ilegal, serta konflik dengan masyarakat yang tinggal di sekitar habitat harimau.
Sub-spesies yang ada di Indonesia, harimau sumatera, dengan populasi sekitar 400 individu, mewakili 12 persen dari total populasi harimau di dunia - kondisi ini telah menempatkan Indonesia sebagai negara kunci dalam pelestarian harimau di dunia.
Foto Harimau Sumatra : Wawan H Prabowo/Kompas
Sumber : Antara / Kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar