Oktober 04, 2010

Konservasi Harus Pertimbangkan Manfaat

Tidak ada komentar:
 
Komunitas Indonesia Goes Green membagikan beragam jenis tanaman produktif kepada pengguna jalan yang melintas di sekitar Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Jumat (4/6). Lebih dari 600 tanaman dibagikan untuk menularkan kepedulian masyarakat terhadap pemanasan global.



Peneliti LIPI dari UPT PKT Kebun Raya Cibodas, Dr. Didik Widyatmoko, Msc, mengkritisi penetapan spesies prioritas konservasi oleh International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), yang tidak memasukkan unsur kemanfaatan sebagai salah satu variabel.

Unsur kemanfaatan dinilai penting sebagai salah satu pertimbangan dalam menetapkan suatu jenis tumbuhan masuk dalam prioritas konservasi. Berdasarkan IUCN, semakin dekat dengan kepunahan, maka tingkat kelangkaan spesies semakin tinggi. "Tetapi tidak memasukkan unsur manfaat. Padahal, unsur manfaat ini penting. Untuk apa konservasi kalau tidak ada manfaatnya? Ke depannya, unsur komponen manfaat ini perlu dimasukkan," kata Didik, dalam jumpa pers di sela Workshop Penetapan Spesies Prioritas Konservasi Dipterocarpaceae & Thymelaeaceae, di Gedung Konservasi LIPI, Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, Senin (27/9/2010).

Meski manfaat suatu tumbuhan belum diketahui, Didik berpendapat, konservasi terhadap tumbuhan tersebut tidak bisa diabaikan. "Siapa tahu ke depan kita akan tahu manfaatnya. Tuhan tidak mungkin menciptakan sesuatu tanpa ada manfaat. Hanya, mungkin karena belum ada kajian maka belum diketahui," ujarnya.

Pada tahun ini, LIPI memprioritaskan konservasi 2 famili yaitu Dipterocarpaceae dan Thymelaeaceae. Namun, berapa spesies yang ada dalam kelompok famili ini masih akan dilakukan kajian lebih jauh. Dipterocarpaceae merupakan jenis tanaman kayu yang banyak terdapat di Indonesia. Secara manfaat, pengambilan jenis kayu dari famili ini cukup tinggi. Yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya Meranti, Kayu Kapur, Kruing dan Bengkirai. Pusat keanekaragaman Dipterocarpaceae paling luas terdapat di kawasan Sumatera dan Kalimantan.

Ahli Thymeleaceae dari Herbarium Bogoriense, P2Biologi LIPI, Harry Wiriadinata menjelaskan Thymeleaceae merupakan jenis tanaman gaharu. Ia berharap, dengan penetapan spesies prioritas konservasi akan mendorong untuk melakukan lebih jauh terhadap spesies tersebut dan mengeksplorasi wilayah penyebarannya.


Tingkat deforestasi dan degradasi habitat alami yang semakin mengkhawatirkan mengakibatkan tingkat kepunahan jenis tumbuhan yang semakin tinggi. Karena itu, penentuan prioritas konservasi tumbuhan Indonesia perlu dilakukan agar perlindungannya bisa efektif.

"Upaya konservasi yang tepat sasaran harus dilakukan sesegera mungkin," kata Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan (PKT) Kebun Raya Bogor, Ir. Mustaid Siregar, M. Si, dalam siaran pers Workshop Penetapan Spesies Prioritas Konservasi: Dipterocarpaceae dan Thymelaeaceae yang akan digelar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 27 September 2010. Workshop ini akan berlangsung di Lantai 3 Gedung Konservasi, PKT Kebun Raya Bogor LIPI, Senin (27/9/2010).

Ia mengatakan bahwa workshop ini merupakan kelanjutan dari kegiatan serupa yang diselenggarakan pada Juni 2009, di mana saat itu jenis-jenis yang dinilai adalah anggota dari famili Arecaceae, Orchidaceae, Nepenthaceae dan Cyatheaceae.

"Penyelenggaraan workshop ini bertujuan untuk memperoleh sebuah daftar spesies prioritas, yang dapat dijadikan sebagai salah satu acuan utama dalam pelaksanaan aksi konservasi tumbuhan di Indonesia," jelasnya. "Sehingga, aksi konservasi yang dilakukan dapat lebih terfokus, efektif dan efisien," lanjutnya.

Mustaid mengulas bahwa signifikansi penentuan jenis-jenis prioritas untuk konservasi tumbuhan Indonesia tentunya tidak terlepas dari keterbatasan sumberdaya yang tersedia untuk mendukung aksi konservasi di satu sisi, dan perlunya resources allocation yang efektif dan efisien di sisi yang lain.

Dikatakannya, pemilihan Dipterocarpaceae dan Thymelaeaceae sebagai taksa target pada workshop kali ini di antaranya didasarkan pada kenyataan bahwa banyak jenis-jenis tumbuhan anggota famili tersebut yang memiliki nilai ekonomi tinggi. "Dan, pada saat yang sama menghadapi ancaman kepunahan di alam yang tinggi, khususnya akibat pemanenan yang berlebihan (overharvesting)," ucap dia.

Dalam workshop ini, Mustaid menambahkan bahwa ada tiga pembicara, yaitu Dr. Didik Widyatmoko, M.Sc. dari UPT PKT Kebun Raya Cibodas LIPI, Dr. Tukirin Partomiharjo dari Pusat Penelitian Biologi LIPI dan Dr. Harry Wiriadinata dari Pusat Penelitian Biologi LIPI.




Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menetapkan dua spesies prioritas konservasi, yaitu Dipterocarpaceae dan Thymelaeaceae. Penetapan dua spesies prioritas konservasi ini dikaji mendalam pada lokakarya yang digelar di Gedung Konservasi LIPI, PKT Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, Senin (27/9/2010).

Peneliti LIPI dari UPT PKT Kebun Raya, Cibodas, Dr Didik Widyatmoko Msc, mengatakan, dua spesies ini dinilai sebagai spesies yang diduga terancam punah dalam jumlah yang besar. "Sebelumnya, semua taksa atau famili yang punya anggota terancam kepunahan banyak dijadikan prioritas. Tetapi, dengan segala pertimbangan, termasuk dana, dua spesies ini yang dijadikan prioritas," kata Didik menjelaskan alasan penetapan dua spesies prioritas ini.

Ia memaparkan, penetapan spesies prioritas (PSP) memvalidasi kategori kelangkaan tumbuhan Indonesia yang terancam kepunahan. Daftar spesies yang dijadikan prioritas, termasuk yang ada dalam daftar Red List International Union for the Conservation of Nature and Natural Reaources (IUCN), ditetapkan melalui sejumlah penilaian. Poin-poin penilaian di antaranya, status populasi dan keunikan, tingkat keterancaman, kerentanan, kemudahan propagasi, dan nilai manfaat. "PSP menyusun peringkat spesies berdasarkan kriteria dan pertimbangan ilmiah, netral, dan komprehensif," kata Didik.

Sementara itu, peneliti dari Pusat Penelitian Biologi LIPI, Dr Tukirin Partomiharjo, memaparkan, penetapan status dilindungi berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1999 adalah memiliki populasi yang kecil, adanya penurunan yang tajam pada jumlah individu di alam, daerah penyebarannya terbatas, rusaknya habitat alami (terdegradasi), dan adanya pertimbangan khusus dari pemerintah yang memandang suatu spesies perlu dilindungi.

Dipterocarpaceae sendiri, urainya, umumnya berupa pohon besar dan merupakan penyusun utama komunitas hutan pamah di kawasan Asia. "Jenis ini memiliki anggota yang cukup banyak dengan biologi yang cukup luas," kata Tukirin.


Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan (PKT) Kebun Raya Bogor Ir Mustaid Siregar MSi mengatakan, signifikansi penentuan jenis-jenis prioritas untuk konservasi tumbuhan di Indonesia tidak terlepas dari keterbatasan sumber daya yang tersedia untuk mendukung aksi konservasi, yaitu dana, tenaga, waktu, dan fasilitas.

Pemilihan Dipterocarpaceae dan Thymelaeaceae sebagai taksa target didasarkan pula pada kenyataan bahwa banyak jenis tumbuhan anggota famili tersebut yang memiliki nilai ekonomi tinggi. "Pada saat yang sama, menghadapi ancaman kepunahan di alam cukup tinggi, khususnya akibat pemanenan yang berlebihan," kata Mustaid.

Penetapan spesies prioritas konservasi ini telah dilakukan melalui proses penilaian oleh panel pakar yang terdiri dari ahli-ahli yang dipandang memiliki fokus studi pada taksa target dan memahami secara mendalam karakteristik taksa yang akan dinilai.

Sumber : Kompas


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
© 2012. Design by Main-Blogger - Blogger Template and Blogging Stuff