Januari 24, 2011

"Memanjat di Balik Bata Merah"

Tidak ada komentar:
 
Plered, 40 kilometer dari kota Bandung yang lebih dikenal sebagai pusat pembuatan bata, genteng, dan berbagai kerajinan gerabah ternyata menyimpan sarana petualangan yang luar biasa. Terletak di Kabupaten Purwakarta tepatnya di Desa Cihuni 18 km dari pusat kecamatan Plered disanalah terdapat Gunung Parang, gunungnya para pemanjat tebing.

Biasanya orang ingin santai pada saat liburan tapi untuk kami para penggiat alam terbuka, waktu liburan adalah waktunya petualangan. Bersama anggota Sadagori pada tanggal 22 - 23 Januari 2010 kami pergi ke Kabupaten Purwakarta tepatnya Waduk Cirata dan Gunung Parang . Di Waduk Cirata kami hanya numpang makan siang dengan menu ikan nila bakar. Dengan harga 20.000 sekilo kita sudah mendapatkan 4-5 ekor ikan nila yang siap dibakar, sedapp! Lewati bagian makan siang. Perjalanan ke Gunung Parang sekitar 20 km dari Cirata dengan kondisi jalan yang luar biasa rusak. Sepanjang perjalanan terlihat rumah - rumah pembuatan bata merah dan genteng atau di sebut lio, dan selama di jalan pula kami sering berpapasan dengan truk - truk besar yang mengangkut batu dan pasir. Katanya para "karuhun" Plered, dahulu sudah meramalkan bahwa nantinya semua orang plered akan makan dari batu. Tampaknya ramalannya terbukti.

Setelah melewati kawasan pembuatan bata merah kami menelusup kedalam hutan dan akhirnya setelah 3 jam kami tiba di Desa Cihuni. Desa Cihuni tepat berada di bawah Gunung Parang yang tampak gagah, begitu menantang untuk dipanjat. Gunung Parang terdiri dari 3 puncak dengan ketinggian sekitar 600 meter atau 12 pits tali. Menurut warga sekitar awal perintisan jalur panjat di Gunung Parang sekitar tahu 70-an akhir. Tebing di gunung Parang sering dijadikan tempat latihan panjat oleh para Pencinta alam, Skygers, bahkan Kopassus. Untuk sampai ke puncak dibutuhkan waktu sekitar 5 - 7 hari. Untuk kali ini kami berencana tidak sampai puncak dikarenakan alat dan waktu yang terbatas.

Di Desa Cihuni kami menginap di rumah kang Ayub teman dari Pad. Sekitar pukul 7 pagi kami bergerak ke titik awal memanjat. Setelah "gurasak-gurusuk" di hutan kami sampai di titik awal. Terlihat tebing andesit hitam dengan kemiringan 75® diawal dan yang lebih atas tampak tebing vertikal. Sesampainya di titik awal panjat Pad sebagai leader mulai memasang tali dan ring. Kita memanjat melewati track yang sudah dibuat atau "clean climbbing". Selanjutnya kami bergantian mencoba memanjat. Pad sebagai fotografer dan pengarah gaya menggunakan ascender, sedangkan kami bergantian memanjat dan menjadi belayer. Seharusnya kalau bisa sedikit ke atas tebing Waduk Jatiluhur tampak, sayang ring yang dibawa kurang.

Tebing di Gunung Parang bisa dikatakan levelnya sulit tetapi dengan peralatan dan kemampuan yang cukup, mencapai puncak Gunung Parang sangatlah mungkin. Dan saya terpikir Sadagori untuk ekspedisi tebing, semoga dengan rencana pengagasan divisi akan ada ekdpedisi tebing dan muncul pemanjat - pemanjat muda dari Sadagori.

Howgh!
Theodorus BNP
24/1/2010

inset
1. Gunung Parang dari Desa Cihuni, Plered,Purwakarta
2. Intan in action.
by : Pad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
© 2012. Design by Main-Blogger - Blogger Template and Blogging Stuff