Februari 27, 2010

disunting oleh : Theodorus Bayu P.

Tepat pukul 20.30 WIB 28 Maret 2009, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo yang juga menjadi Duta Earth Hour Indonesia secara simbolik mematikan lampu di pelataran Balikota Jakarta yang menandakan dimulainya pemadan lampu selama satu jam.Meski baru pertama kali dilakukan di Indonesia, kampanye ini telah dilakukan oleh lebih 20 ribu perumahan dan 60 pengelola gedung di DKI Jakarta, Bandung, dan Bali.Hasilnya, pemadaman selama satu jam ini telah dapat menghemat 50 MW listrik hanya dari wilayah DKI Jakarta saja.


Pemadaman lampu selama satu jam ini pertama kali tercetus dua tahun silam di Sydney yang didukung walikotanya dan sekitar 22 juta penduduknya. "Karena ada pemikiran bahwa salah satu kontribusi besar isu perubahan iklim adalah pemakaian energi terutama dari listrik" terang Direktur Program Perubahan Iklim dan Energi WWF-Indonesia Fitrian Ardiansyah. Kemudian pada tahun berikutnya atau pada 2008, ada sekitar 775 kota di 35 negara yang terlibat.

Tahun lalu, untuk pertama kalinya Earth Hour dilakukan di Indonesia, di mana Jakarta dipilih menjadi kota pertama tempat penyelenggaraannya.Pada Sabtu, 28 Maret 2009, tepat pukul 20.30, masyarakat Jakarta akan menyaksikan dan menjadi bagian dari aksi global dalam memadamkan lampu selama 1 jam. Dan pada saat yang bersamaan, lampu-lampu di bangunan bersejarah seperti Monumen Nasional (Monas) serta di beberapa ciri khas kota Jakarta lainnya, seperti Patung Pemuda, Jembatan Semanggi, Bundaran HI, Air Mancur Arjuna Wiwaha dan tak terkecuali kantor gubernur balaikota akan dipadamkan.

Itulah petikan pembicaraan yang diambil dari Sumber: DAAITV (TalkShow "Meniti Harapan" 2 April 2009). Kurang lebih itulah kegiatan Earth Hour yang diselenggarakan tahun lalu yang rutin diselenggarakan setiap maret di seluruh dunia. Bagi yang belum tahu "EARTH HOUR" merupakan kampanye perubahan iklim global WWF. Individu, pelaku bisnis, pemerintah dari berbagai negara di semua belahan dunia akan mematikan lampu selama satu jam sebagai pernyataan dukungan upaya penanggulangan perubahan iklim. Dasar pemikirannya bahwa kontribusi besar perubahan iklim adalh pemakaian energi terutama listrik. Walaupun idenya adalah mematikan lampu saja tapi diharapkan semua barang elektronik yang menggunakan energi listrik ikut pula dimatikan.

Agenda earth hour paling dekat adalah Sabtu, 27 Maret 2010 pukul 20.30 – 21.30 (waktu setempat).

Untuk diketahui konsumsi listrik di Indonesia masih terkonsentrasi di Jawa, yakni pada 2007 mencapai sekitar 77% dari konsumsi nasional, dan sekitar 20% pengguna listrik di Indonesia berada di Jakarta, sedangkan untuk pasokan listrik di daerah lain di Indonesia masih berbagi dalam jumlah yang lebih kecil.

Total konsumsi listrik wilayah DKI Jakarta dan Tangerang adalah 23% dari total konsumsi listrik di seluruh Indonesia, dengan komposisi terbesar sebagai berikut:

• 34% berasal dari sektor rumah tangga (sebagian besar di DKI Jakarta)
• 30% berasal dari sektor industri (sebagian besar di Tangerang)
• 29% dari sektor bisnis (sebagian besar di DKI Jakarta)

Berkontribusi dalam kampanye global untuk membuktikan bahwa dengan bekerja sama kita bisa membuat perubahan besar . Memadamkan lampu dengan perbandingan DKI Jakarta selama 1 jam, sama dengan:
• 300MW (cukup untuk mengistirahatkan 1 pembangkit listrik dan menyalakan 900 desa)
• Mengurangi beban biaya listrik Jakarta sekitar Rp 200 juta
• Mengurangi emisi sekitar 284 ton CO2
• Menyelamatkan lebih dari 284 pohon
• Menghasilkan O2 untuk lebih dari 568 orang


Support Earth Hour For better our earth !!!

sumber :http://earthhour.wwf.or.id

Februari 26, 2010

oleh : Deni Rahadian 1403056 HNG



Pengertian Konservasi

Konservasi berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan oleh Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan orang Amerika pertama yang mengemukakan tentang konsep konservasi. Konservasi dalam pengertian sekarang, sering diterjemahkan sebagai the wise use of nature resource (pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana).

Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang.

Apabila merujuk pada pengertiannya, konservasi didefinisikan dalam beberapa batasan :
  1. Konservasi adalah menggunakan sumberdaya alam untuk memenuhi keperluan manusia dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama (American Dictionary).
  2. Konservasi adalah alokasi sumberdaya alam antar waktu (generasi) yang optimal secara sosial (Randall, 1982).
  3. Konservasi merupakan manajemen udara, air, tanah, mineral ke organisme hidup termasuk manusia sehingga dapat dicapai kualitas kehidupan manusia yang meningkat termasuk dalam kegiatan manajemen adalah survai, penelitian, administrasi, preservasi, pendidikan, pemanfaatan dan latihan (IUCN, 1968).
  4. Konservasi adalah manajemen penggunaan biosfer oleh manusia sehingga dapat memberikan atau memenuhi keuntungan yang besar dan dapat diperbaharui untuk generasi-generasi yang akan datang (WCS, 1980).
Di Asia Timur, konservasi sumberdaya alam hayati (KSDAH) dimulai saat Raja Asoka (252 SM) memerintah, dimana pada saat itu diumumkan bahwa perlu dilakukan perlindungan terhadap binatang liar, ikan dan hutan. Sedangkan di Inggris, Raja William I (1804 M) pada saat itu telah memerintahkan para pembantunya untuk mempersiapkan sebuah buku berjudul Doomsday Book yang berisi inventarisasi dari sumberdaya alam milik kerajaan.

Kebijakan kedua raja tersebut dapat disimpulkan sebagai suatu bentuk konservasi sumberdaya alam hayati pada masa tersebut dimana Raja Asoka melakukan konservasi untuk kegiatan pengawetan, sedangkan Raja William I melakukan pengelolaan sumberdaya alam hayati atas dasar adanya data yang akurat. Namun dari sejarah tersebut, dapat dilihat bahwa bahkan sejak jaman dahulu, konsep konservasi telah ada dan diperkenalkan kepada manusia meskipun konsep konservasi tersebut masih bersifat konservatif dan eksklusif (kerajaan). Konsep tersebut adalah konsep kuno konservasi yang merupakan cikal bakal dari konsep modern konservasi dimana konsep modern konservasi menekankan pada upaya memelihara dan memanfaatkan sumberdaya alam secara bijaksana.

'Sedangkan menurut Rijksen (1981), konservasi merupakan suatu bentuk evolusi kultural dimana pada saat dulu, upaya konservasi lebih buruk daripada saat sekarang'.

Secara keseluruhan, Konservasi Sumberdaya Alam Hayati (KSDAH) adalah pengelolaan sumberdaya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya.


Di Indonesia, kegiatan konservasi seharusnya dilaksanakan secara bersama oleh pemerintah dan masyarakat, mencakup masayarakat umum, swasta, lembaga swadaya masayarakat, perguruan tinggi, serta pihak-pihak lainnya. Sedangkan strategi konservasi nasional telah dirumuskan ke dalam tiga hal berikut taktik pelaksanaannya, yaitu :

1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan (PSPK)
  • Penetapan wilayah PSPK.
  • Penetapan pola dasar pembinaan program PSPK.
  • Pengaturan cara pemanfaatan wilayah PSPK.
  • Penertiban penggunaan dan pengelolaan tanah dalam wilayah PSPK.
  • Penertiban maksimal pengusahaan di perairan dalam wilayah PSPK.
2. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya
  • Pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya
  • Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa (in-situ dan eks-situ konservasi).
3. Pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
  • Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam.
  • Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar (dalam bentuk : pengkajian, penelitian dan pengembangan, penangkaran, perdagangan, perburuan, peragaan, pertukaran, budidaya).

Secara harfiah lingkungan berarti keadaan sekitar atau kondisi sekitar.
Lingkungan ekonomi misalnya juga menunjuk kondisi sekitar yang berhubungan dengan fungsi ekonomi, yang berhubungan erat dengan pemenuhan kebutuhan rumah tangga, dan lainnya.
  • Secara umum lingkungan :Berarti kondisi alam sekitar kita, terutama tentang tanah, air, udara, tumbuhan, binatang, sinar matahari, dan lainnya yang mengisi planet bumi ini, atau sebagian dari planet bumi yang berada di daerah tertentu.
  • Lingkungan hidup (life environment):Adalah lingkungan hidup di atas bola bumi sebagai wadah (tempat) makhluk hidup itu berada. Lingkungan hidup di atas bola bumi itu disebut wadah bagi hidup dan hidup itu merupakan isi dari lingkungan.Antara wadah dan isi menyatu, selalu terdapat suasana dan kondisi yang berhubungan secara utuh dan menyeluruh, yang dapat diartikan menjadi serba terhubung. Keduanya tampak selaras, serasi, lengkap baik dari dalam maupun dari luar.
3 unsur dasar lingkungan hidup:
  1. wadah (the contour)
  2. isi (the content)
  3. tata laku (the conduct).
Antara ketiganya selalu dalam satu perwujudan dan perikehidupan yang serba terhubung yang laras, berimbang, lengkap, dan bulat. Perubahan salah satu unsur dasar tersebut, maka akan timbul kelainan yang dapat menjadi gangguan, dan mungkin menjadi ancaman.

Hubungan ketiga unsur lingkungan:

terdapat suatu sistem yang utuh, menyeluruh, laras, dan berimbang sehingga dapat dikatakan bahwa tata-kehidupan di atas bola bumi merupakan suatu sistem yang utuh menyeluruh. Dengan lain perkataan, antara hidup sebagai isi dan lingkungan hidup sebagai wadah serta tata-kehidupan sebagai tata-lakunya, terdapat suatu hubungan yang bersatu dan tidak tercerai-beraikan (holistik).


DEFINISI LINGKUNGAN HIDUP
  • Seorang ilmuwan abad XX yaitu Einstain mengemukakan bahwa lingkungan (environment) adalah semua hal di sekitar kita kecuali diri kita sendiri.
  • Lingkungan yang dimaksud adalah suatu lingkungan dari perspektif ekologi yang berarti semua isi alam dunia ini, yang manusia bisa menjalani kehidupannya. Konsep ini lebih mengedepankan manusia sebagai unsur utama di dalam lingkungan.

UULH NO. 23 1997 :

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup.

Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

Ekosistem Adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan yang utuh dan menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.

Pelestarian fungsi lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

Daya dukung lingkungan Adalah kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Pelestarian daya dukung lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup terhadap tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan, agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya.

Pelestarian daya dukung lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya.

Sumber daya adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri dari sumber daya manusia, sumber daya alam hayati, sumber daya alam non hayati, dan sumber daya buatan.

Baku mutu lingkungan adalah batas atau kadar makhluk hidup, zat energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang adanya dalam sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.

Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.

Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup adalah ukuran batas perubahan sifat fisik dan/atau hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan.

Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat-sifat fisik dan atau hayati lingkungan, yang mengakibatkan lingkungan kurang atau tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan yang berkesinambungan.

Konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam tidak terbaharui untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbaharui untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya

Limbah Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.

Bahan berbahaya atau beracun adalah setiap bahan yang karena sifat atau konsentrasi, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.

Limbah bahan berbahaya dan beracun adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat dan konsentrasinya atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan merusakkan lingkungan hidup, atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.

Sengketa lingkungan hidup adalah perselisihan antara dua pihak atau lebih yang ditimbulkan oleh adanya atau diduga adanya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.

Analisis Mengenai Dampak lingkungan
  • adalah perubahan lingkungan yang diakibatkan oleh suatu kegiatan.
  • adalah hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan

Organisasi lingkungan hidup adalah kelompok orang yang terbentuk atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat yang tujuan dan kegiatannya di bidang lingkungan hidup.

Audit lingkungan hidup adalah suatu proses evaluasi yang dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk menilai tingkat ketaatan terhadap persyaratan hukum yang berlaku dan/atau kebijaksanaan dan standar yang ditetapkan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan.

Konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam yang menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan bagi sumber daya terbaharui menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya

Lembaga swadaya masyarakat adalah organisasi yang tumbuh secara swadaya, atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat, dan berminat serta bergerak dalam bidang lingkungan hidup.

Pembangunan berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang berkesibambungan untuk meningkatkan mutu hidup

Ilmu yang diperlukan untuk mempelajari lingkungan

Ilmu Biologi dan Ilmu Geografi, maka sebaiknya dipelajari terlebih dahulu kedua bidang ilmu tersebut sebagai pegangan, baik melalui buku teks maupun tulisan diberbagai media lainnya. Selain itu harus juga mempunyai kamus dari kedua bidang ilmu tersebut.yang akan sangat membantu mempelajari lingkungan ini.

Pengetahuan lain ?

habitat (organisme) juga harus dipahami. Selain itu mengenal faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi habitat, misalnya hujan, angin, asap dari mobil atau rumah tangga, matahari, bising dari suara pesawat terbang, asap dari api unggun, sampah, limbah, pohon dan semak di halaman dan hutan, burung yang membuat sangkar di dahan dan ranting, bunga-bunga yang menarik bagi kumbang dan kupu, perusak bunga dan daun (ulat), pagar tanaman yang memerlukan pemangkasan, dll

Organisme hidup
  • Sangat sulit memberikan batasan tentang hidup, meskipun hanya dalam konsep atau fungsi vital yang menjadi ciri organisme hidup.
  • Sesuatu tidak hidup barangkali hanya mempunyai dua atau satu ciri tertentu, misalnya bergeraknya mesin, perkembangan kristal.
  • Organisme hidup mempunyai banyak ciri.

7 Ciri organisme hidup
  1. Makan (feeding)
  2. Pernafasan (respirasi)
  3. Berak /mengeluarkan kotoran
  4. Pertumbuhan (growth)
  5. Menyesuaikan diri (adaptasi)
  6. Bergerak (moving)
  7. Berkembang biak

Dua ciri penting kehidupan
  • Metabolisme adalah suatu proses psikologis termasuk anabolisme (membangun) dan katabolisme (memecah). Proses ini meliputi makan dan penggunaan energi.
  • Menjaga kelangsungan diri sendiri. merupakan pengendalian, koordinasi, dan menjaga kelangsungan jenis dari proses metabolisme yang merupakan tiga unsur penting kehidupan.

Hukum konservasi energi
  • Materi tidak bisa diciptakan dan dimusnahkan, tetapi tidak demikian dengan energi.
  • Di dalam hukum konservasi energi, Energi tidak bisa dibuat dan hanya dapat disimpan atau dilepaskan atau berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lainnya.

Struktur Dasar Kehidupan
  • Sel
  • Pembagian sel.
  • Jaringan
  • Organ
  • Organisme

Tumbuhan dan Binatang
  • Keduanya terbentuk dari sel dasar dan membawa fungsi vital yang sama.
  • Perbedaan khusus (khas) antara keduanya terdapat di dalam struktur sel dan cara makan serta pergerakannya.

Perbedaan antara Binatang dan Tumbuhan
  • Tumbuhan dapat memproduksi makanannya dari materi anorganik sederhana yang diambil dari udara, tanah, dan air.
  • Konsumen karena tidak bisa memproduksi makanannya sendiri. Makanan bagi binatang sudah berwujud organik yang sudah disediakan oleh tumbuhan atau binatang lain.

Perbedaan yang nyata antara Binatang dan Tumbuhan
  • Binatang, secara umum dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya.
  • Tumbuhan hanya akarnya yang bergerak memanjang.
  • Tumbuhan mengeluarkan energi untuk proses pembuatan
  • Binatang kebanyakan mengeluarkan energi untuk mencari makanan, mencari pasangan, dan bergerak menghindar dari musuhnya (predatornya).


ASAL MULA TIMBULNYA MASALAH LINGKUNGAN HIDUP
  • Diawali pada bulan April 1968, sejumlah 30 orang ahli dari segala penjuru dunia berkumpul di Acadenua dei Lincei, Roma atas undangan untuk membahas masalah lingkungan hidup.
  • Pada akhir tahun 1960-an dan awal 1970- kekawatiran tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merusak lingkungan.
  • Juni 1972 di Stockholm (Swedia), sejumlah 113 utusan negara dari badan dunia yaitu PBB hadir pada pertemuan yang membicarakan masalah lingkungan hidup yang disebut dengan “UN Conference on Human Environment” yang kemudian dikenal dengan “Stockholm Conference”, atau “Hari Lingkungan Hidup dan ditetapkan pada tanggal 5 Juni 1972.”
  • Begitu pula di Bali telah dilangsungkan Konperensi yang berhubungan dengan Lingkungan hidup pada bulan Oktober 1982 dan merupakan tindak lanjut dari Konperensi di Stockholm, yang kemudian Indonesia mempunyai UULH.
  • Dewasa ini seluruh negara-negara di dunia menganggap bahwa lingkungan hidup manusia sudah semakin terganggu dan terus mengalami kerusakan, untuk itu masalah lingkungan hidup perlu mendapat pemecahan dan penanggulangan serta pengelolaan secara serius. Pengelolaan lingkungan mutlak perlu demi masa depan umat manusia sendiri.
TUJUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
  1. Tercapainya keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungan
  2. Terkendalinya pemanfaatan secara bijaksana dan lestari sumberdaya.
  3. Terwujudnya manusia sebagai pembina lingkungan hidup.
  4. Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan.
  5. Terlindunginya negara terhadap dampak kegiatan di luar wilayah negara terhadap lingkungan.

YG DIHADAPI LINGKUNGAN SEKARANG
  • Over population, too many people dan reproducing too quickly.
  • Depletion (penipisan), eroding the basis life.
  • Pollution (pencemaran), defilling the land, air, and water.
  • The human failing (kemunduran), a crisis of spirit
Ekologi sbg dasar Ilmu Lingkungan

Inti masalah lingkungan adalah hubungan antar makhluk hidup khususnya manusia dan lingkungannya.
Ilmu yang mempelajari hubungan makhluk hidup dengan lingkungan tersebut disebut “Ekologi”

Tingkatan Organisme/Spesies
Makhluk hidup atau organisme/spesies memiliki tingkat organisasi yang berkisar dari tingkat yang paling sederhana ke tingkat yang paling kompleks.
  1. Protoplasma : Adalah zat hidup dalam sel dan terdiri dari senyawa organik yang kompleks, seperti lemak, protein, dll.
  2. Sel : Adalah satuan dasar suatu organisme dan terdiri atas protoplasma dan inti yang terkandung dalam membran.Membran adalah pemisah dari satuan dasar lainnya.
  3. Jaringan : Adalah kumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi tertentu, misalnya jaringan otot, jaringan otak, dll.
  4. Organ : Adalah alat tubuh yang merupakan bagian dari suatu organisme yang mempunyai fungsi tertentu, misalnya kaki, telingga, tangan pada manusia, akar, daun, batang pada tumbuhan, dll.
  5. Sistem organ : Adalah kerjasama antara struktur dan fungsional yang harmonis, misalnya kerjasama antara mata dengan telinga, kaki dengan tangan, dll.
  6. Organisme : Adalah suatu benda hidup, jasad hidup, atau makhluk hidup/spesies.
  7. Populasi : Adalah kelompok organisme sejenis yang hidup dan berbiak pada suatu daerah tertentu, misalnya populasi banteng, kijang di Taman Nasional Baluran. Populasi Manusia di Jakarta, dll.
  8. Komunitas : Semua populasi dan berbagai jenis yang menempati suatu daerah tertentu, antar populasi saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, misalnya harimau dengan kijang, ular dengan tikus, burung elang dengan ular, dll.
  9. Ekosistem : Adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan hubungan timbal balik yang kompleks antara organisme dan lingkungannya, baik unsur tidak hidup maupun unsur hidup (ekologi).
  10. Biosfeer : Adalah lapisan bumi tempat ekosistem beroperasinya, atau organisme hayati yang paling kompleks.
PEMBAGIAN EKOLOGI
  1. Autekologi : adalah ekologi yang mempelajari suatu jenis (spesies) organisme yang berinteraksi dengan lingkungannya, biasanya tekanannya pada aspek siklus hidup, adaptasi, sifat parasitis, dll.
  2. Sinekologi : Ekologi yang mengkaji berbagai kelompok organisme sebagai suatu kesatuan yang saling berinteraksi dalam suatu daerah tertentu, ekologi jenis, ekeologi populasi.
Ekologi menurut habitat
  • Bahari atau kelautan.
  • Perairan tawar.
  • Darat atau terestrial.
  • Ekologi estuaria (muara sungai).
  • Padang rumput.

Ekologi (taksonomi)
  • Ekologi tumbuhan.
  • Ekologi hewan binatang, serangga dan burung.
  • Ekologi mikroba/jasad renik.

Asas ekologi
  • Dimanapun suatu organisme ada tidak akan dapat hidup mandiri, untuk hidupnya suatu organisme memerlukan organisme lain atau lingkungannya.
  • Lingkungan diperlukan organisme untuk makan, lindungan, pertumbuhan, kembang-biak, dll.
Konsep Ekosistem

Adalah suatu kawasan alam yang di dalamnya tercakup unsur-unsur hayati dan non hayati, keduanya berhubungan timbal balik.

Unsur ekosistem
  1. Autotrofik, adalah suatu organisme yang mampu menyediakan atau mensintesis makanannya sendiri yang berupa bahan organik dengan
  2. Heterotrofik, adalah organisme yang mampu memanfaatkan hanya bahan-bahan organik sebagai bahan makanannya, bahan tsb disintesis oleh organisme lain.
Komponen ekosistem

1. Bahan tak hidup (abiotik) adalah komponen fisik dan kimia yang terdiri atas, air, tanah, udara, sinar matahari, yang merupakan medium atau subtrat untuk berlangsungnya kehidupan
2. Produsen, organisme autotrofik yang umumnya tumbuhan berklorofil, mensintesis makanan dari bahan anorganik sederhana.

(Materi ini pernah diberikan pada MABIM Tahun 2009)

Kredit foto :
Plantagama.faperta.UGM

Februari 25, 2010

Kegiatan di Alam Terbuka, saat ini sudah mulai berkembang, kegiatan yang didasari minat atau hobi ini memang selain mengandung unsur pengetahuan, olah raga dan rekreasi tapi juga mengandung unsur resiko yang cukup tinggi.
Kegiatan di Alam Terbuka apapun bentuknya seperti Penjelajahan Rimba atau Pendakian Gunung, Panjat Tebing, Penyelusuran Goa / Caving, Arung Jeram dan lain sebagainya yang bersifat petualangan, dapat dikembangkan untuk tujuan tertentu, seperti ; survey dan penelitian serta pengembangan wisata, juga selain itu aktivitas kegiatan di alam terbuka ini dapat dikembangkan sebagai media untuk mendidik diri ( outbound ).

Usaha pengembangan kegiatan di alam terbuka saat ini telah banyak dirintis oleh berbagai Perhimpunan penggiat alam terbuka, juga oleh berbagai lembaga baik dari pemerintah, sipil dan militer maupun pihal swasta telah banyak membantu mengembangkannya.
Berbagai penerbitan, seperti surat kabar dan majalah bahkan media elektronik seperti TV banyak menyisipkan ‘lembaran-lembaran tulisan atau tayangan kegiatan kepencintaalaman’ secara berkala.
Usaha untuk mengembangkan, memproduksi dan memasarkan perlengkapan yang dibutuhkan dalam aktivitas inipun juga telah dirintis oleh perusahaan-perusahaan dalam negeri.

Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan di alam terbuka tentunya harus didasari pemikiran bahwa kegiatan ini bermanfaat bagi pembentukan diri.
Untuk hal itu, sistem pelatihannyapun harus dikemas secara terencana, dengan ‘setting’ suatu kondisi dimana peserta pelatihan terlibat aktif secara fisik dan mental.

ALAM TERBUKA SARANA MENDIDIK DIRI

Perlu disadari, berkegiatan di alam terbuka apapun kegiatannya kesemuanya mengandung resiko, penggiat kegiatan di alam terbuka akan berinteraksi secara langsung dengan alam, dimana para penggiat itu akan menghadapi suatu ‘perubahan’ dari kondisi hidup normal ke kondisi tidak normal.
Adanya ketidakpastian menghadapi resiko berkegiatan di alam terbuka serta perubahan kondisi dari kehidupan normal, akan mengakibatkan timbulnya ‘bahaya’ ( subjective danger ) bagi para penggiatnya, seperti misal ; fisik yang tidak sehat karena tidak dipersiapkan, tidak membawa perbekalan dan peralatan yang memadai, tidak terencana sehingga mengakibatkan timbulnya kesalahan yang datang dari dirinya sendiri.
Namun sebetulnya bahaya ini dapat dikurangi dengan usaha-usaha meningkatkan keterampilan diri dalam penguasaan pengetahuan teknik hidup di alam terbuka pada khususunya, serta kemampuan dan pengalaman.
Usaha untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan ini mempunyai manfaat bagi
‘pembentukan karakter’ dan ‘pengenalan diri’ , baik berupa kelemahan maupun kelebihan yang ada pada diri itu sendiri.
Secara luas, yang dapat dirasakan manfaatnya secara langsung dari kegiatan ini, a.l ;

• Aspek Fisik
Berkegiatan di alam terbuka mensyaratkan suatu keharusan fisik atau jasmani yang sehat. Sehat disini dalam arti dinamis, penggiat akan terlatih dari segi daya tahan jasmani ( endurance ), kekuatan ( power ), kebugaran dan kecepatan atau cepat tanggap dalam bereaksi.

• Aspek Mental
Mental yang tangguh akan didapat dari suatu pelatihan di alam terbuka, khususunya bila si penggiat sudah sangat menguasai pengetahuan atau skill serta keterampilan teknik hidup di alam terbuka. Dan Aspek ini mencakup sifat berani, tabah, ulet, cekatan, setia kawan dan lebih jauh lagi dapat memupuk rasa cinta alam, berjiwa patriotisme serta propesionalisme.

• Aspek Intelegensia, Pengetahuan dan Keterampilan
Kegiatan di alam terbuka memerlukan pengetahuan dan keterampilan tertentu. Dalam aspek ini dengan sendirinya penggiat menjadi terlatih karena menyangkut keterampilan dan teoritis-teoritis, maka intelligence pelaku / penggiat akan selalu terasah dan terlatih.


PANDANGAN ORGANISASI PERHIMPUNAN PENDAKI GUNUNG ATAU PENCINTA ALAM TERHADAP KEGIATAN DI ALAM TERBUKA.

Tujuan organisasi atau perhimpunan dapat dijabarkan dalam ruang lingkup perjalanan, integrasi dengan penduduk / masyarakat dan perlindungan alam atau konservasi.
Contoh : beberapa organisasi perhimpunan Pendaki Gunung / Pencinta Alam yang ada, kegiatan di alam terbuka bagi organisasi / perhimpunannya itu merupakan ‘media’ atau ‘sarana’ untuk mendidik diri khususnya bagi anggotanya agar tujuan organisasinya bisa tercapai.
Pengembaraan atau berpetualang di gunung-gunung dan hutan / rimba yang lebat, jurang serta tebing terjal, bergumul dengan arus deras, riam dan jeram disungai - disadari atau tidak akan memberi pengaruh pada bentuk karakter pribadi seseorang.
Berbagai rintangan yang dihadapi di alam petualangan atau pengembaraan akan membuat orang menjadi lebih tabah dan tidak mudah putus asa.
Di tengah kebesaran alam dengan segala keindahannya yang penuh dengan resiko, seorang petualang atau pencinta alam maupun pendaki gunung akan semakin menyadari ke-Agungan Sang Penciptanya.
Pertemuan dan pergaulan timbal balik dengan penduduk pedesaan di sudut-sudut pelosok tanah air, akan membina sifat rendah hati, menumbuhkan kasih sayang dan akan memperdalam rasa cinta bangsa dan tanah air.
Kegiatan ilmiah, kegiatan dharma bakti ataupun kegiatan ‘kemanusiaan’ dan perlindungan alam atau korservasi bagi penggiatnya adalah merupakan sumbangsih untuk Negara.
Dan sumbangan pokok bagi organisasi PG / PA yang bersifat tidak langsung adalah : pemberian ‘bekal’’ kepada anggotanya yang akan terjun di tengah masyarakat untuk melaksanakan pengabdiannya di bidang masing-masing.
Dengan demikian, pendidikan dan penguasaan teknik hidup di alam terbuka serta berkegiatan di di alam terbuka sebenarnya banyak manfaatnya bagi diri kita.


J.Bongkeng@
(Djukardi 'Bongkeng' Adriana. Beliau salah satu Anggota senior Wanadri (Instruktur&penggiat) di bidang GUNHUT)


Thanks to Deni Rahadian (HNG)

Februari 24, 2010


Pulau Sempu, adalah sebuah pulau kecil yang terletak di sebelah selatan Pulau Jawa. Pulau ini berada dilindungi oleh pemerintah. Dalam pulau ini nyaris tidak ditemukan mata air payau. Secara geografis, Pulau Sempu terletak diantara 112° 40' 45? - 112° 42' 45? bujur timur dan 8° 27' 24? - 8° 24' 54? lintang selatan. Pulau itu memiliki luas sekitar 877 hektar, berbatasan dengan Selat Sempu (Sendang Biru) dan dikepung Samudera Hindia di sisi selatan, Timur dan Barat.

Daya tarik pulau ini adalah pantainya yang masih jarang dijamah manusia dan danau yang ada di tengah pulau yang disebut segara anakan yang terbentuk
akibat arus pasang samudera hindia. Perjalanan akan dimulai setelah menyebrang dari Sendang biru (pelabuhan di malang), untuk mencapai pantai – pantai yg terdapat di pulau sempu tersebut dan danau segara anakan kita harus berjalan kurang lebih 3 jam menuju ke selatan.


Keanekaragaman fauna di Pulau Sempu masih banyak dijumpai beragam jenis burung langka seperti elang jawa (Spizaetus Bartelsi), julang emas (Aceros Undulatus), dara laut putih (Gygis Alba), rangkok badak (Buceros Rhinoceros), pelatuk ayam (Dryocopus Javavensis), kangkareng perut putih (Anthracoceros Albirostris), cekakak jawa (Halcyon Cyanoventris), dan masih banyak lainnya.

Adanya penemuan ini membawa sinyal positif bagi kawasan alam itu, untuk dijadikan tempat rujukan bagi yang ingin beredukasi tentang cagar alam. "Pulau Sempu adalah sebuah cagar alam yang sangat cocok bagi kehidupan satwa liar dan mempunyai konservasi tinggi," urai Asep Rahmat Purnama, Direktur Eksekutif ProFauna Indonesia.


Pesona cagar alam lainnya yang ada di Pulau Sempu adalah adanya beragam keunikan alam dan kekayaan hayati, yang bisa diperuntukan bagi penelitian dan ilmu pengetahuan. Sedangkan ekosistem di Pulau Sempu sangat lengkap, yaitu ekosistem hutan bakau, hutan pantai, hutan hujan dataran rendah, dan danau.


Berdasarkan data dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur, Cagar Alam Pulau Sempu ini memiliki kekayaan flora, fauna, serta memiliki keunikan tersendiri di dalamnya. Di kawasan Cagar Alam Pulau Sempu itu setidaknya memiliki sekitar 223 jenis tumbuhan yang tergolong dalam 144 marga dan 60 suku. Dari 60 suku telah diketahui lima suku yang memiliki jumlah individu, jenis dan marga yang relatif cukup banyak. Kelima suku itu adalah Moraceae, Euphorbiaeceae, Anacardiaceae, Annonaceae, dan Sterculiaceae.
Sedangkan untuk jenis fauna ada sekitar 51 jenis yang terdiri dari 36 jenis aves, 12 jenis mamalia dan tiga jenis reptil. Adapun yang paling sering dijumpai di antaranya babi hutan (Sus Scopa), kera hitam (Presbytis Cristata), belibis (Dendrosyqna Sp), lutung jawa (Trachypithecus Auratus), kukang (Nycticebus Coucang), macan tutul (Panthera Pardus), burung rangkong (Buceros Undulatus) dan berbagai jenis lainnya.

Pulau Sempu dapat ditempuh dari Malang melalui Pantai Sendang Biru, dan penyeberangan menggunakan perahu nelayan, serta mendapat perijinan di pos penjagaan sendang biru. Dan berikut rute yang dapat ditempuh dari Surabaya-Malang- Pulau Sempu :



1. Dari Arah Surabaya Jawatimur ke Malang : Rata-rata Surabaya-Malang= 2 jam Kendaraan bermotor maupun kendaraan umum.
2. Dari Malang : Rekomendasi menggunakan sepedamotor,supaya bisa menikmati perjalanan . Rute : Malang- turen-sendangbiru. dengan angkutan umum.


Perjalanan ke Pulau Sempu, dapat ditempuh dari kota Malang menaiki kendaraan umum. Sampai pelabuhan Sendangbiru, yang merupakan pintu gerbang masuk pulau sempu. Perlu diketahui, Sendangbiru merupakan suatu pelabuhan nelayan di Malang selatan, dan tentunya mayoritas matapencaharian penduduk sekitar adalah nelayan. Biaya masuk Sendangbiru rp 4000 per orang dan biaya ijin masuk pulau sempu rp 5000 per orang yang pembayarannya kita lakukan di pos penjagaan di dekat pelabuhan Sendangbiru. Penyebrangan menggunakan kapal nelayan yang bisa disewa 75 ribu per kapal ( muat 15 orang).


Mari - mari kita ke Pulau Sempu yang konon pantainya tak kalah dengan bali, puket thailand,...


Bagi yang berminat rencananya tanggal 30 Maret – 2 April akan ada perjalanan ke sana


Hub : Theo (BNP) : 08176010331


Sumber: Wikipedia


Kredit Foto :

http://lintanglelana.blogspot.com/2009/05/sempu-island.html

http://privatebrian.wordpress.com/2007/07/18/segara-anakan-so-called-laguna-2/

http://mat-celor.blog.friendster.com/2009/02/pulau-sempu-segara-anakan/



Februari 23, 2010


Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) akan mengembangkan penangkaran badak jawa (Rhinoceros sondaicus) di blok Gunung Honje seluas 3.000 hektar tahun 2011 dan dipastikan tahun 2015 sudah memiliki keturunan, kata pejabat TNUK.

"Penangkaran badak jawa itu akan dijadikan taman marga satwa dunia (TMSD) dan bisa mendongkrak pengunjung domestik maupun mancanegara," kata Kepala Bagian Humas TNUK Enjat Sudrajat.

Ia mengatakan, penangkaran ini bekerja sama dengan Yayasan Badak Indonesia (YABI) dan sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) dunia juga akan membantu, seperti dari Executive Director International Rhino Foundation Susie Eliis, Kimsei Vier (Tulsa Zoo), dan Ruchweet (Miami). Mereka akan membantu penangkaran pengembangbiakan badak bercula satu yang langka di dunia itu.

Saat ini, kata dia, diperkirakan populasi badak jawa di TNUK lebih kurang hanya 60 ekor. "Dengan penangkaran ini diharapkan jumlah populasi badak bercula satu bertambah," katanya.

Selama ini, kata dia, habitat populasi badak jawa berada di lahan seluas 38.000 hektar kawasan TNUK, termasuk Gunung Honje. "Saya kira bila di lokasi Gunung Honje tentu sangat cocok selain tersedia pakannya, juga lokasi tidak berjauhan," katanya.

Menurut dia, dengan upaya pelestarian badak jawa ini, diharapkan Pemerintah Provinsi Banten dan Kabupaten Pandeglang harus mendukung karena dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat juga bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru. Apalagi, kata dia, satwa badak jawa sudah dijadikan maskot Pemerintah Kabupaten Pandeglang.

Pengembangbiakan satwa langka di dunia ini melibatkan sejumlah peneliti dari beberapa negara untuk mengadakan konservasi di habitatnya di kawasan hutan TNUK, katanya. Bahkan, para donatur dari Amerika Serikat sudah siap memberikan bantuan untuk penangkaran pengembangbiakan badak jawa itu di TNUK.


Bantuan tersebut dipergunakan untuk biaya operasional konservasi, monitoring, serta perlindungan badak. "Saya kira diperkirakan biaya penelitian ini memakan biaya cukup besar," katanya.

Selama ini, kata Enjat, di dunia peneliti genetik badak masih sangat kecil, apalagi satwa itu pemalu dan sulit ditemukan di habitatnya. Oleh karena itu, pihaknya harus hati-hati dengan program penelitian karena saat ini populasi badak jawa di TNUK hanya 60 ekor.

"Jika penangkaran itu berhasil, tentu pengunjung bisa melihat langsung kehidupan badak sebab saat ini warga belum mengetahui keberadaan badak jawa itu," kata Enjat Sudrajat.

Sekretaris Yayasan Badak Indonesia Agus Darmawan mengaku optimististis penangkaran pengembangbiakan akan suskes dan terwujud tahun 2011 karena melibatkan tim peneliti yang mengetahui persis karakteristik badak. Saat ini, lanjut dia, populasi badak yang ada di dunia sebanyak lima spesies, yakni badak hitam (Diceros bicornis), badak putih (Ceratotherium simum), badak india (Rhinoceros unicornis), badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), dan badak jawa (Rhinoceros sondaicus).

"Saya yakin TNUK akan berhasil mengembangbiakkan badak jawa," katanya.


PANDEGLANG, KOMPAS.com

Kredit Foto
harjofiles.wordpress
kbmwbu.jawatengah.go.id
rhino-irf.org

Februari 22, 2010


Bagi mereka yang belum pernah menjejakkan kaki di punggungan lereng Gunung Papandayan, tentu akan terheran-heran ada apa dengan gunung yang terletak disisi selatan Kabupaten Garut, Jawa Barat, ini. Tampak jelas kondisi lereng dan sebagian titik puncak gunung berketinggian 2.665 m di atas permukaan laut itu seperti baru saja tergerus. Hamparan pecahan batu, mulai dari terkecil hingga bongkahan besar berserak menjejali jalur jalan setapak ke arah puncak dan ke lokasi perkemahan Pondok Seladah.

Tak jauh beda dengan lokasi wisata peninggalan sejarah Candi dan Situ Cangkuang. Peninggalan abad ke 16 ini bagai terserak tanpa perhatian. Meski candi terlihat bersih, karena masih ada warga sekitar yang rajin menyapu dan mempertahankan budaya ziarah ke makam Eyang Arif Muhamad (ada di area candi), Situ Cangkuang yang harusnya bikin cantik lokasi wisata itu, justru tampak kurang terawat.

Masalah pendangkalan akibat lumpur serta tanaman liar dan teratai yang tumbuh subur terlihat di situ tersebut. Bahkan, ada sebagian lahan situ yang dangkal sudah dijadikan lahan bertani oleh sebagian besar penduduk di Cangkuang. Meski demikian, dua lokasi wisata yang sedang digagas oleh Pemerintah Kabupaten Garut sebagai tujuan utama peta wisata Garut, ini masih bisa dinikmati, baik kesejukan dan keindahannya. Dingin yang merayapi tubuh di saat mulai menapaki jalur ke kawah Papandayan, jadi kenikmatan yang tidak terlupakan.

Melihat batu-batu berserakan di sepanjang jalur ke kawah Papandayan, sepintas seperti tidak mungkin untuk ditapaki dan dinikmati. Justru dengan menapaki jalur yang tak seperti jalur jalan kaki itu, banyak sekali sensasinya. Paling tidak, jika tak terlalu kuat sampai ke puncak tiga atau dua yang ada di ketinggian 2.200 m dan 2.300 m, sudah bisa disaksikan sejumlah titik baru tempat munculnya sumber belerang dan kawah-kawah kecil. Itulah yang muncul dari sisa-sisa kemegahan Papandayan usai longsor dan meletus di akhir tahun 2002.

"Dulu sebelum meletus yang bikin longsor sebagian bukit-bukit ini, kawah yang ada ukurannya besar. Kemudian, longsor yang seluruhnya adalah batu-batu dari dinding gunung itu menutup bagian kawah dan titik-titik lokasi belerang. Nah, setelah hampir dua tahun dari bagian longsoran muncul kawah baru dan titik belerang, tetapi ukurannya tidak besar. Meski yang ada sekarang ini kecil-kecil, jumlahnya belasan. Bahkan, ada titik belerang dan kawah yang muncul dari dinding batu runtuhan. Nggak terlalu kelihatan, tetapi tunggu dan dengarkan nanti pasti ada suara gemuruh kecil dan asap," kata Ade Nadin (51), pemandu wisata yang juga penduduk asli di Papandayan.

Kawasan wanawisata Gunung Papandayan yang terletak di Kecamatan Cisurupan, ini terletak 28 km arah selatan Garut. Gunung ini merupakan salah satu tujuan wisata pendakian dan berkemah bagi mereka yang suka dengan kegiatan alam bebas. Meski jalur pendakian dari Desa Sinarjaya dan Kramatwangi tak mulus, namun masih dapat dinikmati pemandangan batu-batu berserakan yang warnanya agak keemasan. Langkah kaki yang agak terambat lantaran batu-batu yang terjal bakal terobati ketika sudah sampai ke sejumlah titik di mana dapat disaksikan keindahan danau kawah kecil yang masih menggelegak berwarna abu-abu, yang bernama Balagadama.

Harus diingat, menikmati kawah yang masih menggelegak dengan suhu 400 derajat Celcius itu juga harus tetap hati-hati. Apalagi dari dekat. Sebab, ada sejumlah jalur di sekitar danah kawah itu yang datarannya labil alias bisa ambles tiba-tiba. Karena itu, saat hendak manikmati indahnya lokasi belerang dan kawah ada baiknya menggunakan jasa pemandu, supaya tidak salah jalan. Untuk menggunakan jasa pemandu tidak terlalu mahal, apalagi jika rombongan. Ongkos per orang adalah Rp 50.000 sekali jalan, Sedangkan untuk rombongan antara Rp 250.000 - Rp 300.000. Dengan pemandu, perjalanan bisa diatur supaya sampai ke puncak salju (karena permukaannya dipenuhi abu bekas letusan) dan padang bunga edelweiss. "Bisa melihat dari dekat titik belerang dan kawah, seperti Balagadama ini. Tetapi, yang harus kuat ditahan cuma nafas aja. Karena, seringkali ada angin kencang yang arahnya berubah-ubah. itu meniup asap dari titik belerang. Buat yang nggak kuat baunya bawa penutup hidung. Yang penting sih bawa air putih kalau nanti batuk-batuk," jelas sang pemandu. Meskipun tinggal runtuhan dari dinding gunung, namun Papandayan masih layak dinikmati. Tidak perlu terburu-buru untuk sampai puncak demi melihat edelweis. Jalan kaki dengan kecepatan langkah biasa, cuma makan waktu sekitar dua jam. Dengan istirahat dan potret sana-sini, bisa tiga jam. Hasilnya, memandang Garut dari salah satu sisi puncak. Menjelang sore, turun dari sana puncak. Jika hujan baru saja usai, ada tambahan atraksi, yaitu munculnya pelangi yang melingkari puncak gunung Cikuray.




WARTA KOTA Celestinus Trias HP.

Februari 17, 2010


Berhiaskan gunung-gunung yang menghampar di setiap sudutnya menjadikan kota Garut memikat hati para pelancong untuk singgah. Kontur pegunungan yang eksotis dengan balutan tanah yang subur membuat Garut menjadi primadona wisata sejak zaman Belanda.

Tercatat dalam tahun 1910, Officieel Touristen Bureau, Weltevreden menyebut Garut sebagai Paradijs van het Oosten (surga dari timur). Di era tersebut berbagai fasilitas penunjang untuk memudahkan akses kunjungan dibangun seperti jalur kereta api yang menghubungkan Stasiun Cibatu dan Stasiun Cikajang. Keindahan alam dan keramahan penduduk lokal menjadikan Garut mendapatkan julukan Swiss van Java oleh Charlie Caplin dalam dua lawatannya pada tahun 1927 dan 1933. Bahkan Ratu Belanda, Wilhelmina-pun pernah mempunyai tempat peristirahat di kota ini.


Lanskap Pegunungan


Jajaran pegunungan yang mengepung kota Garut seperti Gunung Guntur, Cikuray dan Papandayan menjadikan bentang alam yang menawarkan adrenalin bagi pelacong untuk menjamahnya. Mendaki menjadi pilihan utama bagi para pelancong yang tidak ingin kehilangan setiap momen yang lewat. Menginjakkan kaki ke kaldera terluas di kawasan Asia Tenggara, Gunung Papandayan bisa menjadi pilihan liburan yang menantang bagi mereka yang rindu akan kebebasan dari rutinitas kantor maupun aktivitas pekerjaan. Semerbak bau belerang lngkap lanskap alamnya, Papandayan sungguh sayang kalau dilewatkan begitu saja dalam daftar liburan.


Gunung yang terletak 29 km dari Kabupaten Garut, Jawa Barat tepatnya di Kecamatan Cisurupan. Papandayan memiliki ketinggian 2.622 meter di atas permukaan laut. Gunung yang masih aktif ini terakhir meletus pada November tahun 2002. Kawasan wisata gunung Papandayan sangat cocok untuk para pendaki pemula, Selain tidak banyak membutuhkan persiapan yang lengkap seperti para pendaki profesional (pecinta alam). Kontur tanah Papandayan yang landai telah membentuk jalur pendakian yang aman sehingga memudahkan siapa pun untuk mendaki hingga mencapai bibir kawah. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum memulai pendakian.


Persiapan Pendakian


Pakailah sepatu yang mempunyai cengkraman yang kuat, jangan memakai sandal sekali pun sandal tersebut sandal gunung. Bawalah masker atau handuk untuk menutup hidung saat bau belerang terasa menyengat hidung bisa sekali-kali membasahi handuk dengan air mineral yang dibawa agar berfungsi sebagai filter oksigen. Perhatikan arah angin yang berhembus, sebisa mungkin berjalan searah dengan angin. Mantel ataupun payung juga jangan sampai ketinggalan. Cuaca yang tidak menentu bisa menyelamatkan tubuh anda dari basah kuyup maupun peralatan memotret dari kerusakan. Dan yang penting bagi para pelancong, mintalah izin kepada warga setempat yang tinggal di bawah. Galilah informasi awal untuk mengenal medan pendakian, karena bagaimanapun mereka lah yang mengenal situasi terkini dari Gunung Papandayan.


Dari pemukiman penduduk inilah, pendakian dimulai. Tak seberapa jauh para pelancong sudah disambut pohon suwagi, vegetasi pegunungan yang lumrah ditemui di ketinggian tertentu. Sungai yang mengalir di sebelah kiri jalur pendakian dan tebing tinggi sebelah kanan mendominasi pandangan mata para pelancong saat mendaki. Dibutuhkan waktu sekitar dua jam untuk mencapai bibir kawah. Dua jam pendakian ini sebetulnya sudah termasuk dengan kegiatan snapshot sana-sini dengan kamera yang anda bawa. Karena bagi pendaki profesional waktu tersebut cukup lama, mereka hanya membutuhkan waktu 45 - 60 menit untuk mencapai bibir kawah.


Memandang Lautan Kaldera


Suhu kawah yang masih relatif tinggi di Gunung Papadayan justru menimbulkan ketertarikan tersendiri bagi para pelancong untuk mengamati secara dekat kawah tersebut. Papandayan memiliki sekitar 14 kawah, setiap kawah mengeluarkan asap yang berbeda-beda, ada yang putih dan ada yang berwarna kekuningan. Pascaletusan kawah yang besar (Nagrak) tertimbun longsoran dan membentuk danau yang dari kejauhan berwarna kebiru-biruan. Saat ini terdapat empat kawah baru yang sama-sama mengeluarkan asap sulfur berwarna putih kekuningan. Keempat kawah tersebut masih cukup muda, sehingga sangat berbahaya apabila pelancong tidak berhati-hati. Jauhilah kontur permukaan tanah yang berwarna kekuningan, karena tanah tersebut masih belum kuat.


Setelah puas menikmati asap uap fumarol belerang yang melambung hingga ratusan meter dari dekat. Para pelancong bisa melanjutkan pendakian kembali hingga mencapai Gunung Salju istilah penduduk lokal menamai lokasi tersebut. Dinamakan Gunung Salju karena seluas mata memandang hanya kombinasi antara hamparan endapan debu vulkanik pasca letusan 2002 yang bercampur dengan vegetasi suwagi yang mati mengering. Membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk mencapai lokasi ini.

Jalur pendakian yang cukup curam sedikit memacu andrenalin para pelancong saat menapakkan kaki. Lokasi ini sebagai pilihan yang tepat untuk menikmati lautan kaldera Papandayan seutuhnya. Asap belerang yang membumbung serta lembayung senja dengan latar belakang Gunung Cikuray seolah menikmati sebuah lukisan yang digoreskanNya. Sayang kalau dilewatkan begitu saja, raih kamera anda dan snapshot lah. Untuk menikmati senja di lokasi ini, para pelancong bisa memulai pendakian dari pemukiman warga sekitar pukul 14.00. Dengan estimasi waktu yang tepat serta dukungan cuaca yang baik para pelancong bisa menemukan surganya Garut.


Rute

Bagi pelancong yang memulai perjalanan dari kota Jakarta bisa memilih jalur darat dengan menggunakan bus dengan trayek Jakarta-Garut. Anda bisa naik dari terminal Kampung Rambutan dengan tujuan terminal Guntur, Garut. Ongkos untuk kelas ekonomi sekitar Rp 33.000 sedangkan yang ber-AC Rp 35.000. Sesampainya di terminal Guntur anda bisa melanjutkan perjalanan dengan angkutan mini bus dengan jurusan Cikajang. Anda cukup membayar Rp 5.000 untuk turun di Cisurupan, kemudian perjalanan bisa dilanjutkan dengan menggunakan ojek dengan membayar Rp 20.000 untuk sampai ke pemukiman warga yang digunakan untuk start poin pertama pendakian. Atau kalau berombongan anda bisa menyewa mobil dari Terminal Guntur hingga ke pemukiman warga, sebagai patokan harga anda bisa menawar hingga Rp 250.000 untuk sepuluh orang.


Nah tidak ada salahnya bagi para pelancong untuk menyisipkan kegiatan liburan kali ini dengan mencoba menerobos keindahan Garut, mendaki kawah terluas di Asia Tenggara dan menemukan surga di atas bumi Parahyangan.

(GARUT, KOMPAS.com - Dhoni Setiawan)

Kredit Foto : KOMPAS IMAGES/DHONI SETIAWAN

Februari 15, 2010


"Telaga birunya terbentang tanpa gerakan. Sekali-sekali seekor itik liar mengusik permukaan airnya yang licin, kalau dia menyelam dalam-dalam dan menghilang. Sampai jauh malam saya melihatnya berenang berkeliaran di telaga, dan sekali-sekali mendengar suaranya mengalun diatas air. Di seberang sana, batang-batang kayu besar telah roboh dan terendam didalam air. Berapa tahun sudah batang-batang ini membusuk di dalam air? Diantara dedaunan hijau yang lebat dari pepohonan yang tumbuh tinggi, yang menutupi lereng-lereng gunung di sekitar sini, angin malam berdesis. Sang Rembulan muncul. Setelah sinar matahari, yang dengan tajam menampakkan bentuk-bentuk dari hutan dan telaganya, sinar rembulan mengaburkan semua keadaan. Sekarang puncak-puncak pepohonantidak bergerak dan nampak samar-samar dilangit yang cerah. Di atas punggung-punggung gunung kelap-kelip bintang bergelantungan. Dimuka air telaga Sang Rembulan mulai memainkan sinar peraknya, menerangi bivak kami. Suatu malam tropik yang tenang mengendap diatas telaga gunung, yang sudah berabad-abad terlindung oleh dinding-dinding gunung, dan jarang sekali terganggu ketenangan tidurnya oleh kegaduhan manusia."

Mr. C.W Wormser

Mr. Wormser adalah salah satu penjelajah yang melakukan pendakian gunung-gunung di Jawa. Hampir 30 gunung yang berketinggian daitas 2000 telah dia daki dalam kurun waktu 1920 - 1925. Kutipan diatas adalah salah satu penggambaran perasaannya saat mendaki Gunung Semeru (Smeru), tepatnya saat dia membuat base camp di Ranu Kumbolo. Ranu Kumbolo adalah salah satu dari tiga ranu (danau/telaga) yang ada di kawasan Bromo Tengger Semeru.
Di kawasan ini ada tiga buah ranu yang terkenal, yaitu Ranu Pani, Ranu Regulo dan Ranu Kumbolo. Ranu Pani dan Ranu Regulo adalah dua danau yang saling berdekatan, dimana Ranu Pani merupakan nama desa yang menjadi titik awal pendakian ke gunung Semeru yang paling sering di gunakan.

Pendakian ke Gunung Semeru, biasanya dimulai dari Ranu Pani, disini para pendaki diwajibkan untuk melapor di pos pendakian, membeli tiket, mendaftarkan diri dan barang bawaan. Setelah itu ijin pendakian akan dikeluarkan.
Untuk mencapai Ranu Pani, ada 2 akses, yaitu dari Senduro (Lumajang) atau dari Tumpang (Malang). Jalur ini relatif sepi bagi pendakian karena belum begitu terkenal di kalangan pendaki, Akses transportasi juga masih agak susah dijumpai untuk menuju ke Ranu Pani dari Senduro. Bila kita melewati jalur sini kita bisa menikmati hutan hutan yang masih relatif alami dan tempat persembahyangan agama hindu di Senduro yang merupakan pura terbesar di Jawa. Dari Senduro ke Ranupani membutuhkan waktu sekitar 2-3 jam perjalanan bermotor.

Akses yang paling sering digunakan adalah akses dari Tumpang (Malang). Pendakian dari arah Malang merupakan jalur favorit karena ketersedian akses tranportasi dan akomodasi yang mudah di dapat. Dari Kota Malang perjalanan di lanjutkan menuju ke Tumpang via Terminal Arjosari dengan Angkot selama + 30 menit. Di Tumpang kita bisa langsung naik jeep dengan tarif berkisar Rp.15.000 sampai 25.000,- atau truk yang menuju ke Ranupani. Disini kita bisa juga bermalam di tempat pemilik jeep bila kita kemalaman dan besoknya melanjutkan perjalanan. Logistik bisa di dapat di sini serta sarana telepon juga sudah banyak.

Puncak Gunung Semeru (Mahameru) dapat terlihat dengan jelas dari Kota Malang dan beberapa tempat lainnya dengan bentuk kerucut yang sempurna, tapi pada kondisi yang sebenarnya di puncak berbentuk kubah yang luas dengan medan beralun disetiap tebingnya. Kawah Jonggring Saloko pada tahun 1913 dan tahun 1946 mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran lava kebagian selatan daerah Pasirian, Candipura dan Lumajang.


Dari Tumpang perjalanan dilanjutkan ke Ranu pani dengan melewati Gubuklakah, yang merupakan Desa penghasil apel lalu Ngadas, Tempat Suku tengger bermukim serta Jemplang–Bantengan ( Disini pemandangan ke Gunung Bromo nampak bagaikan hamparan permadani bila awal musin hujan mulai atau akan berahkir) . Perjalanan Tumpang ke Ranu pani membutuhkan waktu sekitar 4–5 jam.

Ranu Pani (2000 m dpl) adalah sebuah dusun terahkir perjalanan bermotor dengan luas 279 Ha. Ditempat ini terdapat Pos Pemeriksaan Pendaki Gunung dan fasilitas yang ada berupa Pondok Pendaki, Pondok Penelitian, Pusat Informasi dan Kantor Resort, Wisma Cinta Alam, Wisma tamu dan Bangunan Pengelola.

Dari Ranu Pani perjalanan dilanjutkan menyusuri jalan beraspal sepanjang ½ kilometer menuju jalan setapak pendakian menuju ke Ranu Kumbolo (2.390 m dpl). Melewati tanah pertanian daerah Watu Rejeng perjalanan menanjak di mulai. Disekitar perjalanan jalan ada yang tertutup oleh pohon tumbang/roboh ke jalan sehingga sesekali kita merayap di bawah tumbuhan rubuh. Nuansa perjalanan banyak dijumpai penduduk yang mencari kayu bakar serta burung di sepanjang route perjalanan.

Jarak dari Ranu Pani ke Watu Rejeng sekitar 5 Km dengan waktu temput 90 menit. Lalu untuk sampai di Ranu Kumbolo membutuhkan waktu 90 menit dengan jarak 5 km. dan di Ranu Kumbolo kita bisa bermalam. Total Perjalanan dari Rani Pani Ke Ranu Kumbolo 3–4 jam perjalanan dengan jarak sekitar 10 Km.

Ranu Kumbolo (2.390 m dpl) merupakan lembah dan terdapat danau/ranu yang luasnya 12 ha. Daerah ini tempat peristirahatan yang memiliki pemandangan dan ekosistem dataran tinggi yang asli. Panorama alam di pagi hari akan lebih menakjubkan berupa sinar matahari yang terbit dari celah – celah bukit menunjukan warna – warni yang membuat di sekitar danau berwarna kemerah–merahan dan kekuningan, ditambah uap air diatas danau seakan-akan keluar dari danau tersebut. Fasilitas yang terdapat disini berupa Pondok Pendaki dan MCK untuk istirahat dan memasak serta berkemah. Di daerah ini terdapat Prasasti peninggalan jaman purbakala dn diduga merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit.

Dari Ranu Kumbolo kita bisa menuju ke Pangonan Cilik yang merupakan sebuah nama untuk kawasan padang rumput yang terletak di lembah Gunung Ayek-Ayek yang terletak tidak jauh dari Ranu Kumbolo. Asal usul tersebut oleh masyarakat setempat dikarenakan kawasan ini mirip dengan padang penggembalaan ternak (pangonan). Daya tarik dari kawasan ini merupakan lapangan yang relatif datar ditengah-tengah kawasan yang disekitarnya dengan konfigurasi berbukit-bukit gundul yang bercirikan rumput sebagai type ekosistem asli, sehingga memberikan daya tarik tersendiri untuk dikunjungi.

Setelah dari Ranu Kumbolo perjalanan diteruskan ke Kalimati. Melewati Tanjakan Cinta, yang merupakan tanjakan yang lumayan memeras tenaga dan diteruskan melewati Savana Oro-oro ombo (30 menit). Daerah ini merupakan padang rumput luasnya + 100 Ha berada pada sebuah lembah yang dikelilingi bukit–bukit gundul dengan tipe ekosistem asli tumbuhan rumput, lokasinya berada dibagian atas tebing yang bersatu mengelilingi Ranu Kumbolo. Padang rumput ini mirip sebuah mangkuk dengan hamparan rumput yang berwarna kekuningan, kadang – kadang pada beberapa tempat terendam air hujan.

Perjalanan diteruskan ke Kalimati yang memerlukan waktu sekitar 3–4 jam perjalanan pendakian dan diteruskan melewati Padang Rumput–Jambangan. Di Kalimati kita dapat bermalam dengan fasilitas Pondok pendaki dan kebutuhan air untuk memesak dapat diambil dari Sumber Mani ( 15 Menit). Perjalanan dari Ranu Kumbolo menuju Kalimati memerlukan waktu sekitas 4-5 jam perjalanan pendakian.


Setelah dari Kalimati kita menuju ke Arcopodo (2-3 jam). Arcopodo merupakan daerah yang berada dilereng puncak Gunung Semeru dan dapat digunakan untuk mendirikan tenda guna mencapai puncak Mahameru. Pagi hari setelah bermalam dari Kalimati atau Arcopodo perjalanan pendakian kita lanjutkan menuju ke puncak Jonggring Saloko dengan melewati tanah berpasir dengan kemiringan hampir 60 – 70 derajat. Diperlukan kewaspadaan khusus dalam melewati medan ini karena banyak batu – batu yang longsor oleh angin atau pendaki di atas kita. Perjalanan Arcopodo ke Puncak membutuhkan waktu 3-4 jam perjalanan pendakian.

Mahameru, adalah sebutan terkenal dari puncak Gunung Semeru dengan ketinggian ± 3.676 meter diatas permukaan laut (mdpl), menempatkan diri sebagai gunung tertinggi di Pulau Jawa.
Puncak Mahameru atau Puncak Jonggring Saloko memiliki keunikan pada setiap 10 – 15 menit sekali menyemburkan abu dan batuan vulkanik yang didahului semburan asa berwarna hitam kelam membumbung tinggi ke angkasa raya seakan – akan menyelimuti seluruh puncak. Suhu di puncak Mahameru kadang–kadang 0–4 derajat celcius yang disertai kabut yang tebal dan badai angin.


"Cuaca cerah. Di sana terletak pantai utara dan selatan Jawa. Laut Jawa yang maha luas terhampar jauh sampai ke horison. Ketakterbatasan Lautan Hindia terhampar sampai jauh tak berhingga. Ke arah timur nampak plateu-plateu dari G. Tengger dan G. Ijen yang hebat.Dn di sebelah barat, dari tanah ngarai muncul punak-puncak dari G. Klut dan Kawi dan Arjuno, G. Welirang dan di belakangnya G. Wilis dan lebih jauh lagi G. Lawu. Liwat semua raksasa yang hebat ini terbentang pemandangandan pemandangan diatas dataran-dataran yang rendah dan bayangan dari gunung yang paling hebat ini sekarang sudah menaungi lembah-lembah yang dalam. Gumpalan-gumpalan awan naik dari lembah-lembah. Kabut bereretan liwat sudut-sudut dari bukit yang lebih rendah. Kabut ini menggantung di atas hutan yang hitam dan menyelimuti lembah-lembah. Aneh kelihatannya, terlepas dari tempat menopangnya, G. Arjuno dan G. Welirang seperti menggantung bebas di langit cerah, melayang-layang diatas lautan awan seperti kapuk. Angin mulai membentuk awan-awan menjadi sosok-sosok yang tanpa bentuk.Setiap kali angin meniup membuat lobang-lobang di permadani awan. Lalu liwat lubang dimassa yang kelabu kotor itu, nampak daerah persawahan hijaudan desa-desa yang tersembunyi di bawah pepohonan disinari cahaya yang aneh tapi bagus. Di belakang tepi awan muncul sebuah sungai putih, yang menghilang lagi didalam kabut yang semakin padat. Juga kawah yang dalam, tempat jantungnya G. Smeru berdenyut, mulai diliputi awan. Warna kuning cerah belirang warna kelabu tua dari batu karangnya, diganti warna kelabu merata. Lembahnya senyap, bukit-bukit tertutup gunung-gunung menghilang, kawahnya larut di dalam asap, dan kami berdiri di dalam kabut padat, tanpa sesuatu diatas kami kecuali awan-awan yang berkejaran. Dan lagi datang rasa nikmat dari suatu kemenangan. Kenikmatan Alpen. Lepas dari dunia..."

Mr. C.W Wormser (Kemewahan Gunung-Gunung - 1928)






Sumber :
Kemewahan Gunung-Gunung ;
Mr. C.W Wormser
Global Volcanism Program
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Semeru - Wikipedia
Soe Hok Gie dan Gunung Semeru

Kredit Foto :
http://www.flickr.com/photos/fadilfb
http://www.flickr.com/photos/samatflickr
http://www.flickr.com/photos/samatflickr
http://www.flickr.com/photos/tianyake

Februari 14, 2010


Pada tanggal 26 September 1996, seorang wanita kelahiran Yogyakarta, 6 Juli 1967, anak ke-6 dari delapan bersaudara dari pasangan Marcus Mariun dan Ana Suwarti yang bernama Clara Sumarwati, tercatat sebagai wanita pertama berwarga negara Indonesia dan sekaligus wanita pertama di ASEAN yang mencapai puncak tertinggi di dunia, Gunung Everest. Nama Clara Sumarwati tercatat sebagai penakluk Everest yang ke-836. Nama dan tanggal pencapaiannya tercatat antara lain di buku-buku Everest karya Walt Unsworth (1999), Everest: Expedition to the Ultimate karya Reinhold Messner (!999) dan website EverestHistory.com. Ketiga referensi di atas adalah referensi handal akan segala sesuatu yang berkaitan dengan pendakian gunung di dunia.

Tahun 1990, setelah ia menyelesaikan pendidikannya di Jurusan Psikologi Univ. Atmajaya. Ia memilih bergabung dengan tim ekspedisi pendakian gunung ke puncak Annapurna IV (7.535 mdpl) di Nepal. Januari 1993, Clara bersama tiga pendaki puteri Indonesia lainnya menaklukkan puncak Anconcagua (6.959 mdpl) di pegunungan Andes, Amerika Selatan.
Pendakian Gunung Everest tahun 1996, bukan ekspedisi Everest yang pertama bagi Clara. Pada tahun 2004, ia bersama lima orang dari tim PPGAD (Perkumpulan Pendaki Gunung Angkatan Darat) berangkat tetapi hanya mampu mencapai ketinggian 7.000 meter karena terhadang kondisi medan yang teramat sulit dan berbahaya di jalur sebelah selatan Pegunungan Himalaya (lazim disebut South Col). Kegagalan mencapai puncak saat itu justru membuat Clara Sumarwati semakin penasaran dan bercita-cita untuk mengibarkan bendera Merah-Putih di puncak Everest. Pada 17 Agustus 1995, tepat 50 tahun Indonesia merdeka. Sebanyak 12 perusahaan ia hubungi untuk mendapatkan sponsor. Biaya yang ia butuhkan tidak sedikit, mencapai Rp 500 juta, karena memang biaya yang harus dikeluarkan, oleh siapapun yang ingin menaklukkan Everest tidak murah. Memerlukan biaya yang cukup besar. Setelah memnunggu sekian lama tidak ada jawaban. Menurut Clara, bahkan ada pihak perusahaan yang meragukan kemampuannya sehingga enggan memberi sponsor.

Salah satu pihak yang ia hubungi untuk sponsor adalah Panitia Ulang Tahun Emas Kemerdekaan Republik Indonesia, yang dibawahi Sekretariat Negara. Clara dipanggil menghadap pada bulan Agustus 1995 dan mendapat konfirmasi bahwa Pemerintah bersedia mensponsori ekspedisinya. Serta merta Clara menjadwal ulang ekspedisinya. Ternyata pengunduran jadwal, mempunyai makna tersendiri karena pada tahun 1995 terjadi badai dahsyat di Himalaya yang menewaskan 208 pendaki dari berbagai negara.
Berikut ini adalah suatu penuturan langsung Clara Sumarwati kepada majalah Gatra di tahun 1996 tentang pengalamannya mulai dari persiapan hingga mencapai puncak Everest.
“ Secara fisik sebenarnya kami sudah siap,” kata Clara. Kesiapan fisik memang dilatihnya sejak ide pendakian itu muncul di benaknya. Mulai pukul 07.00, ia berlatih lari mengelilingi Stadion Senayan, Jakarta, selama dua jam, di bawah pengawasan Gibang Basuki, anggota Komando Pasukan Khusus berpangkat sersan dua. Kemudian sore hari, ia melatih otot di Pusat Kebugaran Hotel Grand Hyatt, Jalan Thamrin, Jakarta. Sedangkan siang, ia berkeliling keluar-masuk kantor untuk mendapatkan sponsor.
Agar tubuhnya tahan menghadapi hawa dingin dan salju, Clara berendam di kolam renang Senayan, Jakarta. “Karena terlalu sering, sampai-sampai penjaga kolam renang menganjurkan agar kami membeli karcis langganan,” kata Gibang Basuki. Selain itu, sebulan sekali Clara melakukan latihan naik-turun gunung sambil membawa beban. Mulai dari Gunung Gede, Jawa Barat, sampai ke puncak Soekarno di Pegunungan Jayawijaya, Irian Jaya.

Di samping berendam selama dua jam di sebuah kali kecil di Suryakencana, Jawa Barat (ini juga untuk melatih fisik agar tahan terhadap udara dingin), Clara melakukan latihan mendaki dengan kemiringan 90. Di Citatah, Jawa Barat, misalnya, dengan tali, ia naik-turun Gedung Pemadam Kebakaran yang tingginya sekitar 30 meter. Latihan yang biasa disebut rapling atau turun monyet itu juga dilakukan di celah-celah Tebing Singgalang, Padalarang. “Latihan ini yang paling menyeramkan,” kata Clara, yang juga berlatih memanjat tebing dengan jari-jemarinya.
Kenyang menjalani semua latihan berat tadi, barulah Clara bersama Gibang Basuki mengurus izin mendaki. Mengingat misi pendakian solo (tunggal), lewat jalur utara, maka surat izinnya dikeluarkan oleh Pemerintah Cina, di Beijing. Dan berkat bantuan seorang warga Australia, mereka berhasil mendapatkan izin dari China Mountain Association ( CMA ).
China Tibet Mountaineering Association ( CTMA ), yang berperan sebagai penerjemah sekaligus, “Untuk mempermudah prosedur di perbatasan Cina-Tibet,” kata Clara.

Kisah heroik Clara di atas berbanding terbalik dengan kondisi ia saat ini. Nasib Clara Sumarwati, sungguh mengenaskan. Wanita Indonesia dan Asia Tenggara pertama yang berhasil mencapai Puncak Everest itu mengalami gangguan jiwa. Clara kini menjalani perawatan di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Prof dr Soerojo, Magelang, Jawa Tengah.

Humas RSJ dr Seorojo, Saiful, menjelaskan Clara sudah berulangkali menjalani perawatan di RSJ tersebut. Terakhir Clara masuk pada 30 Juni 2009 lalu. Menurut kakaknya, Elizabeth Sumaryati, Clara mengalami stres dan kerap marah-marah. Ini adalah kali ketiganya wanita tersebut menjalani perawatan di RSJ. Dia pertama kali dirawat pada tahun 1997. Dan pada tahun 2000, Clara menjalani perawatan jalan. "Tetapi kini jiwanya terguncang lagi. Kemungkinan akibat kurang perhatian dan tidak mengkonsumsi obat secara rutin," ungkap Saiful.

Kisah pilu wanita berprestasi tersebut sepertinya tidak diketahui banyak pihak. Sebab sekian lama dia menjalani perawatan di RSJ, tak ada yang memperdulikan. Bahkan, pengakuan Clara tentang prestasi gemilangnya pun tak ada yang mempercayainya. Termasuk pihak RSJ Soerojo sendiri.

Sumber :
Gatra ed. 53/02 Tahun 1996
The Jakarta Post
www.detiknews.com/12-10-2009
Kredit foto :
firmanbudi.files.wordpress
berandakawasan.files.wordpress
 
© 2012. Design by Main-Blogger - Blogger Template and Blogging Stuff