Desember 28, 2010

Cikapundung Belum Pundung

3 komentar:
 
oleh Bayu Bharuna

Great river need to be respected, sick river need to be loved.

Agar merasa enjoy melakukan rafting di sungai Cikapundung orang harus menyukai olahraga arung jeram atau ia memang orang yang sadar lingkungan sehingga ingin memelihara kebersihan sungai atau warga yang penasaran asal muasal aliran sungai yang membelah kotanya. Dengan kondisi tersebut maka tak akan terlalu masalah dengan kondisi sungai yang memprihatinkan saat melakukan rafting. Jangan berharap menemui aliran yang jernih seperti di sungai Cikandang dengan pemandangan tepiannya yang indah, bahkan sungai Citarum yang terpolusi pun masih terlihat segar dibandingkan warna kecoklatan yang mendominasi aliran sungai Cikapundung. Maka bila hanya ingin berwisata menikmati keceriaan alam anda harus siap-siap kecewa dengan kondisi aliran sungai disini.

Jalur rafting sungai Cikapundung mulai dari Dago Bengkok hingga Babakan Siliwangi cukup aman untuk dilalui namun pada beberapa check point beresiko tinggi sehingga kalau tak terkendali akan fatal sekali akibatnya. Pada beberapa titik ada drop-an dan hidraulik yang lumayan, apalagi kalau debet airnya agak naik. Beberapa titik juga main stream nya berubah-ubah (acak) dalam jarak yg dekat, dan jalur nya hanya bisa masuk satu perahu jadi manuver harus sedikit cepat.


Setelah jeram rata-rata langsung flat jadi selalu ada waktu untuk menarik nafas dan rescue bila diperlukan, atau scouting untuk jeram berikutnya . Beberapa chek point yang menjadi patokan kala penyusuran kemarin adalah sebagai berikut:

Check point 1, air terjun Curug Dago setinggi 30 meter , andai “lebos” masuk ke air terjun..ya sudahlah..nanti dikasih nisan disitu.
Check point 2, dam water fank setinggi sekitar 3 meter, kalau lebos masuk sini masih bisa selamat bahkan sebenarnya sangat menantang untuk dituruni perahu karet. Lebih bagus lagi bila ada fotografer yang telah siap di bawah waterfank sehingga difoto biar keren, jadi memar-memar tak akan sia-sia.
Check point 3 jeram Leuwi Beurit, kalau masuk sini masih bisa lompat kepinggir tapi harus sigap bila tidak konsekwensinya akan tersedot ke dalam pusaran air di bawah dan baru muncul 3 hari kemudian. Untuk lining perahu memasuki celah batu ini harus dengan posisi miring.

Ada saatnya kala sungai selalu memberi penghidupan dan perlindungan pada manusia antara lain dengan menampung luapan air supaya tidak banjir dan menyediakan air bagi keperluan penduduk. Namun kekuatan sang sungai pun memiliki batas. Suatu ketika ia takkan sanggup lagi menyenangkan segenap peduduk kota. Ia bagai pekerja yang sudah menguras tenaganya selama 24 jam sehari tanpa istirahat namun beban kerjanya terus ditambah tanpa belas kasihan. Suatu hari sang sungai yang dulu perkasa, ramah dan ceria itu pun akan frustasi. Hanya tinggal waktu saja ia akan mengungkapkan kemarahannya. Berdoalah agar kita tak melihat amarah alam pada manusia.

Lihatlah sungai Ciliwung yang kerap memperlihatkan otot-otot kemarahannya dengan menenggelamkan sebagian Jakarta bila ia sudah terlalu muak dengan perilaku manusia yang tak tahu diri. Namun sungai Cikapundung belum pundung pada warga Bandung, ia masih mencoba melayani keperluan warga Bandung –walau didera keletihan.

Awak dari ketiga perahu karet tim Palawa yang menyusuri aliran sungai dari Dago Bengkok hingga Babakan Siliwangi merasakan benar rintihan sakitnya sungai ini. Toh walaupun dengan kondisinya itu, sungai Cikapundung tetap memberikan atraksi yang memukau dengan jeram-jeramnya. Seakan ia gembira kami mengunjungi dan mengajaknya bermain bersama. Barangkali inilah yang ia nantikan selama ini, bukan mereka yang menumpukkan kotoran dan sampah ke alirannya namun sekelompok orang yang memang ingin bermain, berbagi keceriaan, dan mengerti keadaannya. Dengan kondisi debet air yang memadai, anda akan merasakan rafting yang mengasyikan di sepanjang alirannya.

Namun seraya bercengkerama dengan sang sungai mereka mengayuhkan dayung dengan masygul yang tak biasa, tak lepas seperti kala mengarungi sungai-sungai lainnya. Terkadang samar-samar mereka bisa merasakan rintihan dari sang sungai, tempat mereka semua pernah dibesarkan dan menuntut ilmu. Bagaimanakah perasaan anda kala ada orang tua yang sedang sakit namun masih bersemangat bermain dengan anak-anaknya, hanya untuk menyenangkan sang anak. Ia masih memperlihatkan tenaga dan kecerian nya yang tersisa. Ada sakit terasa kala menyadarinya, namun tak seorangpun memperbincangkan. Hanya kegelisahan yang tak tuntas.

Foto by Ayung W Sachi
Lokasi Waterfank, check point 2

3 komentar:

  1. Minggu lalu, waktu saya menyusuri sungai cikapundung bersama Komunitas Aleut, tampak keceriaan di masyarakat kelurahan Tamansari. Sungguh menakjubkan, mereka gotong royong bekerja bakti tiap weekend (sabtu dan minggu) buat ngebersihin Cikapundung yang melewati kelurahan mereka. dan lucunya, mereka hebohh berenang padahal airnya kotor banget. cuma salutnya sampahnya ga ada yang dipinggir sungai gitu (yang ditumpuk2). andai warga yg hidup di sekitaran sungai cikapundung begitu semua, dan juga kita warga bandung semuanya bisa saling bantu, mudah-mudahan Cikapundung engga bakalan pundung :)

    BalasHapus
  2. Thanks komen nya..memang begitu lah kondisi cikapundung saat ini, dan sebagai warga, kita harus saling jaga antar sesama dan lingkungannya...Cikapundung ga akan Pundung, Insya Allah:)

    BalasHapus
  3. mantep banget nih kayaknya wisata alam bandung arum jeram di cikapundung

    BalasHapus

 
© 2012. Design by Main-Blogger - Blogger Template and Blogging Stuff