Februari 24, 2011

Catatan Perjalanan Sumbawa (1)

Tidak ada komentar:
 

... Tak pernah menyongsong pagi di tempat yang sama

Seperti kemarin masih kami huni

Dan tak pernah menyambut fajar di tempat yang sama

Seperti kemarin kami akhiri.......

Pengembara (Khalil Gibran)

Petikan puisi karya Khalil Gibran diatas kurang lebih menggambarkan perjalanan kami bersepeda ke Labuan Bajo. Selama kurang lebih 15 hari tak pernah kami istirahat lebih dari semalam kecuali di Yogyakarta walaupun sebenarnya ada rencana untuk recovery di Taliwang dan Padangbai. Jadi kurang lebih aktivitas kami setiap hari seperti ini :

Jam 5 pagi bangun (pas bangun sok lupa lagi dimana yeuh), Jam 6 pagi sudah bergerak dari tempat istirahat dan langsung mencari pasar terdekat untuk sarapan. Setelah bahan bakar sudah terisi segera kami melanjutkan perjalanan ke kota tujuan kami hari itu. Biasanya setelah 2 jam perjalanan kami beristirahat sekitar 15 menit dan lanjut lagi gowess. Jarak tempuh perjalanan per hari rata – rata 150 km kalau diitung kecepatan 20 km/ jam + istirahat kami butuh waktu 9 jam. Biasanya kami tiba di kota tujuan pk.16.00. Yang pertama kali kami lakukan setelah tiba di kota tujuan adalah cari tempat bermalam. Kalau sudah ada kontak dari rekan2 di kota tujuan sudah aman, sisanya yang tidak ada kontak kami mencari losmen yang murah kalau tidak dapet juga ya Kantor polisi jadi sasaran kami seperti saat di Singaraja ,Bali hee:D

Kalau Perjalanan di Jawa, Bali dan , Lombok sih masih aman terkendali. Nah pulau Sumbawa yang jadi “ best part adventure”nya, oleh karena itu etape yang di Bali dan Lombok saya lewat dulu. Saya langsung loncat ke pulau yang menjadi bagian Provinsi Nusa Tenggara Barat ini.

Catatan Perjalanan Pulau Sumbawa (1)

Menyebrang dari Pelabuhan Kayangan ( Lombok) menuju Pelabuhan Poto Tano ( Pulau Sumbawa ) pk 13.00, 9 Februari 2011 menjadi langkah yang besar bagi perjalanan kami. Kalau masih di Bali atau Lombok mau putar balik ke jawa masih relatif dekat setelah sampai di Sumbawa “mau gag mau harus saya selesai nih ekspedisi”. Setelah membayar tiket fery sebesar 23.000 rupiah untuk golongan I yaitu sepeda kami menyebrang dari Lombok kurang lebih 2 jam dan keadaan saat kami menyebrang gelombang cukup besar sekitar 2 meter, rasanya seperti di ontang anting dalam kapal. Setiba di Pelabuhan Poto Tano saya takjub dengan pulau2 kecil di dekat pelabuhan dan pemandangan laut yang tampak biru. Hari pertama kami di Sumbawa adalah menuju kota Taliwang kediaman teh Yani ( adiknya Om Pei). Sebenarnya menuju kota Taliwang berbalik arah dengan arah perjalanan kami tapi kalau dipaksakan ke Sumbawa tampaknya akan sampai larut malam.


Dalam perjalanan menuju Taliwang perasaan saya yang tadinya takjub berubah jadi takut soalnya selama perjalanan jarang sekali orang apalagi rumah padahal jarak dari pelabuhan ke Kota Taliwang 20 km yang kami temui kebanyakan kambing dan kuda yang dibiarkan liar di padang sabana. Vegetasinya pun hanya sabana jarang pohon untuk tempat berteduh di jalan. Kebayang kalau lagi hari siang. Rekan perjalanan saya, Arif juga bilang “ mati dah kita di Sumbawa”, saya jawab “ lu aja sendiri, gw mah gag mau”. :D

Setelah satu jam dari pelabuhan akhirnya ketemu juga peradaban di kota Taliwang, dan saya heran kalau masyrakat Taliwang mempunya penghasilan ke-enam terbesar di Indonesia tidak sebanding dengan infrastruktur dan keadaan kota. Menemukkan rumah teh Yani pun mudah karena kotanya kecil, tepat di sebelah tempat cuci mobil yang keliatannya cuma satu2nya di kota itu. Setelah banyak mengobrol dengan teh Yani dan Pak Tito (suaminya) ternyata masyrakat di Taliwang penghasilanya terangkat oleh adanya Pt. Newmont yang mempunyai pertambangan emas di selatan kota Taliwang. Yang menjadi Ironi hanya sebagian masyarakat Taliwang yang bekerja di Newmont sisanya jauh dari hidup layak.

Lepas dari kehidupan sosial di kota Taliwang, Kuliner khas juga jadi incaran saya. Kebetulan Pak Tito membawa makanan yang disebut “Palopo” dari endapan susu kerbau yang di kasih kuah manis. Bentuknya kayak bubur sumsum tapi rasanya susu (aneh). Di Taliwang pula saya sadar kalau barang – barang kiriman dari Jawa seperti elektronik, kendaraan bermotor, bahan pangan, dan tentunya rokok harganya melonjak naik bisa 2 kali lipatnya. ( jadi weh nitip udud k om yud :D ).

Sekitar pukul 20.00 kami segera beristirahat, tahu kalau besok jadi perjalanan panjang dan berat. Rencana besok adalah kota sumbawa besar dengan jarak tempuh 130 km dari Taliwang. Mari kita lihat apa kotanya sebesar namanya hee.

Perjalanan hari ke 12 di kota Taliwang ini menjadi awal petualangan bersepeda kami di Pulau Sumbawa.

9 Februari 2011

YNBA.

Theodorus BNP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
© 2012. Design by Main-Blogger - Blogger Template and Blogging Stuff