Sadagori --> search
Ternyata pencarian di Google tentang tanaman sadagori ini cukup sulit. Tidak banyak data yang dapat dijadikan acuan. Jika kita coba dengan mengetik kata Sadagori di search engine Google, maka yang tampil adalah Perhimpunan kita yang tercinta, PPA Sadagori. Selain itu terdapat juga beberapa artikel mengenai tumbuhan Sadagori, yang diyakini dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti batuk darah,demam,disentri,malaria,batu ginjal,cacing keremi,radang amandel,rematik,sakit perut,asam urat.
Tapi ada satu postingan yang cukup menarik tentang Sadagori ini, yaitu dari yonsatu mahawarman,
begini postingan nya :
Ketemu perkataan "Sadagori", saya jadi ingat tahun 1966-1967, Mahawarman
banyak terlibat dalam operasi territorial Kodam VI/Siliwangi untuk "to win
the heart and mind of the people" rakyat Jawa Barat, agar mendukung
pemerintahan baru ketika itu (Orba), dan melepaskan kesetiaan pada
pemerintah lama (Orla).
Pimpinan ops-terr itu Kasdam, yang kemudian menjadi Pangdam, Jend. H. R.
Dharsono, yang kira-kira tiga tahun kemudian malahan menjadi korban pertama
rezim Orba, di-"lempar" menjadi duta di Thailand, karena berselisih pendapat
dengan Soeharto tentang ke mana kekuasaan itu harus berorientasi, pada
kepentingan rakyat atau pada kepentingan penguasa.
Oom Ton, begitu kita biasanya memanggil Jend. H. R. Dharsono, menamai
ops-terr Siliwangi itu dengan code name: "Operasi Sadagori".
Karena ia ingin mengacu pada suatu tembang rakyat Cirebon di mana dalam
lirik-nya digambarkan bagaimana rumput sadagori itu merupakan pencerminan
rakyat kecil di tataran akar rumput ("grass-root").
Begitu intens keterlibatan kita ketika itu, sampai banyak aktivis Mahawarman
yang jadi hafal kata-kata tembang Sadagori itu dalam bahasa Cirebon.
Barangkali di milis ini ada yang masih hafal atau punya catatannya (Mas
Hariyadi Suwandar mungkin? Atau teman-teman lain yang dulu di Brigcad?).
Saya sendiri yang dulu juga hafal, sekarang sudah lupa, tetapi satu baitnya
yang terpenting saya masih ingat:
"Yen ana angin bolang-baling,
Aja gagandulan maring kiara,
gagandulan maring sadagori"
(Kalau ada prahara angin ribut, janganlah berlindung pada pohon beringin, tetapi berpeganglah pada akar rumput)
Maksudnya dalam keadaan krisis, jangan kita berlindung pada kekuasaan (pohon
beringin) yang karena karakteritik-nya mudah roboh oleh terpaan angin,
tetapi berlindunglah pada massa rakyat (rumput sadagori), yang karena rendah
tetapi menyebar luas, tidak akan terpengaruh terpaan angin.
Dan untuk itu tentara harus senantiasa memelihara kemanunggalannya dengan
rakyat.
Ini tentu sejalan dengan doktrin perang rakyat semesta.
ini alamat postingan itu :http://www.mail-archive.com/yonsatu@mahawarman.net/msg04557.html
Entah benar atau tidak cerita itu. Tapi yang menarik bahwa nama Sadagori itu sendiri mempunyai banyak sejarah dan latar belakang di luar lingkungan Perhimpunan kita. Yang artinya ada sejarah lain dari nama Sadagori ini...
Apakah Sadagori itu? (Willam Muhammad)
Selama kita masih bisa melihat gunung, berarti kita masih berada di rumah.
-Pepatah Indian
I
Para anggota Sadagori memang bukan orang-orang Indian yang hidupnya di pegunungan. Tapi di pegunungan itu, di dalam seluk beluk hutan, di pinggir tebing, dihela nafas antara beratnya ransel dan tanjakan, di situlah mereka belajar mengenai arti kehidupan.
Sadagori bisa berarti nama tumbuhan, nama jalan, nama orang atau nama organisasi bagi sebagian orang. Tapi bagi para anggota itu sendiri nama itu adalah sebuah semangat, sebuah esprit de corps.
Setiap tahunnya segerombolan calon anggota Sadagori berlari menuju upacara pelantikan, berteriak sekuatnya, menghabiskan sisa tenaga yang ada, berseru Saa-daa-goo-rii!
Dan anggota Sadagori mana yang tidak merinding mendengar teriakan itu, nama itu?
II
Seperti orang-orang Indian, para anggota Sadagori juga memiliki ciri. Wajah demi wajah dari masa ke masa, gaya berubah-ubah, tapi selama itu tetap saja ada syal kuning yang melingkar di leher mereka.
Bagi mereka itu adalah kebanggan, sebuah bukti perjuangan, pencapaian yang hanya orang-orang terpilih saja yang bisa mendapatkannya.
Tidak semua mengerti mengapa kita ingin menjadi anggota Sadagori. Sebuah pertanyaan yang kiranya kita tujukan juga pada diri sendiri di langkah-langkah awal pendidikan. Mengapa kita melakukan ini? Untuk apa?
Pendidikan yang maha berat. Yang tidak semua sanggup, mau dan mampu menyelesaikannya. Dan meskipun akhirnya pendidikan itu terlewati, belum tentu juga pertanyaan-pertanyaan tadi bertemu jawaban.
Yang pasti anak SMA lain pergi mengisi liburan lalu lupa dengan ceritanya sebulan atau setahun kemudian, tapi liburan yang kita jalani selamanya tidak akan terlupakan.
Yang pasti setelah pulang dari sana kita bukan anak muda yang sama lagi. Di bawah guyuran hujan, di teriknya siang, dan perjalanan yang begitu panjang, entah bagaimana, kita menjadi lebih dekat dengan diri kita, lebih mengenal alam raya, Sang Pencipta.
Terlebih, kita menjadi sebuah anggota keluarga. Mereka yang memiliki sikap renungan dan membuat lingkaran di setiap akhir kegiatan.
III
Kini dengan keanggotaan yang mencapai 200an lebih, sekretariat Sadagori memang terlalu kecil untuk menjadi sebuah rumah. Dan dengan usianya yang hampir 30 tahun, dinding-dindingnya terlalu sempit untuk mengisahkan segala cerita.
Apa yang tetap menjadikannya terasa seperti rumah adalah ikatan antar anggotanya. Tua-muda, jauh-dekat, apapun latar belakangnya, semua bertegur sapa disana. Sekretariat seolah api unggun, tempat kita berkumpul dan berbagi apa saja, apa adanya.
Memang, sesunguhnya Sadagori tidak pernah berharap atau menuntut apa-apa dari para anggotanya. Menjadi yang terbaik bagi diri sendiri dan lingkungan. Itu saja.
Itu sudah cukup.
Itu sudah segalanya.
Dan jika selama orang-orang Indian itu melihat gunung maka mereka masih merasa berada di rumah, bagi para Sadagorian, kemanapun mereka melihat, dimanapun mereka berada sekarang, apapun yang mereka kerjakan, di dalam lubuk hati mereka, selama itu juga, mereka merasa Sadagori tetap ada, tetap jaya.
Jaya terus Sadagori!
Ternyata pencarian di Google tentang tanaman sadagori ini cukup sulit. Tidak banyak data yang dapat dijadikan acuan. Jika kita coba dengan mengetik kata Sadagori di search engine Google, maka yang tampil adalah Perhimpunan kita yang tercinta, PPA Sadagori. Selain itu terdapat juga beberapa artikel mengenai tumbuhan Sadagori, yang diyakini dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti batuk darah,demam,disentri,malaria,batu ginjal,cacing keremi,radang amandel,rematik,sakit perut,asam urat.
Tapi ada satu postingan yang cukup menarik tentang Sadagori ini, yaitu dari yonsatu mahawarman,
begini postingan nya :
Ketemu perkataan "Sadagori", saya jadi ingat tahun 1966-1967, Mahawarman
banyak terlibat dalam operasi territorial Kodam VI/Siliwangi untuk "to win
the heart and mind of the people" rakyat Jawa Barat, agar mendukung
pemerintahan baru ketika itu (Orba), dan melepaskan kesetiaan pada
pemerintah lama (Orla).
Pimpinan ops-terr itu Kasdam, yang kemudian menjadi Pangdam, Jend. H. R.
Dharsono, yang kira-kira tiga tahun kemudian malahan menjadi korban pertama
rezim Orba, di-"lempar" menjadi duta di Thailand, karena berselisih pendapat
dengan Soeharto tentang ke mana kekuasaan itu harus berorientasi, pada
kepentingan rakyat atau pada kepentingan penguasa.
Oom Ton, begitu kita biasanya memanggil Jend. H. R. Dharsono, menamai
ops-terr Siliwangi itu dengan code name: "Operasi Sadagori".
Karena ia ingin mengacu pada suatu tembang rakyat Cirebon di mana dalam
lirik-nya digambarkan bagaimana rumput sadagori itu merupakan pencerminan
rakyat kecil di tataran akar rumput ("grass-root").
Begitu intens keterlibatan kita ketika itu, sampai banyak aktivis Mahawarman
yang jadi hafal kata-kata tembang Sadagori itu dalam bahasa Cirebon.
Barangkali di milis ini ada yang masih hafal atau punya catatannya (Mas
Hariyadi Suwandar mungkin? Atau teman-teman lain yang dulu di Brigcad?).
Saya sendiri yang dulu juga hafal, sekarang sudah lupa, tetapi satu baitnya
yang terpenting saya masih ingat:
"Yen ana angin bolang-baling,
Aja gagandulan maring kiara,
gagandulan maring sadagori"
(Kalau ada prahara angin ribut, janganlah berlindung pada pohon beringin, tetapi berpeganglah pada akar rumput)
Maksudnya dalam keadaan krisis, jangan kita berlindung pada kekuasaan (pohon
beringin) yang karena karakteritik-nya mudah roboh oleh terpaan angin,
tetapi berlindunglah pada massa rakyat (rumput sadagori), yang karena rendah
tetapi menyebar luas, tidak akan terpengaruh terpaan angin.
Dan untuk itu tentara harus senantiasa memelihara kemanunggalannya dengan
rakyat.
Ini tentu sejalan dengan doktrin perang rakyat semesta.
ini alamat postingan itu :http://www.mail-archive.com/yonsatu@mahawarman.net/msg04557.html
Entah benar atau tidak cerita itu. Tapi yang menarik bahwa nama Sadagori itu sendiri mempunyai banyak sejarah dan latar belakang di luar lingkungan Perhimpunan kita. Yang artinya ada sejarah lain dari nama Sadagori ini...
Apakah Sadagori itu? (Willam Muhammad)
Selama kita masih bisa melihat gunung, berarti kita masih berada di rumah.
-Pepatah Indian
I
Para anggota Sadagori memang bukan orang-orang Indian yang hidupnya di pegunungan. Tapi di pegunungan itu, di dalam seluk beluk hutan, di pinggir tebing, dihela nafas antara beratnya ransel dan tanjakan, di situlah mereka belajar mengenai arti kehidupan.
Sadagori bisa berarti nama tumbuhan, nama jalan, nama orang atau nama organisasi bagi sebagian orang. Tapi bagi para anggota itu sendiri nama itu adalah sebuah semangat, sebuah esprit de corps.
Setiap tahunnya segerombolan calon anggota Sadagori berlari menuju upacara pelantikan, berteriak sekuatnya, menghabiskan sisa tenaga yang ada, berseru Saa-daa-goo-rii!
Dan anggota Sadagori mana yang tidak merinding mendengar teriakan itu, nama itu?
II
Seperti orang-orang Indian, para anggota Sadagori juga memiliki ciri. Wajah demi wajah dari masa ke masa, gaya berubah-ubah, tapi selama itu tetap saja ada syal kuning yang melingkar di leher mereka.
Bagi mereka itu adalah kebanggan, sebuah bukti perjuangan, pencapaian yang hanya orang-orang terpilih saja yang bisa mendapatkannya.
Tidak semua mengerti mengapa kita ingin menjadi anggota Sadagori. Sebuah pertanyaan yang kiranya kita tujukan juga pada diri sendiri di langkah-langkah awal pendidikan. Mengapa kita melakukan ini? Untuk apa?
Pendidikan yang maha berat. Yang tidak semua sanggup, mau dan mampu menyelesaikannya. Dan meskipun akhirnya pendidikan itu terlewati, belum tentu juga pertanyaan-pertanyaan tadi bertemu jawaban.
Yang pasti anak SMA lain pergi mengisi liburan lalu lupa dengan ceritanya sebulan atau setahun kemudian, tapi liburan yang kita jalani selamanya tidak akan terlupakan.
Yang pasti setelah pulang dari sana kita bukan anak muda yang sama lagi. Di bawah guyuran hujan, di teriknya siang, dan perjalanan yang begitu panjang, entah bagaimana, kita menjadi lebih dekat dengan diri kita, lebih mengenal alam raya, Sang Pencipta.
Terlebih, kita menjadi sebuah anggota keluarga. Mereka yang memiliki sikap renungan dan membuat lingkaran di setiap akhir kegiatan.
III
Kini dengan keanggotaan yang mencapai 200an lebih, sekretariat Sadagori memang terlalu kecil untuk menjadi sebuah rumah. Dan dengan usianya yang hampir 30 tahun, dinding-dindingnya terlalu sempit untuk mengisahkan segala cerita.
Apa yang tetap menjadikannya terasa seperti rumah adalah ikatan antar anggotanya. Tua-muda, jauh-dekat, apapun latar belakangnya, semua bertegur sapa disana. Sekretariat seolah api unggun, tempat kita berkumpul dan berbagi apa saja, apa adanya.
Memang, sesunguhnya Sadagori tidak pernah berharap atau menuntut apa-apa dari para anggotanya. Menjadi yang terbaik bagi diri sendiri dan lingkungan. Itu saja.
Itu sudah cukup.
Itu sudah segalanya.
Dan jika selama orang-orang Indian itu melihat gunung maka mereka masih merasa berada di rumah, bagi para Sadagorian, kemanapun mereka melihat, dimanapun mereka berada sekarang, apapun yang mereka kerjakan, di dalam lubuk hati mereka, selama itu juga, mereka merasa Sadagori tetap ada, tetap jaya.
Jaya terus Sadagori!