Juli 20, 2010
20 Tahun Lagi Gletser Papua Hilang
Prof Lonnie G Thompson, pimpinan kelompok peneliti inti es Papua, memperkirakan dalam waktu 20 hingga 30 tahun ke depan gletser di Gunung Cartensz, dekat Puncak Jaya, Papua, akan hilang sebagai akibat dari pemanasan global.
"Hampir pasti di sini dan di tempat-tempat tropis yang lain, kira-kira dalam 30 tahun mendatang gletser akan hilang akibat perubahan iklim," kata Lonnie Thompson yang juga guru besar pada Ohio State University di Timika, Sabtu (26/6).
Thompson memimpin proyek penelitian pengeboran inti es Papua 2010 yang dilakukan atas kerja sama Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dengan Byrd Polar Research Center (BPRC) The Ohio State University, beranggotakan sejumlah peneliti dari Amerika Serikat, Rusia, Prancis dan Indonesia.
Kelompok peneliti pimpinan Lonnie Thompson selama 13 hari tinggal di tiga titik gletser yang masih ada di Papua yaitu gletser Cartensz, E Nortwall Firs dan W.Northwall Firs yang hampir habis atau hilang.
Menurut pengakuan Lonnie Thompson, selama 13 hari berada di kawasan gletser Papua, gletser setempat mengalami penurunan sekitar 30 centimeter. Ia memperkirakan, setiap tahun gletser Papua hilang beberapa meter.
Lonnie Thompson mengatakan, proses pencairan es pada gletser Papua sangat cepat akibat dari faktor iklim, di mana setiap hari di kawasan itu selalu turun hujan.
"Benar kalau gletser di sini kemungkinan akan cepat habis karena setiap hari turun hujan. Hujan merupakan salah satu faktor cuaca yang paling cepat menghabiskan gletser," katanya.
Selama berada di kawasan gletser Papua, Lonnie dan rekan-rekannya mengambil sampel 88 meter Ice Core dengan mengebor enam inti es sampai dasar es, lalu dipotong-potong menjadi satu meter dan dimasukan ke dalam freezer untuk diteliti lebih lanjut di Ohio State University Amerika Serikat.
Hasil penelitian ini diperkirakan akan selesai akhir tahun 2010 dan akan dipublikasikan sekitar bulan Juni 2011.
"Misi pengambilan sampel es ini untuk mendapatkan informasi iklim yang masih ada di gletser Papua sebelum informasi iklim itu akan hilang semua," jelas Lonnie Thompson.
Ia mengatakan, suhu rata-rata di kawasan gletser Papua pada siang maupun malam hari berkisar pada 5 derajat celcius hingga minus 5 derajat celcius di bawah 0.
Menurut Lonnie, gletser yang ada di pegunungan Papua merupakan yang paling rendah dibanding dengan gletser di tempat-tempat lain di berbagai belahan dunia.
"Kami sudah mengambil semua sampel es dari berbagai gunung di dunia, di mana yang tertinggi di pegunungan Himalaya (perbatasan Tibet dan China) dengan ketinggian sekitar 7.200 meter di atas permukaan laut. Sedangkan yang ada di Papua berada pada ketinggian di bawah 5.000 meter di atas permukaan laut," jelasnya.
Peneliti Dukung Pariwisata ke Puncak Catrensz
Pemimpin kelompok peneliti pengeboran inti es Papua Profesor Lonnie G Thompson mendukung program pariwisata ke Puncak Cartensz Papua yang sedang digarap Dinas Pariwisata setempat.
"Kalau lebih banyak orang yang datang untuk mengetahui ada gletser di Papua tentu lebih bagus karena saat ini banyak orang tidak mengetahuinya," kata Lonnie Thompson di Timika, Selasa (29/6).
Ia mengatakan, kondisi gletser Papua yang terus berkurang secara ekstrim dewasa ini akan memberikan pesan yang kuat bagi siapa pun yang mengunjungi kawasan itu akan kondisi bumi yang kian panas.
Meski demikian, Lonnie berharap agar kegiatan kepariwisataan ke Puncak Cartensz harus terkontrol secara baik untuk menjaga kondisi gletser dan gunung-gunung setempat tetap bersih.
"Itu yang sangat penting, aktivitas pariwisata harus tetap terkontrol," katanya.
Dinas Pariwisata Papua saat ini berencana membangun sejumlah cotage di sekitar Puncak Cartensz atau dalam bahasa Amungme disebut Nemangkawi untuk mendongkrak arus kunjungan wisatawan terutama para pendaki.
Selama ini para wisatawan memilih jalur dari Ilaga, Kabupaten Puncak untuk mendaki ke Puncak Cartensz dan harus menyiapkan tenda sendiri saat tiba di salah satu dari puncak tertinggi di dunia itu.
Sebelumnya, Lonnie memperkirakan umur gletser yang ada di Puncak Cartensz Papua hanya akan bertahan 20 hingga 30 tahun lagi akibat pemanasan global.
Lonnie mengatakan, proses pencairan gletser hingga pada akhirnya hilang semua merupakan suatu fakta yang tidak bisa dibendung dengan teknologi apa pun yang dimiliki manusia sepanjang kondisi panas bumi terus mengalami kenaikan.
"Gletser di sini dan di tempat-tempat tropis lainnya yang panas semua akan hilang akibat perubahan iklim," jelas Lonnie.
Ia mengatakan, hasil penelitian timnya akan selesai akhir tahun ini dan akan dipublikasikan sekitar Juni 2011.
Penelitian inti es Papua tersebut merupakan kerja sama Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia dengan Byrd Polar Research Center (BPRC) The Ohio State University dan Lamont Doherty Earth Observatory (LDEO) Columbia University, Amerika Serikat .
Penelitian ini melibatkan sejumlah pakar dari Amerika Serikat, Australia, Perancis, Italia, dan Indonesia.
Sumber : Media Indonesia
Foto : Reuters
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar