Februari 04, 2020

Catatan Perjalana Bangkok - Chiangmai III

Tidak ada komentar:
 
Ternyata saudara-saudara, naik kereta api dari Bangkok kurang elok pemandangannya. Tadinya saya berharap bisa melihat Thailand yang hilly dan scenic, tapi yang dilihat hanya hamparan sawah, hamparan ilalang, dan banjir yang lidah airnya merendam sebagian rel kereta api. Keretanya sendiri, karena banjir itu, sering memperlambat jalannya sehingga perjalanan yang seharusnya 12 jam molor menjadi hampir 14,5 jam. Wareg lah calik na kareta! Ketika sampai di Stasiun Chiangmai waktu sudah mendekati Pukul 11 malam. Stasiun Chiangmai tidak terlalu besar, seukuran Stasiun Banjar lah. Tapi memang lebih bersih dan tertib. Terasa waktu mencoba toilet yang berbayar THB 3, tidak ada bau yang gak enak. Air, sabun cuci tangan, dan tisu tersedia. Nyaman.

Keluar dari stasiun, tidak ada taxi meter, akhirnya naik mobil pribadi yang dijadikan taxi untuk menuju hotel yang jaraknya sekitar 5 km seharga THB 100. Nu nyupiranna ibu-ibu usia 50-an awal sigana. Berarti mun ibu-ibu mau nyupiran 'mobil umum' di stasiun boleh lah diasumsikan bahwa tempat itu aman. Si Ibu oge nawaran sewa mobilnya untuk tour ke sekitar Chiangmai. Ngan hanjakal bahasa Inggris na rada harese, sababaraha kali ngobrol jadi teu nyambung atawa si Ibu na nyarios teu ngartos. Ti stasiun langsung ka Holiday Inn. Untunglah kami mendapat discount rate dari Asiarooms, untuk kamar executive di Holiday Inn dapet THB 5000, sekitar 500 ribu semalam. Kamarnya besar dan mewah, dengan pemandangan ke arah sungai Ping yang lebar dan airnya mengalir deras.

Jadi, setelah di Bangkok menginap di Shangri La dengan pemandangan sungai Chao Praya, kembali kami menikmati kamar hotel dengan pemandangan sungai di Chiangmai. Dengan hotel yang tidak kalah luxurious..., meni ngagaya pisan he he he...

Cape perjalanan panjang kareta api matak tibra bobo.

Hari ini, setelah semalam beristirahat dari penatnya perjalanan, dan memulai sarapan pagi yang melimpah di hotel, Ninin dan saya mencari informasi kepada hotel untuk tempat-tempat yang worth visit, sekaligus alternatif transport yang paling murah dan nyaman. Setelah membanding-bandingkan dengan gaya budgeted tourist, ternyata transport yang paling baik adalah menyewa dari hotel. Dengan THB 1200 kami dapat van yang lega, supir berbahasa Inggris, cooler dengan persediaan air minum, dan yang penting waktunya tidak dibatasi.

Ninin, Cisca, dan saya memutuskan untuk pergi ke daerah Mae Taeng dan ke Doi Suthep. Mae Taeng berjarak sekitar 20 km dari kota dimana terdapat Snake Farm, Tiger Kingdom, dan Elephant Camp. Letaknya satu sama lain cukup dekat, kurang lebih 5 km saja. Sebetulnya ada banyak kegiatan outdoor di daerah itu, ada motocross, ATV, mountain bike, airshot gun, bahkan penangkaran monyet. Tempat yang didatangi pertama adalah Tiger Kingdom.

Tapi harapan tinggal harapan, ternyata bukan sebuah reservasi harimau yang kami temui, tapi hanya 36 ekor harimau yang sudah dijinakkan dan siap untuk berfoto bersama pengunjung. Kuciwa deh, hanya melihat-lihat sebentar tanpa membeli tiket, kami putuskan untuk mengucapkan selamat tinggal. Bade difoto jeung maung mah di Taman Safari we nya. 2 km dari situ, kami berhenti di Snake Farm. Harga tiket masuk THB 200.

Ini baru menarik. Yang menarik memang bukan melihat ular-ular yang bengong ngalamun didalam kandang, tapi atraksi ular. Dalam arena berbentuk lingkaran berdiameter 4 meter, sang pawing yang disebut Snake Man melakukan aksinya. King Cobra diganggu sehingga berusaha mematuk, tapi dengan kelihaian yang luar biasa, pawang itu selalu berhasil lolos dari patukan ular, bahkan akhirnya ular bisa dicium dan ditangkap. Lalu dipaksa untuk mengeluarkan bisa kedalam gelas yang ditutup plastik.

Cobra galak itu dibuat tidak berdaya mungkin kalau dia manusia mah geus diwiwirang, ibaratna preman garang yang dibikin takluk tidak bisa apa-apa. Selanjutnya atraksi dengan menggunakan ular Piton, ular Pohon, dan ular Sapi. Ternyata sambil beratraksi, si pawang memperhatikan pengunjung mana yang terlihat paling takut, untuk kemudian dengan sengaja membawa ularnya mendekati pengunjung itu. Puguh tambah sieuneun. Bahkan di satu kesempatan ketika ular masih didalam kotak dan hendak dikeluarkan dengan bambu, MC mengumumkan bahwa ular pohon itu mampu melompat sejauh 6 meter dan meminta pengunjung untuk lebih berhati-hati. Na eta mah jug belewer teh tina peti ngapung ka turis anu sieunan tea, ampir we manehna ngajuralit tina bangku, singhoreng tambang anu ngahaja disiapkeun jang nyingsieunan. Jail pisan!

Saya senang bisa melihat pertunjukan itu karena asa kacumponan cita-cita. Baheula pernah nongton film dokumenter di Discovery Channel tentang perjuangan seorang anak di daerah itu yang ingin menjadi snake man. Si budak nu umurna kakara 8 taunan difilmkeun latihan terus menerus mengikuti pamannya yang telah menjadi snake man terkenal, hingga akhirnya dia bisa memulai pertunjukkannya yang pertama. Resep ningali filmna, akhirna kacumponan ningali langsung pertunjukanna.

Setelah snake farm, perjalanan dilanjutkan ke Elephant Camp. Tiba disana Pukul 12.45, karena Elephant Show baru maen jam 1.30, sempet puter-puter heula ningalian lingkungan camp. Sempet ningalian gajah nu diparaban, dimandian, sapawangna-sapawangna ti mimiti gajah leutik nepi ka anu sagede gajah, enya gede pisan maksudna. Elephant Camp teh teu gede-gede teuing, paling oge sagede Camping Ground Cikole, tapi gajahna rea, aya ka na 50 mah. Aya elephant riding ngurilingan camp, sajam the THB 800. Ah teu hoyong, keur mah awis, oge asa teu resep dibonceng ku gajah lalaunan mah, duka mun sajam tapi gajahna bari lumpat mah, rada diemutan. Tapi ngacleng meureun urang na oge nya.

Akhirna tibalah pada pertunjukan gajah. Dimulai dengan memandikan gajah-gajah itu di sungai. Resep ningali gajah meni siga budak nyoo cai, tinggejebur, aya nu bari gogoleran, kekerelepan, bari garandeng disada. Kaluar ti walungan tuluy rombongan gajah teh diabringkeun ka tempat pertunjukan. Didinya gajah-gajah teh atraksi maen bal, maen harmonika bari nari-nari, nyusun batangan kayu, dan yang paling luar biasa adalah melukis! 5 gajah masing-masing menghadapi satu kanvas, ngalukis make cat air sakarepna-sakarepna. Pawangna mangmilihkeun warna.

Singhoreng hasilna beda-beda, aya nu ngagambar anggrek di na pot, ngagambar tangkal nu kembangna warna-warni, ngagambar tangkal, dan yang paling luar biasa aya nu ngagambar bonsay, siga caringin bonsay. Subhanallah, ternyata gajah punya kemampuan luar biasa. Eta gambarna persis we hasil ngagambar pelukis serius, rapih, nempatkeun warnana harmonis, jeung pas komposisina ka na ukuran kanvas. Hebat pisan lah, para penonton dibuat terpesona. Sajam pertunjukan gajah asa teu karaos, jabaning tiket masuknya juga murah, ngan THB 120.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
© 2012. Design by Main-Blogger - Blogger Template and Blogging Stuff