Februari 04, 2020

Catatan Perjalanan Bangkok - Chiangmai II

1 komentar:
 
Ieu catetan waktos di Hualam Phong...

Setelah perjalanan 15 menit dengan taxi, tibalah Cisca, Ninin, dan saya di Stasion Hualam Phong - Bangkok. Stasion utama yang melayani perjalanan kereta api ke seluruh Thailand bahkan ke negara-negara tetangganya seperti Malaysia dan Singapura. Jadwal kereta pukul 08:30, kami sampai di Stasiun pukul Tujuh kurang lima menit. Sengaja memang pergi lebih awal sebagai prosedur tetap untuk menghadapi keadaan yang belum pernah dilakukan, bisi aya nanaon cukup waktuna.

Berdasarkan informasi dari petugas hotel tadi malam bahwa kemungkinan jadwal perjalanan kereta api dapat terganggu karena banjir, alhamdulillah tidak terjadi. Penjualan tiket kereta api berjalan normal, dan tidak ada pengumuman di stasiun bahwa ada banjir yang akan menghalangi perjalanan.
Ternyata proses pembelian tiket sangat mudah. Tidak ada antrian di loket. Dengan dibimbing oleh seorang petugas dari tourist information desk, kami membeli tiket yang harganya per penumpang sebesar THB 611 untuk tujuan Chiangmai.

Masih sekitar sejam setengah lagi menunggu keberangkatan, Cisca dan Ninin muter-muter di stasiun, sementara saya duduk di tempat yang tersedia sambil menulis catatan ini. Hall stasiun cukup luas, mungkin sekitar setengah lapangan sepak bola. Kayaknya bangunan peninggalan lama. Konstruksinya dari besi dengan bentuk bangunan melengkung, mirip Stasiun Kota, di Jakarta.

Didalam stasiun suasananya bersih dan terasa tertib untuk ukuran stasiun kareta di tanah air. Merokok di lingkungan stasiun dikenai denda THB 2000. Papan informasi elektronik yang cukup besar menampilkan jadwal keberangkatan dan kedatangan kereta dalam dua bahasa, Inggris dan Thailand. Oh ya, semua keterangan di stasiun, bahkan yang saya lihat selama di Bangkok, ditulis dalam dua bahasa seperti itu.

Kembali ke dalam stasiun. Di bagian pinggir hall berjajar kios-kios food court, money changer, kedai kopi, penitipan bagasi, termasuk juga pusat informasi dan pos polisi kereta api. Pusat informasinya dikelola serius, dilengkapi komputer dan petugas berbahasa Inggris dan sangat helpful.
Didepan kios-kios tadi disediakan jejeran tempat duduk untuk calon penumpang. Saya hitung masing-masing 200 tempat duduk di setiap sisinya, total 400 kursi. Jumlah loket ada 22, setiap loket dilengkapi komputer dan printer sehingga nampaknya kita bisa membeli tiket untuk jurusan apa saja di loket yang mana saja. Petugas kebersihan terus bergerak membersihkan sampah yang terlihat olehnya, sehingga stasiun terasa bersih.

Mun ningali potongan jeung babawaanna, orang-orang di stasiun ini ada pengguna kereta untuk jarak pendek seperti pelajar dan karyawan nu relatif lalengoh, dan ada yang perjalanan panjang dengan ransel atau koper yang besar, termasuk turis-turis. Dengan gedungnya yang tiga lantai, bangunan Stasiun Gambir nampak lebih modern dibandingkan Stasiun Hualum Phong. Tapi begitu kita berada didalamnya, kita bisa membandingkan bahwa ke- modern-an itu tidak hanya terletak pada fisik bangunan, tapi lebih pada kebersihan, ketertiban, rasa aman, dan kemudahan setiap orang bahkan yang tidak berbahasa daerah itu untuk mengakses informasi yang dibutuhkannya mulai dari tiba sampai meninggalkan stasiun itu.

Pukul delapan tepat ada pengumuman yang kalau saya dengar sih seperti pengumuman jadwal kereta da ku Bahasa Thailand. Tapi pengumuman ini kemudian diikuti dengan bunyi peluit petugas keamanan. Semua orang yang sedang duduk lalu berdiri, yang sedang berjalan berhenti, lalu berdiri menghadap gambar raja yang ada di dinding stasiun. Lalu diputar lagu kebangsaan Thailand. Luar biasa, begini rupanya cara mereka menanamkan nasionalisme. 5 menit penghormatan kepada raja dan lagu kebangsaan.

Keberangkatan kereta terlambat 30 menit. Karosong, paling hanya terisi 15 persen saja. Ternyata kondisi keretanya tidak semewah yang dibayangkan. Mungkin sekelas Parahyangan tapi jelas dibawah Argo Gede. Memang harganya murah sih, cuma THB 611 atau sekitar Rp 180 ribu. Mudah-mudahan tidak mengurangi kenikmatan perjalanan. Ah da memang niatna sanes menikmati kareta api...., kami bisa saja naik Air Asia yang harga tiketnya 'hanya' Rp 600 ribu dan waktunya cuma 70 menit, tapi bila itu yang jadi pilihan maka kami tidak punya kesempatan untuk melihat setengah Thailand melalui jendela ini, jendela kereta Special Diesel Rail Coach Second Class….

1 komentar:

  1. mari gabung bersama kami di Aj0QQ*c0M
    BONUS CASHBACK 0.3% setiap senin
    BONUS REFERAL 20% seumur hidup.

    BalasHapus

 
© 2012. Design by Main-Blogger - Blogger Template and Blogging Stuff