Maret 07, 2010

Gunung Merbabu

Tidak ada komentar:
 

Menurut Hatib Abdul Kadir, dalam bukunya "Mari Mendaki Gunung" gunung Merbabu berasal dari kata "Meru" yang berarti Gunung dan "Babu" yang berarti perempuan. Gunung ini secara geografis terletak pada 110º 26´ 22“ BT dan 7º 27´ 13“ LS dengan ketinggian mencapai ± 3.142 mdpl dan luas kawasan ± 5.725 Ha.

Wilayah Taman Nasional Gunung Merbabu mencakup 3 (tiga) wilayah Kabupaten, yaitu Kabupaten Boyolali (sisi Selatan dan Timur), Kabupaten Semarang (sisi Utara) dan Kabupaten Magelang (sisi Barat). Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu seluas ± 5.725 hektar memiliki bagian utama berupa Gunung Merbabu dengan ketinggian ± 3.142 mdpl. dan puncaknya yang terkenal yaitu Puncak Kenteng Songo (± 3.142 mdpl) dan Puncak Syarif (± 3.119 mdpl). Gunung Merbabu memiliki banyak kawah, diantaranya yang dikenal adalah Kawah Condrodimuko, Kawah Kombang, Kawah Kendang, Kawah Rebab, dan Kawah Sambernyowo. Puncak Gunung Merbabu dapat ditempuh dari Kopeng (Salatiga) melalui Dusun Thekelan dengan jarak ± 6,25 km, dari Selo (Boyolali) melalui Dusun Genting dengan jarak ± 4 km, atau dari Pakis (Magelang) melalui Dusun Ketundan.

Bentuk dan struktur Gunung Merbabu sangatlah besar. Bagian puncaknya dapat dibagi menjadi tiga satuan yang merupakan sektor graben gunung api, yakni :
1.Graben Sari dengan arah timur tenggara – barat baratlaut.
2.Graben Guyangan dengan arah selatan baratdaya – utara timur
3.Graben Sipendok dengan arah barat laut – timur tenggara.

Beberapa peneliti terdahulu diantaranya adalah Junghun pada tahun 1850 dan Verbeek & Fennema pada tahun 1896. Menurut Verbeek & Fennema tahun 1896, telah menemukan hasil erupsi berupa lava basaliteris yang mengalir dalam sungai-sungai kecil diantara Boyolali dan Selo. Van Bemmelen, R.W. 1941, telah memetakan daerah Gunung Merbabu serta membagi beberapa satuan batuan hingga menjadi 9 diantaranya:
1.Kerucut Merbabu (terutama lava basaliteris andesitis dan breksi).
2.Dataran tinggi Kopeng yang diselimuti oleh lapisan abu.
3.Kaki kerucut Merbabu (terutama breksi lahar dan lava)
4.Aliran lava muda kerucut Merbabu (erupsi samping)
5.Kaki utara Merapi diselimuti oleh abu Gunung Merapi
6.Kawah (erupsi samping)
7.Erupsi pusat berupa aliran lava muda
8.Mofet dan solfatara di Gunung Merbabu.
9.Sisa struktur volkano – tektonik (sektor graben)

Berbagai tumbuhan yang terdapat di kawasan Gunung Merbabu, antara lain pinus (Pinus merkusii), puspa (Schima noronhae), akasia (Acacia decurens), waru (Hibiscus sp.), kayu manis (Cynamomum burmanii), cengkeh (Syzigium aaromaticum), alpokat (Parsea americanai), sengon (Albizia falcataria), cemara gunung (Casuarina montana), dan bambu apus (Gigantochloa apus).
Kawasan Gunung Merbabu mempunyai 3 type ekosistem yaitu :
1.Ekosistem hutan hujan tropis musim pegunungan bawah (1.000 – 1.5000 m dpl), yang sebagian besar terdiri dari vegetasi sejenis yang merupakan hutan sekunder dengan jenis tanaman pinus (Pinus merkusii) dan puspa (Schima noronhae).
2.Ekosistem hutan hujan tropis musim pegunungan tinggi (1.500 - 2.400 m dpl), yang ditumbuhi jenis-jenis vegetasi antara lain akasia (Acacia decurens), puspa (Schima noronhae), sengon gunung (Albizia falcataria), sowo, tanganan dan pasang.
3.Ekosistem hutan tropis musim sub-alpin (2.400 – 3.142 m dpl) terletak pada pada Puncak Gunung Merbabu yang ditumbuhi rumput dan tanaman edelweis.



Dari pendataan Taman Nasional Gunung Merbabu ada beberapa margasatwa yang kerap ditemukan diantaranya adalah : Elang Jawa, Elang Hitam, Alap-alap Sapi, Elang Ular Bido, Ayam Hutan, Tekukur, Gelatik batu, kijang, landak, musang, luwak, monyet ekor panjang, macan tutul, dan lain-lain.

Secara umum pencapaian Puncak Gunung Merbabu terdapat dalam 4 rute yaitu jalur Selo, jalur Desa Cuntel, jalur Thekelan dan jalur Wekas.

Utara

Jalur Kopeng - Desa Cuntel

Untuk menuju ke Desa Cuntel dapat ditempuh dari Kota Salatiga menggunakan mini bus jurusan Salatiga Magelang turun di areal wisata Kopeng, tepatnya di Bumi Perkemahan Umbul Songo. Perjalanan dimulai dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak berbatu sejauh 2,5 km, di sebelah kiri adalah Bumi Perkemahan Umbul Songo. Setelah melewati Umbul Songo berbelok ke arah kiri, di sebelah kiri adalah hutan pinus setelah berjalan kira-kira 500 meter di sebelah kiri ada jalan setapak ke arah hutan pinus, jalur ini menuju ke Desa Thekelan. Untuk menuju ke Desa Cuntel berjalan terus mengikuti jalan berbatu hingga ujung. Banyak tanda penunjuk arah baik di sekitar desa maupun di jalur pendakian. Di Basecamp Desa Cuntel yang berada di tengah perkampungan ini, pendaki dapat beristirahat dan mengisi persediaan air.

Setelah meninggalkan perkampungan, perjalanan dilanjutkan dengan melintasi perkebunan penduduk. Jalur sudah mulai menanjak mendaki perbukitan yang banyak ditumbuhi pohon pinus. Setelah berjalan sekitar 30 menit dengan menyusuri bukit yang berliku-liku pendaki akan sampai di Pos Bayangan I. Dengan melintasi jalur yang masih serupa yakni menyusuri jalan berdebu yang diselingi dengan pohon-pohon pinus, sekitar 30 menit akan sampai di Pos Bayangan II. Di pos ini juga terdapat bangunan beratap untuk beristirahat.

Dari Pos I hingga Pos Pemancar jalur mulai terbuka, di kiri kanan jalur banyak ditumbuhi alang-alang. Sementara itu beberapa pohon pinus masih tumbuh dalam jarak yang berjauhan. Pos Pemancar atau sering juga di sebut Gunung Watu Tulis berada di ketinggian 2.896 mdpl. Di puncaknya terdapat stasiun pemancar relay. Di Pos ini banyak terdapat batu-batu besar sehingga dapat digunakan untuk berlindung dari angin kencang., Tampak di kejauhan Gunung Sumbing dan Gunung Sundoro, tampak Gunung Ungaran di belakang Gunung Telomoyo.

Jalur selanjutnya berupa turunan menuju Pos Helipad. Di sebelah kanan terbentang Gunung Kukusan yang di puncaknya berwarna putih seperti muntahan belerang yang telah mengering. Di depan mata terbentang kawah yang berwarna keputihan. Di sebelah kanan di dekat kawah terdapat sebuah mata air, pendaki harus dapat membedakan antara air minum dan air belerang.

Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat terjal serta jurang di sisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan Setan. Setelah itu akan sampai di persimpangan, ke kiri menuju Puncak Syarif (Gunung Prengodalem) dan ke kanan menuju Puncak Kenteng Songo (Gunung Kenteng Songo) yang memanjang.

Jalur Kopeng - Thekelan

Dari Jakarta bisa naik kereta api atau bus ke Semarang, Yogyakarta, atau Solo. Dilanjutkan dengan bus jurusan Solo-Semarang turun di Kota Salatiga, dilanjutkan dengan bus kecil ke Kopeng. Dari Yogyakarta naik bus ke Magelang, dilanjutkan dengan bus kecil ke Kopeng. Dari kopeng terdapat banyak jalur menuju ke puncak, namun lebih baik melewati Desa Thekelan karena terdapat Pos yang dapat memberikan informasi maupun berbagai bantuan yang diperlukan. Pos Thekelan dapat ditempuh melalui bumi perkemahan Umbul Songo. Di bumi perkemahan Umbul Songo Anda dapat beristirahat menunggu malam tiba, karena pendakian akan lebih baik dilakukan malam hari tiba dipuncak menjelang matahari terbit. Andapun dapat beristirahat di Pos Thekelan yang menyediakan tempat untuk tidur, terutama bila tidak membawa tenda. Dapat juga berkemah di Pos Pending karena di tiga tempat ini kita bisa memperoleh air bersih.

Perjalanan dari Pos Thekelan yang berada ditengah perkampungan penduduk, dimulai dengan melewati kebun penduduk dan hutan pinus. Dari sini kita dapat menyaksikan pemandangan yang sangat indah ke arah Gunung Telomoyo dan Rawa Pening. Di Pos Pending kita dapat menemukan mata air, juga kita akan menemukan sungai kecil (Kali Sowo). Sebelum mencapai Pos I kita akan melewati Pereng Putih kita harus berhati-hati karena sangat terjal. Kemudian kita melewati sungai kering.

Dari Pos I kita akan melewati hutan campuran menuju Pos II, menuju Pos III jalur mulai terbuka dan jalan mulai menanjak curam. Kita mendaki Gunung Pertapan, hempasan angin yang kencang sangat terasa, apalagi berada di tempat terbuka. Kita dapat berlindung di Watu Gubug, sebuah batu berlobang yang dapat dimasuki 5 orang. Bila ada badai sebaiknya tidak melanjutkan perjalanan karena sangat berbahaya.

Mendekati Pos IV kita mendaki Gunung Watu tulis jalur agak curam dan banyak pasir maupun kerikil kecil sehingga licin, angin kencang membawa debu dan pasir sehingga harus siap menutup mata bila ada angin kencang. Pos IV yang berada di puncak Gunung Watu Tulis dengan ketinggian mencapai 2.896 mdpl ini, disebut juga Pos Pemancar karena di puncaknya terdapat sebuah Pemancar Radio.

Menuju Pos V jalur menurun, pos ini dikelilingi bukit dan tebing yang indah. Kita dapat turun menuju Kawah Condrodimuko. Dan disini terdapat mata air, bedakan antara air minum dan air belerang.

Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat terjal serta jurang di sisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan Setan. Kemudian kita akan sampai di persimpangan, ke kiri menuju Puncak Syarif (Gunung Pregodalem) dan ke kanan menuju Puncak Kenteng Songo ( Gunung Kenteng Songo) yang memanjang.

Dari Puncak Kenteng Songo kita dapat memandang Gunung Merapi. Ke arah barat tampak Gunung Sumbing dan Sundoro. Lebih dekat lagi tampak Gunung Telomoyo dan Gunung Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur tampak Gunung Lawu dengan puncaknya yang memanjang.

Menuju Puncak Kenteng Songo ini jalurnya sangat berbahaya, selain sempit hanya berkisar 1 meter lebarnya dengan sisi kiri kanan jurang bebatuan tanpa pohon. Di puncak ini terdapat batu kenteng atau lumpang atau berlubang menuruni Gunung Merbabu .

Barat

Jalur Wekas

Untuk menuju ke Desa Wekas kita harus naik mobil Jurusan Kopeng – Magelang turun di Kaponan, yakni sekitar 9 Km dari Kopeng, tepatnya di depan gapura Desa Wekas. Dari Kaponan pendaki berjalan kaki melewati jalanan berbatu sejauh sekitar 3 Km menuju pos pendakian. Jalur ini sangat populer dikalangan para remaja dan pecinta alam Kota Magelang, karena lebih dekat dan banyak terdapat sumber air. Wekas merupakan desa terakhir menuju puncak yang memakan waktu kira-kira 6-7 jam. Jalur wekas merupakan jalur pendek sehingga jarang terdapat lintasan yang datar membentang. Lintasan pos I cukup lebar dengan bebatuan yang mendasarinya. Sepanjang perjalanan akan menemui ladang penduduk khas dataran tinggi yang ditanami bawang, kubis, wortel, dan tembakau, juga dapat ditemui ternak kelinci yang kotorannya digunakan sebagai pupuk. Rute menuju pos I cukup menanjak dengan waktu tempuh 2 jam.

Pos I merupakan sebuah dataran dengan sebuah balai sebagai tempat peristirahatan. Di sekitar area ini masih banyak terdapat warung dan rumah penduduk. Selepas pos I, perjalanan masih melewati ladang penduduk, kemudian masuk hutan pinus. Waktu tempuh menuju pos II adalah 2 jam, dengan jalur yang terus menanjak curam.

Pos II merupakan sebuah tempat yang terbuka dan datar, yang biasa didirikan hingga beberapa puluhan tenda. Pada area ini terdapat sumber air yang di salurkan melalui pipa-pipa besar yang ditampung pada sebuah bak.

Dari Pos II terdapat jalur buntu yang menuju ke sebuah sungai yang dijadikan sumber air bagi masyarakat sekitar Wekas hingga desa-desa di sekitarnya. Jalur ini mengikuti aliran pipa air menyusuri tepian jurang yang mengarah ke aliran sungai dibawah kawah. Terdapat dua buah aliran sungai yang sangat curam yang membentuk air terjun yang bertingkat-tingkat, sehingga menjadi suatu pemandangan yang sangat luar biasa dengan latar belakang kumpulan puncak - Puncak Gunung Merbabu.

Selepas Pos II jalur mulai terbuka hingga bertemu dengan persimpangan jalur Kopeng yang berada di atas Pos V (Watu Tulis), jalur Kopeng. Dari persimpangan ini menuju pos Helipad hanya memerlukan waktu tempuh 15 menit.

Suasana dan pemandangan di sekitar Pos Helipad ini sungguh sangat luar biasa. Di sebelah kanan terbentang Gunung Kukusan yang di puncaknya berwarna putih seperti muntahan belerang yang telah mengering. Di depan mata terbentang kawah yang berwarna keputihan. Di sebelah kanan di dekat kawah terdapat sebuah mata air, pendaki harus dapat membedakan antara air minum dan air belerang.

Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat terjal serta jurang di sisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan Setan. Kemudian kita akan sampai di persimpangan, ke kiri menuju Puncak Syarif (Gunung Prengodalem) dan ke kanan menuju Puncak Kenteng Songo (Gunung Kenteng Songo) yang memanjang.

Dari Puncak Kenteng Songo kita dapat memandang Gunung Merapi. Ke arah barat tampak Gunung Sumbing dan Sundoro.



Selatan

Jalur Selo

Untuk mendaki ataupun turun Gunung Merbabu lewat jalur Selo sebaiknya membawa pemandu atau harus ada pendaki yang pernah melewati jalur ini. Hal ini disebabkan karena banyaknya percabangan yang bisa menyesatkan pendaki. Meskipun nantinya akan sampai di juga perkampungan, namun sulit sekali mencari kendaraan umum dan tidak ada sumber air. Selain itu jalur yang salah akan melintasi sisi jurang terjal yang sangat berbahaya.

Untuk menuju ke Selo bisa ditempuh dari Magelang atau dari Boyolali. Namun lebih mudah memperoleh kendaraan umum dari Boyolali. Untuk menuju ke Kota Boyolali dari Semarang naik bus ke Solo atau sebaliknya dari Solo naik bus jurusan Semarang turun di Kota Boyolali. Apabila dari Kota Yogyakarta harus naik bus jurusan Solo turun di Kartasura, kemudian ganti bus jurusan Solo Semarang turun di Kota Boyolali.

Untuk menuju ke Selo dari Kota Boyolali menggunakan bus kecil jurusan Selo. Bus yang langsung ke Selo agak jarang biasanya hanya sampai Pasar Cepogo, dan dari Pasar Cepogo ganti lagi bus kecil yang menuju Selo. Dari Kota Boyolali bus kecil yang menuju Selo ini tidak parkir di terminal Boyolali. Pendaki harus berjalan kaki ke Pasar Sapi di mana bus kecil jurusan Cepogo/Selo berhenti mencari penumpang. Di pasar ini terdapat patung sapi yang melambangkan industri peternakan sapi yang menjadi andalan pendapatan masyarakat Boyolali.

Setelah mendaftar di Kantor Polisi Selo, untuk menuju ke basecamp Gunung Merbabu, dari Selo tepatnya dari kantor Polisi, pendaki harus berjalan kaki menyusuri jalan aspal sekitar 1 jam. Melintasi perkampungan penduduk dan ladang-ladang yang berada di lereng-lereng terjal. Pendaki bisa menyewa mobil bak sayuran untuk menuju ke basecamp, atau bisa juga naik ojek.

Jalur pendakian masih cukup landai, namun akan banyak dijumpai pertigaan, maupun perempatan jalur yang menuju ke perkampungan penduduk, maupun jalur penduduk mencari kayu bakar dan rumput, untuk itu tetap pilih jalur yang paling lebar. Berjalan sekitar satu jam akan sampai di Mpitian yang berupa perempatan jalur.

Dari Mpitian masih agak landai melintasi hutan akan berjumpa dengan sungai kering yang berisi pasir. Setelah menyeberangi sungai kering jalur mulai agak menanjak namun masih melintasi hutan. Setelah berjalan sekitar satu jam dari sungai kering ini jalur terjal sekali meliuk mendaki bukit dan sampailah kita di Tikungan Macan.

Di Tikungan Macan ini kita bisa memandang ke bawah ke arah jurang yang masih diselimuti hutan yang lebat. Di Tikungan Macan ini pendaki yang turun bisa tersasar karena jalur yang sebenarnya berada di sisi samping bukan lurus ke bawah. Dari Tikungan Macan jalur mulai sedikit terbuka, namun masih melintasi hutan yang sudah tidak terlalu lebat lagi. Jalur mulai menanjak, setengah jam berikutnya jalur mulai agak sulit dan semakin terjal. Sekitar satu jam dari Tikungan Macan pendaki akan sampai di Batu Tulis. Batu Tulis adalah tempat terbuka yang cukup luas, di tengahnya terdapat sebuah batu yang cukup besar. Banyak terdapat Edelweiss yang tumbuh tinggi dan besar sehingga bisa digunakan untuk berteduh. Pendaki yang turun Gunung Merbabu, di Batu Tulis ini terdapat juga jalur aliterernatif yang kelihatan sangat jelas namun sedikit mendaki bukit. Jalurnya berbahaya melintasi punggungan yang sempit dengan sisi jurang di kira dan kanan, sebaiknya tidak melewati jalur ini, tetaplah mengikuti jalur yang resmi.

Dari Batu Tulis, medan mulai terbuka berupa padang rumput yang sangat terjal dan berdebu. Bila di musim hujan jalur ini licin sekali sehingga perlu perjuangan sangat keras untuk merangkak ke bergerak ke atas. Puncak Gunung Merbabu masih belum kelihatan, pendaki masih harus melewati empat buah bukit yang terjal untuk sampai di Puncak Gunung Merbabu.

Sekitar 1 jam melintasi medan yang berat dan terjal pendaki akan sampai di puncak bukit, selanjutnya turun dan landai melintasi padang rumput.. Sedikit naik bukit dan kemudian turun lagi pendaki akan sampai di Jemblongan yakni sebuah tempat yang banyak di tumbuhi edelweis dalam ukuran besar dan rapat sehingga sehingga membentuk hutan yang rindang. Di sini adalah tempat terakhir yang bisa digunakan untuk berteduh dan beristirahat dengan nyaman, karena jalur selanjutnya berupa padang rumput terbuka yang kering dan sangat terjal, berdebu di musim kemarau dan sangat licin di musim hujan.

Dari Jemblongan kembali pendaki harus mendaki bukit yang terjal, licin dan berdebu. Puncak Gunung Merbabu masih belum kelihatan karena tertutup bukit. Di sisi kiri terdapat Gunung Kenong dan di sisi kanan terdapat Gunung Kukusan yang runcing dan terjal.

Setelah berjalan sekitar 1 jam akan tampak Puncak Gunung Merbabu. Bila kita berjalan dengan cermat sekitar sekitar 25 meter di sebelah kanan jalur akan kita temukan sebuah batu berlobang yang keramat. Sekitar 30 menit hingga 1 jam menapaki jalur padang rumput yang terjal dan berdebu untuk mencapai puncak tertinggi Gunung Merbabu. Setibanya di Puncak Gunung Merbabu, untuk menuju Puncak Kenteng Songo kita berjalan sekitar 10 menit ke arah Timur.

Di Puncak Kenteng Songo terdapat batu berlobang yang dikeramatkan masyarakat. Di puncak ini terdapat batu kenteng atau berlubang dengan jumlah 9 buah yang hanya bisa dilihat, menurut penglihatan paranormal. Mata biasa hanya melihat 4 buah batu berlobang. Dari Puncak Kenteng Songo kita dapat memandang Gunung Merapi. Ke arah barat tampak Gunung Sumbing dan Sundoro. Lebih dekat lagi tampak Gunung Telomoyo dan Gunung Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur tampak Gunung Lawu dengan puncaknya yang memanjang.


Sumber :
Penjelajahan Merbabu 2009
Mari Mendaki Gunung - Hatib Abdul Kadir

Kredit Foto :
Penjelajahan Merbabu 2009
Google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
© 2012. Design by Main-Blogger - Blogger Template and Blogging Stuff